Tinggal Kenangan, Deretan Angkutan Umum Ini Pernah Eksis di Jakarta

Dari Oplet hingga Metromini

Jakarta, IDN Times - Kota Jakarta hari ini genap berusia 494 tahun. Banyak yang berubah di kota ini, salah satunya angkutan umum. Dulu Jakarta punya bus tingkat, bus PPD, oplet, hingga metromini.

Kini semua angkutan umum tersebut kini tinggal kenangan tergeser oleh moda transportasi umum yang lebih nyaman dan canggih, seperti Bus Transjakarta, MRT, LRT, hingga ojek online.

Nah, berikut beberapa angkutan umum yang pernah wara-wiri di jalanan ibu kota.

1. Bus Tingkat

Tinggal Kenangan, Deretan Angkutan Umum Ini Pernah Eksis di JakartaBus tingkat dan Metromini (Pinterest)

Bus tingkat pertama kali mengaspal di Jakarta pada 1968. Bus ini didatangkan langsung Layland Titan generasi ketiga dari Inggris. Leyland merupakan pabrik bus yang dibentuk oleh James Sumner dan Henry Spurrier pada tahun 1907.

Bus Leyland Titan ini unik karena mesinnya berada di depan dengan warna merah mencolok. Posisi kabin pengemudi berada di samping mesin, sedangkan pintu masuk penumpang berada di bagian kiri belakang, berdekatan dengan akses tangga di sebelah kanan.

Bus ini pernah melayani trayek Blok M-Salemba-Pasar Senen dan Blok M-Lapangan Banteng dengan tarif sekitar Rp500.

Pada 1982 peran Bus Layland ini digantikan oleh saudara mudanya, yaitu Leyland Atlantean. Leyland Atlantean menjadi generasi kedua bus tingkat di Indonesia. Kehebatan bus ini bisa membuka dan menutup pintu secara otomatis.

Bus tingkat ini pensiun melayani warga Jakarta pada pertengahan 1990-an karena usia armada yang mulai uzur. Selain faktor usia, biaya perawatan dan suku cadangnya pun cukup mahal.

Baca Juga: Nostalgia Bus Tingkat, Pernah Menghiasi Jalanan Jakarta

2. Metromini

Tinggal Kenangan, Deretan Angkutan Umum Ini Pernah Eksis di Jakartaid.wikipedia.org

Kalau kamu besar di Jakarta pada era 80'an hingga 90'an akhir, kamu pasti pernah melihat Metromini berlalu lalang di jalan raya. Meski kerap ugal-ugalan dan jadi penyebab kamacetan, metromini tetap jadi andalan karena tarifnya yang murah meriah.

Metromini memulai kiprahnya di jalanan ibu kota pada 1982. Saat itu tarifnya tarifnya Rp100 per trayek dan Rp25 untuk pelajar. Tarif terus mengikuti kenaikan inflasi. Pada 1996 tarifnya menjadi Rp400 untuk umum dan Rp100 untuk pelajar. Terakhir pada 2014, tarifnya naik lagi menjadi Rp4.000 dan Rp2.000 untuk pelajar.

Metromini disuntik mati pada tahun 2018 menjelang Asian Games. Saat itu Pemerintah Daerah DKI Jakarta ingin melakukan peremajaan pada angkutan umum agar menjadi lebih layak.

Baca Juga: Mengenang Bus Metromini, Sering Ugal-ugalan Tapi Ngangeni

3. Oplet

Tinggal Kenangan, Deretan Angkutan Umum Ini Pernah Eksis di Jakartaimgrumweb.com/helmi.mihel

Mobil satu ini sempat populer pada era 1950-1970-an dan terus eksis sebelum akhirnya disuntik mati pada  1979. Ada kontroversi seputar penamaan Oplet. Ada yang menyebut kata Oplet berasal dari gabungan Opellet atau Opel kecil. Tapi ada juga yang berpendapat Oplet merupakan sebutan lain dari Chevrolet hingga auto let.

Oplet sendiri merupakan mobil Morris Minor Traveller asal Inggris dengan beberapa sentuhan modifikasi. Selain Morris, mobil yang biasa digunakan untuk Oplet umumnya merupakan merk Austin, sehingga banyak orang betawi zaman dulu lebih akrab dengan sebutan ostin, bukan Oplet.

Sayang sekali perjalanan Oplet terhenti pada 1979 karena kalah bersaing dengan angkutan yang lebih modern, seperti mikrolet, Metromini, bus PPD, bus tingkat, dan Koperasi Wahana Kalpika.

Baca Juga: Kisah Oplet di Ibu Kota, Ternyata Berasal dari Inggris!

4. Patas AC Steady Safe

Tinggal Kenangan, Deretan Angkutan Umum Ini Pernah Eksis di JakartaBus Patas AC PPD RMB (Richard Stedall)

Bus Patas AC pertama kali hadir pada 1992. Bus ini menggunakan mesin pabrikan Mercedes-Benz asal Jerman dan karoserinya dibuat di Volgren, Australia. Tugas pertama bus Patas AC ini mengangkut anggota delegasi negara KTT Non-Blok di Jakarta pada 1 hingga 6 September 1992. Baru selang satu tahun kemudian, bus ini beroperasi untuk kepentingan komersil. 

Bentuk bus ini sangat khas. Dari tampilan luar, badan bus Patas AC terbuat dari alumunium dengan striping dan warna yang bisa kita kenali. Dari sisi interior, ada kotak ongkos di sebelah kiri supir dan jika penumpang ingin turun maka tinggal memencet bel untuk memberi tahu supir.

Ini karena bus Patas AC tidak memiliki kernet layaknya Metromini atau Kopaja. Penumpang tinggal memasukkan ongkos yang pada saat itu sebesar Rp1.300 ke dalam kotak atau fare box. Pada awal 2000-an, Bus Patas AC PPD masih mendapat perhatian dari masyarakat. Namun seiring berjalannya waktu, kiprahnya mulai tergeser oleh bus TransJakarta.  

Baca Juga: Kilas Balik Bus Patas AC PPD, Sempat Jadi Andalan Warga Jakarta  

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya