Jala Tech: Kembangkan Teknologi untuk Sejahterakan Petambak Udang

Budidaya udang di Indonesia punya potensi

Jakarta, IDN Times - Berhasil menjadi sarjana Teknik Elektro di tahun 2014, Raynalfie Budhy Rahardjo (Alfie) memilih untuk bergabung ke sebuah startup yang bergerak di bidang aquaculture shrimp farming bernama Jala Tech. Bersama dengan sang Founder Jala Tech, Aryo Liris Syauqy Hanry Fari, Alfie dan teman-teman satu timnya mengembangkan teknologi yang dapat membantu para petambak udang untuk meningkatkan kualitas hasil panen mereka.

Namun, pada Maret 2020 lalu, virus COVID-19 membawa tantangan bagi banyak usaha dari berbagai sektor, tak terkecuali tambak udang. Hal ini menjadi sebuah tantangan baru bagi Jala Tech untuk membantu para petambak udang agar tetap bertahan, salah satunya dengan mengubah fokus pemasaran ke pasar lokal.

1. Melihat peluang dan hambatan budidaya udang

Jala Tech: Kembangkan Teknologi untuk Sejahterakan Petambak UdangDok. Jala Tech

Permintaan udang di dunia memang terbilang tinggi, namun hal ini rupanya tak berbanding lurus dengan persediaan yang ada. Sebagai pihak yang ingin menyejahterkan kehidupan petambak udang lokal, Alfie dan tim melihat ini sebagai sebuah peluang emas bagi industri pertambakan udang di Indonesia, mengingat Indonesia adalah negara urutan ke-3 yang mengekspor udang ke berbagai penjuru dunia.

“Indonesia sudah memiliki peluang, sekarang bagaimana kita mengembangkannya sehingga Indonesia bisa menjadi pusat ekspor udang, seperti Norwegia yang terkenal dengan ekspor salmonnya,” ujar Alfie yang bertanggung jawab selaku Co-Founder dan Business Development di Jala Tech.

Sayangnya, penggunaan teknologi dalam pengelolaan tambak masih belum begitu diaplikasikan secara masif. Elemen-elemen penting seperti pH air, ekosistem, dan kesehatan udang masih diperiksa secara manual, sehingga hasil sering kali tidak maksimal. "Jala Tech berupaya untuk mengoptimalkan penggunaan teknologi dalam pembudidayaan udang agar budidaya udang di Indonesia tak lagi jauh tertinggal," kata Alfie.

2. Menggunakan teknologi untuk monitoring dan pengumpulan data

Jala Tech: Kembangkan Teknologi untuk Sejahterakan Petambak UdangDok. Jala Tech

Habitat udang yang berada pada dasar tambak membuat proses monitoring menjadi semakin tak mudah untuk dilakukan. Hal ini rupanya menjadi salah satu isu yang ingin dituntaskan oleh Jala Tech. Dilatih untuk lebih familier dengan teknologi, kini para petambak menggunakan data-driven farming―sebuah teknologi pengumpulan data yang didesain untuk meningkatkan keberhasilan dan memperbaiki ekosistem budidaya udang.

Data-driven farming ini bisa diakses dengan mudah menggunakan web app dan mobile app. Sebagai data open source yang dapat dibuka oleh siapa saja, teknologi ini diharapkan dapat mempermudah proses monitoring para petambak skala kecil maupun besar melalui informasi kualitas pH air, temperatur, dan kondisi kesehatan udang.

3. Pergeseran fokus pasar di kala pandemik

Jala Tech: Kembangkan Teknologi untuk Sejahterakan Petambak UdangDok. Jala Tech

Sebelum virus COVID-19 menyentuh kehidupan di Tanah Air, para petambak udang dapat mengekspor 90% hasil panennya ke Amerika Serikat dan Jepang. Namun, sejak adanya pandemik yang diikuti oleh penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), aktivitas ekspor pun harus menemui hambatan yang kemudian berakhir dengan menyusutnya harga udang secara drastis.

Menghadapi kepanikan para petambak, Jala Tech mencoba untuk menginisiasi sebuah solusi. "Kami bilang ke para petambak udang untuk menyalurkan hasil tambaknya ke pasar lokal. Walau harga di luar negeri sangat turun, ternyata harga di pasar lokal cenderung stabil dan semakin hari malah semakin naik. Demand untuk pasar lokal cenderung tinggi, tetapi supply-nya sendiri belum banyak,” jelas Alfie. 

4. Jangan takut untuk mencoba dan belajar

Jala Tech: Kembangkan Teknologi untuk Sejahterakan Petambak UdangDok. Jala Tech

Menjadi bagian dari startup yang bergerak di sektor aquaculture tentu menjadi hal yang tak terduga bagi Alfie. "Sebagai lulusan Teknik Elektro, saya sempat berpikir bahwa ilmu yang saya pelajari ini hanya bisa dimanfaatkan dalam lingkup yang sempit. Namun,  pengaplikasiannya ternyata luas juga. Intinya, kalau kita tidak pernah mencoba, kita tidak akan pernah tahu.”

Berusaha membangun Jala Tech, Alfie dan tim mempelajari banyak hal tentang budidaya udang―mulai dari validasi permasalahan, pemahaman, pencarian solusi, hingga membuat purwarupa. Untuk terus berbenah diri, Jala Tech juga mengikuti berbagai kompetisi untuk mengetahui feedback dari masyarakat. Alfie kemudian menambahkan, "Selain itu, to be honest, adanya hadiah dari berbagai lomba yang kami ikuti juga menjadi semangat dan motivasi tersendiri, lho."

Ketika diminta untuk memberi pesan pada kawan-kawan millennial lain, Alfie menjawab, “Untuk teman-teman, jangan takut untuk mencoba dan belajar. Mumpung kita masih muda dan difasilitasi dengan teknologi yang luar biasa, let’s experience a lot of things, sehingga perspektif kita bisa lebih luas,” tutup Alfie memberikan motivasi.

Topik:

  • Amelia Rosary
  • Saraya Adzani
  • Bella Manoban

Berita Terkini Lainnya