Suka Duka Montir Perempuan: Pernah Diremehkan Kini Jadi Kepala Bengkel

Fatimah pernah dilempar tang

Jakarta, IDN Times - Menjadi montir barangkali tak masuk dalam daftar cita-cita kebanyakan perempuan. Sebab menjadi montir berarti harus berkutat di bengkel, berteman obeng, tang, dan sering harus belepotan oli yang kerap membuat ujung kuku menghitam.

Begitu pula dengan Siti Fatimah. Perempuan kelahiran 1985 yang tinggal di Cibubur, Jakarta Timur, ini tak pernah memasukkan montir dalam daftar cita-citanya. "Saya ingin menjadi guru," katanya kepada IDN Times beberapa waktu lalu.

Namun semuanya berubah ketika ia mengoprek Honda Grand pada 1997 silam. Saat itu dirinya begitu excited membongkar mesin kemudian menyusunnya lagi setelah diperbaiki.

Sebelumnya ia sering membongkar barang-barang rusak, seperti setrika. Tapi sensasinya tak seperti membongkar mesin motor.

"Saya merasa kok enak sekali mengoprek mesin," katanya. Sejak itu cita-cita menjadi guru perlahan memudar. Sebagai gantinya ia ingin menjadi montir.

1. Bermula dari gadis tomboi

Suka Duka Montir Perempuan: Pernah Diremehkan Kini Jadi Kepala BengkelIDN Times/Istimewa

Fatimah mengatakan sejak kecil dirinya sangat aktif. Selain suka mengikuti kegiatan atletik, Fatimah kecil juga doyan naik motor. "Waktu umur 10 tahun saya sudah naik motor. Orang bilang saya tomboi," katanya. 

Karena itu orang tuanya tak mempermasalahkan ketika ia memilih masuk ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tridaya di Cibinong, Bogor. Di sekolah itu ia mengambil jurusan otomotif.

"Almarhum Bapak saya sangat mendukung. Karena beliau tahu saya sejak kecil ini tomboi," kata Fatimah.

Sekolahnya berjalan lancar. Bahkan ia lulus dengan predikat terbaik dan langsung diajak bergabung ke bengkel AHASS Rama Motor di Depok, Jawa Barat, pada 2003.

"Ini menjadi titik awal karier saya sebagai mekanik," kata Fatimah.

Baca Juga: Hat-hati Standar Samping Motor Kendur, Ini Deretan Bahayanya!

2. Fatimah memulai karier dari nol

Suka Duka Montir Perempuan: Pernah Diremehkan Kini Jadi Kepala BengkelInstagram.com/fatimahsiti067

Tak mudah menjadi montir, apalagi bagi perempuan. Maklum saja, di dunia perbengkelan, keberadaan perempuan seribu berbanding satu.

Fatimah mengatakan tak sedikit konsumen yang memandang sebelah mata kepadanya hanya karena dia perempuan. Tapi, setelah melihat hasil kerjanya, tatapan mereka berubah.

"Banyak konsumen saya masih datang ke sini. Mereka jadi konsumen setia karena percaya sama kerja saya," kata Fatimah.

Tantangan juga datang dari sesama rekan montir atau mekanik. Fatimah bercerita dirinya pernah dilempar tang oleh teman mekanik pria.

Saat itu, kata Fatimah, ada dua sepeda motor yang menanti diservis, yaitu Honda GL Max dan Honda Grand. Honda Grand adalah motor bebek. Sementara Honda GL adalah motor berkopling, bobotnya lebih berat.

Namun mekanik pria tersebut malah mengambil Honda Grand. Fatimah pun terpaksa harus mengoprek Honda GL Max. Namun Fatimah ternyata kelar lebih cepat. Tanpa diduga, mekanik pria tersebut tiba-tiba melemparkan tang kepadanya.

"Mungkin karena saya bekerja lebih cepat dan tidak langsung membantu dia, makanya dia marah. Tapi saya tidak marah," kata Fatimah.

Keuletan dan kegigihan memang tak pernah mengkhianati hasil. Perlahan tapi pasti kariernya terus naik. Sekarang Fatimah telah menjadi kepala bengkel.

Dia bahkan dipercaya memegang dua bengkel AHASS sekaligus, yaitu AHASS Mantab Sejahtera di Cibubur dan AHASS LUMINTU Motor di Pinang Ranti. Kedua bengkel tersebut berada di Jakarta Timur.

AHASS Mantab Sejahtera dan AHASS LUMINTU Motor sama-sama berada di bawah naungan Wahana Artha Group, dealer sepeda motor Honda terbesar di Jakarta dan Tangerang.

3. Masa-masa sulit: Sempat koma dan dirawat dua bulan

Suka Duka Montir Perempuan: Pernah Diremehkan Kini Jadi Kepala BengkelIDN Times/Istimewa

Cobaan paling besar yang dihadapi Fatimah datang ketika ia sedang melakukan test drive motor konsumen di Cilangkap, Jakarta Timur, pada 2011.

Saat itu ia terjatuh. Kepalanya membentur sesuatu yang membuatnya koma. Fatimah pun harus menjalani perawatan selama dua bulan di rumah sakit.

Hari-hari yang menyakitkan dan sangat berat. Namun Fatimah berhasil sembuh dan bangkit lagi. "Alhamdulillah saya masih diberi umur," katanya mengenang.

Namun peristiwa yang nyaris merenggut nyawanya itu tak membuatnya kapok. 

4. Fatimah meraih penghargaan di setiap jenjang karier

Suka Duka Montir Perempuan: Pernah Diremehkan Kini Jadi Kepala BengkelInstagram/fatimahsiti067

Perjuangan, kerja keras, serta tantangan yang dihadapi Fatimah tak hanya mengantarnya menjadi kepala bengkel, tapi juga membuatnya meraih berbagai penghargaan.

Ia, misalnya, pernah menyabet juara satu dalam kontes PIC se-Jakarta dan Tangerang 2017. PIC adalah nama lain dari kepala bengkel. Fatimah juga pernah masuk tiga besar dalam kontes Service Advisor (SA) se-Jakarta dan Tangerang. SA itu jabatan satu tingkat di bawah kepala bengkel.

Sebagai mekanik, Fatimah juga pernah masuk lima besar mekanik terbaik dari 350 mekanik di Jakarta dan Tangerang pada 2008.

FYI, untuk menjadi PIC atau kepala bengkel di AHASS, seorang mekanik harus memulainya dari posisi montir lalu service advisor terlebih dahulu. Sehingga, bisa dibilang, Fatimah selalu berprestasi di setiap jenjang kariernya.

5. Pesan Fatimah: Lakukan sesuatu dengan cinta

Suka Duka Montir Perempuan: Pernah Diremehkan Kini Jadi Kepala BengkelInstagram.com/fatimahsiti067

Fatimah kini mengenang perjalanan kariernya sebagai mekanik dengan senyum lebar di wajahnya. Sebab kerja keras dan pilihannya menjadi 'orang bengkel' tidak keliru.

Kini ia bisa hidup mandiri dan keahliannya bisa berguna bagi banyak orang. Baginya melihat kegembiraan konsumen adalah sesuatu yang tak terbayar.

"Saya dari keluarga yang tidak mampu, orang tua hanya berdagang. Sekarang saya bersyukur dengan apa yang saya raih," katanya.

Fatimah meyakini apa pun yang dilakukan dengan sepenuh hati dan cinta, suatu saat pasti akan berbuah manis. Selain itu kepercayaan diri juga harus terus dipupuk. 

Sebab tak banyak montir perempuan di jaringan AHASS Jakarta-Tangerang. Kalau pun ada, menurut Fatimah, mereka hanya bertahan selama satu tahun. Karena itu, tanpa kepercayaan diri, montir perempuan tidak akan bertahan lama. 

"Saya menjadi mekanik sejak 2003 sampai sekarang. Memang tantangannya banyak, tapi saya sih pede (percaya diri) saja," katanya.

Selamat Hari Kartini, Fatimah!

Baca Juga: Belajar dari Youtube, Montir di Pinrang Berhasil Rakit Pesawat Terbang

Topik:

  • Dwi Agustiar
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya