Indonesia Bisa Sontek Eropa agar Mobil Listriknya Makin Banyak

Gak cukup kalau dikasih insentif aja sih

Jakarta, IDN Times - Indonesia bisa mencontek Eropa untuk mengembangkan mobil listrik. Pasalnya, pemerintah Indonesia lagi getol mengembangkan mobil listrik. Investasi dengan sejumlah perusahaan pun dikejar demi mewujudkan ambisi tersebut.

Tapi yang jelas, untuk langsung menggenjot pertumbuhan mobil listrik, tidak semudah itu. Hal itu pun diakui Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto yang bilang peningkatan mobil listrik di Indonesia tidak bakal signfikan.

"Kita lihat akan gradual penetrasinya, mungkin sampai 2025. Mungkin akan slowly increase di 2025, menuju 2030 akan lebih banyak. Tapi estimasi kita market mobil listrik langsung 20 persen," kata Seto dalam konferensi pers, Jumat (5/2/2021).

Seto memaparkan bahwa perkembangan mobil listrik di Eropa mencapai 137 persen pada tahun lalu. Padahal di Amerika Serikat saja cuma 4 persen dan Tiongkok cuma 12 persen.

Baca Juga: 80 Persen Mobil Listrik Bakal Dicas di Rumah

1. Gimana caranya Eropa bisa mengembangkan mobil listrik?

Indonesia Bisa Sontek Eropa agar Mobil Listriknya Makin BanyakIlustrasi mobil listrik Tesla (www.tesla.com)

Salah satu jurus yang dilakukan Eropa untuk mengembangkan mobil listrik adalah dengan memberikan pajak karbon. Jadi semacam denda atau tambahan biaya bagi pengguna mobil biasa atau mobil dengan combustion engine maupun hybrid.

Seto mengatakan di Benua Biru tersebut, pemakai mobil yang emisinya lebih dari 95 gram per kilometer harus membayar tambahan biaya atau denda sebesar 95 euro atau setara Rp1,6 juta (kurs sekitar Rp16.800).

"Jadi misal kamu punya mobil BMW di Eropa dilihat emisi 195 gram per KM, artinya kelebihan 100 gram. 100 gram x 95 euro, jadi 9.500 euro. Jadi harga mobilnya akan lebih mahal 9.500 euro. Itu salah satu pendorong kenapa mobil listrik naik sampai 137 persen," ujarnya.

2. Terus apakah Indonesia akan mencontoh Eropa?

Indonesia Bisa Sontek Eropa agar Mobil Listriknya Makin Banyakstasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) (Dok. Kementerian ESDM)

Seto bilang, di awal-awal Indonesia akan jadi base-nya untuk ekspor baterai lithium sambil membuat permintaan mobil listrik di dalam negeri. Caranya adalah dengan memberikan insentif.

"Jadi kalau saya lihat ada regulasi yang akan berlaku akhir tahun. PPnBM mobil listrik nol," katanya.

Itu pun Seto masih ragu. Karena kalau pajak mobil listrik dibuat nol, pajak mobil hybrid juga diturunkan dan mobil combustion engine diturunin akan sama aja, gak akan menaikan permintaan terlalu tinggi.

"Tapi dari hasil pemodelan yang kita bikin, kalau PPnBM di nol-in terus price integrate kita berikan lebih banyak untuk mobil listrik dibanding yg hybrid dan mobil combustion ini tidak serta merta langsung akan meng-grab pasar dari mobil dr mobil combustion atau hybrid. Kita lihat akan gradual penetrasinya, mungkin sampai 2025," paparnya.

Baca Juga: Jokowi Yakin Industri Mobil Listrik Bakal Bikin Indonesia Disegani

3. Kota besar akan jadi pengadopsi pertama mobil listrik

Indonesia Bisa Sontek Eropa agar Mobil Listriknya Makin BanyakFoto udara kendaraan melintas di kawasan Jalan Jendral Sudirman, Jakarta, Sabtu (28/3/2020) (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

Seto mengatakan Indonesia masih akan membangun infrastruktur mobil listrik dan melihat transisi dari mobil biasa dan hybrid ke mobil listrik. Namun ia yakin bahwa nantinya kota besar akan menjadi yang pertama kali memulai mobil listrik seperti Jakarta.

"Tapi Kalimantan, Sulawesi, Maluku, mereka masih pakai mobil combustion. Jadi ya meski kita bikin aturan agresif, proses akan berjalan gradual," ucapnya.

Baca Juga: Toyota Jadi Mobil Terlaris di Dunia, Volkswagen Menatap Mobil Listrik!

Topik:

  • Anata Siregar
  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya