Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[WANSUS] Di Balik Keberhasikan Kontingen TNI di Bastille Day 2025 Prancis

Screenshot_20250720_143623_Instagram.jpg
Wakil Ketua Komandan Satgas Patriot II, Letnan Kolonel Eka Wira Dharmawan ketika memberikan latihan akhir di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur sebelum berangkat ke Paris. (www.instagram.com/@eka_wira_king_of_sparko)
Intinya sih...
  • Kontingen TNI di Bastille Day 2025 mendapat pujian dari publik dan Presiden Prancis serta Indonesia.
  • Proses seleksi ketat dengan syarat tinggi badan minimum 177,5 cm dan penilaian attitude prajurit yang baik.
  • Kontingen Patriot II membawakan lagu Maju Tak Gentar, memperkenalkan budaya Indonesia, dan berlatih intensif sebelum tampil di Paris.

Jakarta, IDN Times - Penampilan kontingen TNI di Bastille Day pada 14 Juli 2025 menuai pujian dari publik di Tanah Air dan Prancis. Bahkan, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Prabowo Subianto turut memberikan tepuk tangan ketika melihat penampilan kontingen TNI sebagai pembuka defile di Paris. Proses berlatih yang memakan waktu lebih dari satu bulan pun tidak sia-sia.

Letnan Kolonel Eka Wira Dharmawan merupakan salah satu tim kontingen TNI yang ikut melatih hampir 500 personel untuk tampil di parade hari nasional Prancis, yang bernama Patriot II. Jebolan Kopassus TNI AD itu mengatakan ada proses seleksi dari masing-masing matara dan akademi, sehingga bisa terbentuk kontingen Patriot II.

"Jadi, mereka diseleksi di masing-masing matra, di mana komposisinya 87-87, dan khusus darat ditambah satu, karena ada komandan batalion. Masing-masing personel harus memiliki tinggi badan minimum 177,5 sentimeter," ujar pria yang dijuluki King of Sparko itu ketika berbincang khusus pada program "Ngobrol Seru" by IDN Times, Jumat (18/7/2025).

Syarat kedua, kata Eka, satuannya menilai attitude prajurit TNI dan taruna akademi bagus. Selain itu, mereka harus bisa kooperatif dan bekerja sama dengan teman-temannya.

Proses berlatih dilakukan sejak di masing-masing matra, lalu bergeser ke Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta Timur. Mereka dilepas Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin pada 6 Juli 2025 ke Paris. Kontingen Patriot II kembali melanjutkan latihan saat tiba di Paris.

Acara Bastille Day juga menjadi ajang bagi kontingen TNI untuk memperkenalkan budaya Indonesia. Maka terciptalah momen prajurit TNI dan tentara Prancis memperagakan Tari Pacu Jalur asal Riau yang tengah viral.

Apa saja rahasia Letkol Eka ketika melatih ratusan personel TNI dan taruna, sehingga mereka tampil memukau? Simak wawancara IDN Times selengkapnya.

Gimana rasanya ketika akhirnya sukses melihat kontingen TNI tampil di Bastille Day 2025?

Kontingen Satgas II Patriot ketika melakukan latihan untuk parade Bastille Day di pangkalan militer Satory, Prancis. (www.instagram.com/@eka_wira_king_of_sparko)

Secara pribadi, saya sangat senang, bangga dan juga ini tentu saja dirasakan oleh seluruh prajurit kontingen di Patriot II. Kenapa dinamakan Patriot II, karena tim Patriot pertama itu kan (tampil) di (parade Hari Republik) India kemarin.

Nah, ini (Patriot) kedua ini tampil di Prancis, makanya namanya Patriot II kontingen ini. Itu semuanya merasa bangga, senang dan gak bisa diucapkan dengan kata-kata. Karena memang latihannya cukup berat sekali bagi mereka.

Kami juga mendapat apresiasi yang positif, terutama dari Tanah Air. Mereka menghubungi kami baik melalui pesan pendek atau telepon. Mereka berkomentar hasilnya benar-benar lurus, (posisi baris) diagonalnya lurus, dari drone (tampilannya) juga bagus. Gak ada performa yang istilahnya, alat perlengkapannya jatuh atau ada yang missed. Semuanya sesuai dengan yang dilatih. Jadi saya terharulah bisa pada posisi yang luar biasa ini.

Apakah ada proses seleksi sehingga bisa ikut Kontingen 2 di parade Bastille Day?

Delegasi personel TNI dan Polri berangkat menuju ke Paris untuk mengikuti parade dan defile militer Bastille Day di Paris pada 14 Juli 2025. (Dokumentasi Kementerian Pertahanan)

Iya, tentu saja. Pertama, untuk pasukan TNI itu kan dari tiga matra, darat, laut, dan udara. Jadi, mereka diseleksi di masing-masing matra, di mana komposisinya 87-87, dan khusus darat ditambah satu karena ada Komandan Batalion.

Sisanya, dia sama semuanya, sehingga semuanya berjumlah 262. Masing-masing personel harus memiliki tinggi badan minimum 177,5 centimeter. Jadi kalau memang udah tingginya di bawah itu, ya sudah, dia sudah tidak bisa.

Syarat kedua, satuannya menilai attitude-nya bagus, kemudian bisa kooperatif, bisa bekerja sama dengan teman-temannya. Memiliki dedikasi dan catatan yang positiflah di masing-masing matra.

Karena bukan dari kami yang nunjuk (personel Kontingen II). Masing-masing matra, darat, udara, laut mengirimkan. Setelah dikirimkan, di sanalah kami mendapatkan prajurit-prajurit yang memang sudah tersaring di masing-masing matranya.

Kemudian, untuk 189 personel taruna, kan ada dari akademi tiga matra TNI dan satu kepolisian. Nah, di sini mereka juga ikut diseleksi karena mereka baru serah terima alat dari seniornya. Jadi, yang dipilih yang benar-benar bisa memainkan alat drum band.

Apa pertimbangannya kontingen TNI membawakan Maju Tak Gentar di Bastille Day 2025?

Screenshot_20250714_171102_Chrome.jpg
Kontingen Satgas Patriot II yang terdiri dari personel TNI dan taruna akademi tampil di Bastille Day 2025 di Paris. (Tangkapan layar YouTube Sekretariat Presiden)

Pertimbangan khusus sih gak ada. Namun, ketukan yang digunakan itu sesuai secara universal dan umum di internasional. Jadi, ketukannya memang 116.

Jadi, langkah mereka harus sama. Jangan sampai kita terlalu lambat temponya. Sedangkan, ketika kita bergabung dengan kontingen Prancis, jangan kita menjadi jauh lebih lambat. Itu sebabnya mengapa dipilih lagu Maju Tak Gentar.

Lagu itu juga diberikan dari atas juga (komandan) berdasarkan hasil riset yang sudah didapatkan. Lagu ini juga pernah kami tampilkan ketika hadir di parade Hari Republik India.

Latihan-latihan apa saja yang dilalui kontingen TNI untuk tampil di Bastille Day 2025?

Screenshot_20250720_134636_Instagram.jpg
Anggota kontingen Patriot II ketika berlatih di Paris untuk persiapan Bastille Day 2025. (www.instagram.com/@kemhanri)

Jadi, dimulai dari tahap persiapan yang dilakukan di Indonesia. Posisinya ketika itu masih dilakukan di masing-masing matra.

Jadi, anggota dari TNI AD berlatih di Mako Kopassus, Cijantung, kami full-kan di sana. Lalu, anggota dari matra TNI AL berlatih dulu di markas marinir di Cilandak, dan anggota dari TNI AU berlatih di Cilangkap.

Di masing-masing matra, mereka berlatih baris-berbaris dasar, PBB. Kemudian dilatih baris-berbaris sambil memberikan hormat. Jadi, disamakan dulu temponya, kemudian divideokan.

Setelah kurang lebih satu minggu berlatih di masing-masing matra, baru kemudian mereka dikumpulkan di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, sebagai muscling area. Ketika di Halim, latihan dasar ketahanan fisik, berdiri dan lainnya itu ditingkatkan.

Kalau di satuan masing-masing, latihan berjalan hanya dua atau tiga kilometer, dengan diberikan beban di kaki masing-masing satu kilogram.

Di Halim, kami juga masih melihat dulu reaksi dari badannya bila diberi pemberat di bagian kaki. Apakah badannya masih tegap dan tangannya masih lurus. Setelah itu, baru dikombinasikan antara pasukan dengan tempo drum band yang dimainkan.

Jadi, jarak antara personel drum band dan pasukan defile sudah diukur secara presisi. Jadi, tidak boleh terlalu dekat atau terlalu jauh.

Karena kalau terlalu dekat (jarak antara pasukan defile dan personel drum band), kelihatannya kurang bagus. Para kontingen ini juga melatih mental dan daya tahan ketika sudah berada di Halim. Panasnya luar biasa banget. Untuk menyesuaikan karena kami kan juga tampil di musim panas di Prancis.

Jadi, di Halim, kontingen itu berjalan sejauh lima kilometer. Meskipun kenyataannya kami hanya berjalan sejauh dua kilometer di Prancis. Harapannya, dengan diberikan porsti latihan seperti itu, mereka memiliki daya tahan.

Ketika di Halim pun, mereka juga sudah mengenakan pakaian lengkap. Momen berlatihnya itu sudah sampai ke titik meski ada keringat yang jatuh setetes pun tak ada yang boleh bergeser. Posisinya tetap harus presisi.

Apalagi proses latihan ini dicek langsung oleh bapak presiden ketika di tahap persiapan awal dan kesiapan akhir.

Apa yang disampaikan Pak Presiden ketika menengok kontingen di Halim?

Screenshot_20250714_212524_Instagram.jpg
Presiden Prancis Emmanuel Macron ketika berbincang akrab dengan Presiden Prabowo Subianto ketika tiba di royal box parade Bastille Day 2025. (www.instagram.com/@prabowo)

Beliau sempat memberikan motivasi bahwa kita ini negara besar jadi, jangan kita berkecil hati. Kita adalah suatu negara yang memiliki diplomasi yang baik pada negara lain. Tunjukkan yang maksimal, jangan mengecewakan dan membawa nama harum bangsa negara Indonesia.

Personel TNI di bagian defile membawa senjata apa, Pak?

IMG-20250714-WA0032.jpg
Personel TNI yang berada di barisan defile parade Bastille Day 2025. (Dokumentasi Kementerian Pertahanan)

Iya betul sekali, mereka membawa senjata, di mana senjata itu memang sudah dipilih yang memang seragam seluruhnya untuk prajurit. Jenis senjatanya SS2-V5 buatan PT Pindad.

Total berapa lama latihan di dalam negeri lalu dilanjutkan di Paris?

Kontingen Satgas II Patriot ketika melakukan latihan untuk parade Bastille Day di pangkalan militer Satory, Prancis. (www.instagram.com/@eka_wira_king_of_sparko)

Kira-kira satu bulan lebih lah.

Apa sih rahasianya sehingga bisa tetap tampil kompak dan presisi? Apa ada pasukan yang dihukum kalau berbuat salah?

Personel TNI yang berada di barisan defile parade Bastille Day 2025. (www.instagram.com/@prabowo)

Jadi, sebenarnya yang paling dasar sekali yang harus ditumbuhkan adalah mindset. Karena mereka berasal dari matra dan satuan yang berbeda.

Mungkin ada kebiasaan-kebiasaan di satuan dia yang masih di bawah secara ego sektoral, sehingga untuk dipadukan itu kan mereka sulit. Nah, diubah mindset-nya dulu. Mereka diberikan penekanan-penekanan bahwa kita itu satu. Tidak boleh ada yang mengutamakan kepentingan satuan yang lainnya, itu yang diajari melalui proses penggemblengan ini.

Kemudian, pada saat dia melakukan kesalahan, sebenarnya gak diberikan (sanksi) push up segala macam. Dia ditarik ke belakang. Jadi, mungkin ditunjuk, dicatat orangnya yang salah ini. Karena kan ketika satu saja yang gak lurus, maka itu akan terlihat.

Kami juga menekankan karena ini tampil di acara yang skalanya internasional dan disaksikan jutaan orang, jadi kualitasnya pun harus lebih juga.

TNI sempat memamerkan juga kebudayaan Indonesia. Kapan itu ditunjukkan?

Kontingen Satgas Patriot II ketika melakukan latihan gladi bersih jelang Bastille Day pada 14 Juli 2025 di Paris. (Dokumentasi Kementerian Pertahanan)

Jadi, komandan kontingen kami, Brigjen TNI Ferry Irawan. Kemudian dari satgas kami adalah Kolonel Infanteri Daru Cahyadi.

Beliau berdua ini memang saya akui memiliki ide-ide yang kreatif. Beliau yang menginisasi agar tidak hanya menunjukkan baris-berbaris saja.

Di sela-sela waktu kami istirahat kemudian diusulkan untuk dipakai melakukan pengenalan kebudayaan bangsa. Karena dengan begitu lebih mudah juga untuk bersosialisasi dengan masyarakat.

Akhirnya, Beliau memerintahkan saya untuk mencari kebudayaan yang bisa dipraktikan bersama dan dikenal oleh masyarakat. Keluarlah yang pertama Tari Kecak. Lalu, Tari Saman, Reog Ponorogo dan tari dari Papua. Jadi, persiapannya sudah ada karena kami juga bawa alatnya.

Dengan bermodalkan tayangan di YouTube, saya coba kenalkan Tari Kecak. Karena ketika bertugas di UNIFIL dulu saya juga pernah melakukan ini. Jadi, saya coba menyamakan ritme gerakan dan membuat skenario. Alhasil, ditunjuk saja perwira masing-masing untuk pengenalan kebudayaan itu.

Itulah yang mampu menarik perhatian mereka (tentara Prancis) untuk berkumpul dan interaksi. Sampai ada yang tukeran nomor telepon.

Gimana ceritanya bisa ikut memperagakanL Tari Pacu Jalur bersama tentara Prancis?

Kontingen Satgas Patriot II ketika melakukan latihan gladi bersih jelang Bastille Day pada 14 Juli 2025 di Paris. (Dokumentasi Kementerian Pertahanan)

Jadi, dari Kementerian Pertahanan yang mendorong (ikut memperagakan) karena kan sedang viral. Itu kan budaya kita juga di sini, Riau.

Akhirnya dilatih beberapa instruktur. Ketika kami peragakan ternyata dilihat tentara Prancis dan mereka penasaran. Akhirnya, ajak beberapa tentara Prancis. Mereka ada yang mau gabung sama kita.

Ketika mereka akhirnya bergabung ternyata merasa asyik dan senang, sampai diulang beberapa kali. Jadi, sampai tim dari Indonesia berangkat untuk pulang mereka memuji kita dengan bilang "Indonesia top".

Menurut Letkol Eka, gimana kemampuan TNI dibandingkan tentara Prancis setelah ikut tampil bersama di Bastille Day 2025?

Parade tahunan Bastille Day 2025 di Paris. (www.instagram.com/@prabowo)

Kalau saya melihat sih, sama-sama memiliki kelebihan ya, karena kan dia dari ayunan tangannya pasti dia lebih tinggi. Kalau kita lihat dari kemampuan kita, pasti lebih bagus, karena sudah biasa dengan itu, dengan gerakan patah-patah.

Selain itu, kita punya kelebihan di luar dari faktor fisik. Mulai dari kekompakan dan kebersamaan. Kita punya yel-yel. Kalau tentara Prancis setelah selesai tampil ya langsung bubar. Kalau kami, TNI, kan masih berkumpul jadi satu. Apakah mereka tidak terbiasa dengan hal itu, saya kurang paham. Tapi yang jelas dari segi kemampuan, mereka juga tidak kalah bagus.

Cuma sikap-sikapnya, formatnya, gayanya dan temponya yang berbeda, itu saja.

Pengalaman apa saja yang bisa dipetik dari keikutsertaan TNI di Bastille Day 2025?

IMG-20250713-WA0006(1).jpg
Kontingen Satgas Patriot II ketika melakukan latihan gladi bersih jelang Bastille Day pada 14 Juli 2025 di Paris. (Dokumentasi Kementerian Pertahanan)

Jadi, ini memang pengalaman berharga ya, seperti kata pepatah "saha itu tidak akan mengkhianati hasil". Kalimat itu benar banget.

Karena saya tahu pada saat mereka di Halim, wajah mereka sudah capek. Waktuna kan singkat sekali untuk mempersiapkan acara yang begitu besar.

Kemudian wajah mereka mulai gosong (karena dijemur di bawah sinar terik matahari) dan kurus. Banyak yang berat badannya turun demi mempersiakan ini. Sepatu pun sampai habis (solnya). Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI memang memberikan support ke kami karena semua perlengkapan dikasih. Jadi benar-benar baru dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.

Karena saya membawa kontingen ini, momennya cepat sekali. Waktunya nge-press (mepet) sekali. Tetapi dengan usaha yang luar biasa, ternyata bisa diraih keberhasilan. Maka, ada kepuasan yang saya sampaikan tadi.

Yang kedua, adalah adaptasi dengan cuaca di sana, agak sedikit berbeda. Memang cuaca di sana terang seperti di Indonesia, tapi kan di sana dingin.

Jadi, pagi-pagi kedinginan semua, lalu mataharinya menyengat sekali. Ketika beradaptasi banyak yang bibirnya pecah-pecah. Ada yang mulai meriang-meriang. Tapi setelah dua hari, mereka mulai bangkit.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us