Kisah Capung Merah, Pelambung Nama Yamaha di Dunia Otomotif

Belum lama diproduksi, Yamaha YA-1 langsung mendominasi

Jakarta, IDN Times - Yamaha telah berkiprah selama 65 tahun di dunia sepeda motor. Langkah Yamaha dimulai lewat motor Yamaha YA-1. Banyak yang menyebut desain motor bermesin 125 CC ini mirip capung.

Tapi jangan meremehkan performanya. Sebab akselerasi motor ini sangat impresif pada masanya. Tak mengejutkan jika saat itu Yamaha YA-1 langsung mendapat sorotan dan langsung mendongkrak nama dan reputasi Yamaha. 

1. Inovasi YA-1 menggunakan dua pedal di satu poros yang sama

Kisah Capung Merah, Pelambung Nama Yamaha di Dunia Otomotifbike-urious.com

Kelahiran YA-1 bermula ketika Presiden Yamaha, Genichi Kawakami, menginstruksikan untuk memproduksi sepeda motor pada tahun 1953. Yamaha mempersiapkan apa yang kemudian menjadi motor YA-1. Produksinya didasarkan pada motor keluaran Jerman, DKW RT125. Walaupun demikian, Yamaha tetap menambahkan elemen pembeda.

Transmisi YA-1 ditingkatkan menjadi transmisi empat gigi, satu tingkat lebih tinggi dari RT125. Selain itu, Yamaha juga menempatkan pedal ganti gigi dan pedal kickstart pada poros yang sama. Ini merupakan yang pertama di industri motor Jepang saat itu. Inovasi yang dilakukan Yamaha ini mempermudah pengoperasian sepeda motor.

Inovasi lain Yamaha adalah mewarnai YA-1 dengan warna dua nada saat mayoritas sepeda motor berwarna hitam. Dua warna yang digunakan Yamaha untuk YA-1 adalah krem dan cokelat kemerahan, menyebabkan YA-1 saat itu dijuluki Red Dragonfly atau capung merah. Akhirnya di tahun 1955, YA-1 selesai diproduksi.

2. Baru diproduksi, YA-1 unggul di dua balapan besar

Kisah Capung Merah, Pelambung Nama Yamaha di Dunia OtomotifYamaha Motor Co., Ltd.

Lima bulan usai diproduksi, Yamaha ingin membuktikan kapabilitas YA1. Cara yang dipilih Yamaha untuk memamerkan motor perdananya dengan mengikutsertakan YA-1 dalam kompetisi balapan. 

Mount Fuji Ascent Race 1955 menjadi kompetisi pertama YA-1. Pada balapan ini, YA-1 ditantang memanjat Gunung Fuji dengan trek sepanjang 24,2 kilometer untuk mencapai ketinggian 1.400 meter.

Capung merah berkompetisi di kelas 125 CC atau kelas motor komersil. Hasilnya, 7 dari 49 motor YA-1 yang diadu masuk ke dalam 10 teratas yang duluan mencapai garis finis. Yamaha melihat hasil balapan ini sebagai pencapaian besar bagi motornya yang baru seumur jagung.

Pada bulan November di tahun yang sama, Yamaha kembali melombakan YA-1. Lomba balap yang kali ini diikuti adalah Asama Highland Race. Untuk mempersiapkan balapan ini, daya kuda YA-1 digandakan dari 5 hp menjadi 10 hp. Hasilnya, motor-motor YA-1 mendominasi peringkat atas di kelas 125 CC.

3. YA-1 melambungkan nama Yamaha

Kisah Capung Merah, Pelambung Nama Yamaha di Dunia Otomotifcommons.wikimedia.org

Kiprah Yamaha YA-1 di dua balapan pertamanya melambungkan reputasi Yamaha sebagai produsen motor yang legit di Jepang. Ditambah dengan strategi pemasaran lainnya, permintaan atas YA-1 meningkat. Produksi pun ditingkatkan.

Yamaha Motor meningkatkan produksinya hampir empat kali lipat pada tahun 1956. Produksi tahunan yang setahun sebelumnya adalah 2.272 unit melonjak jadi 8.743 unit. Di tahun 1957, produksinya menyentuh 15.811 unit. 

Yamaha YA-1 berhenti diproduksi di tahun 1957. Yamaha masih berambisi untuk memvalidasi reputasinya dengan inovasi-inovasi sepeda motor lainnya. Di Asama Highland Race kedua, Yamaha YA-1 diistirahatkan dan diganti dengan Yamaha YD-1 249 CC.  

Baca Juga: 46 Tahun di Indonesia, Deretan Motor Legendaris Yamaha Paling Diburu

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya