Maksimalkan Strategi Marketing, Brand Perlu Perhatikan Emosi Konsumen

Bisa bantu advertiser untuk desain produk juga, lho!

Jakarta, IDN Times - Banyak jalan menuju Roma. Nampaknya, pepatah tersebut juga berlaku bagi para advertiser yang hendak membangun dan mengoptimalkan engagement dengan konsumen mereka. Benar saja, kita memang dapat melakukan banyak cara untuk mendapat tingkat engagement yang baik. Namun, tentu ada beberapa strategi dasar yang harus diperhatikan agar promosi yang sedang dieksekusi dapat diterima dengan baik oleh konsumen, salah satunya adalah dengan menunjukkan empati pada kebutuhan mereka. 

1. Empati saat menerapkan strategi marketing

Maksimalkan Strategi Marketing, Brand Perlu Perhatikan Emosi KonsumenDok. IDN Media/Herka Pangaribowo

Dalam ilmu pemasaran modern, menyentuh emosi konsumen menjadi salah satu hal wajib yang harus dilakukan oleh advertiser saat menerapkan strategi marketing. Mengetahui dan memahami emosi konsumen juga dapat membantu advertiser untuk menentukan dan mendesain produk. “Advertiser harus mampu merasakan, melihat, dan memahami situasi, kondisi, perspektif, bahkan emosi dari konsumen mereka. Itulah yang dinamakan dengan berempati,” terang Sylvia Alexandra Sudradjat, Head of Business Development IDN Media.

Empati memang sangat dibutuhkan, terutama selama masa pandemik. Hal tersebut dikarenakan oleh banyaknya dampak negatif yang dirasakan oleh hampir semua orang di dunia. Oleh karenanya, industri-industri pun dituntut untuk lebih fleksibel dan mampu beradaptasi di tengah situasi yang serba tak pasti ini. “Untuk advertiser, khususnya, menjadi sensitif adalah kunci utama dalam berkomunikasi dengan konsumen. Mengapa? Dalam industri periklanan, kampanye yang sukses dimulai dari bagaimana kita dapat menjawab kebutuhan konsumen melalui strategi marketing dan produk yang kita sediakan,” terang Sylvia.

2. Perhatikan kebutuhan fungsional dan emosional konsumen

Maksimalkan Strategi Marketing, Brand Perlu Perhatikan Emosi KonsumenDok. IDN Media/Herka Pangaribowo

Menurut Sylvia, marketing akan selalu melibatkan 2 kebutuhan yang perlu dipenuhi, yaitu kebutuhan fungsional dan emosional dari konsumen. Ia mengambil contoh, “Misalnya, brand lotion A, sebuah brand yang fokus pada kesehatan kulit. Produk yang diluncurkan adalah hand sanitizer yang dilengkapi dengan vitamin E. Menargetkan perempuan, produk ini ingin memecahkan masalah seputar kulit kering yang diakibatkan oleh seringnya mencuci tangan dan/atau menggunakan hand sanitizer. Kebutuhan fungsionalnya adalah untuk membersihkan, sekaligus melembabkan kulit, sedangkan kebutuhan emosionalnya adalah untuk membebaskan konsumen dari kecemasan akan kulit kering dan pecah-pecah. Sesederhana itu.”

3. Konsistensi hasilkan consumer engagement yang optimal

Maksimalkan Strategi Marketing, Brand Perlu Perhatikan Emosi KonsumenDok. IDN Media/Herka Pangaribowo

Advertiser juga harus mampu membangun kepercayaan konsumen melalui iklan. “Konsistensi, bagi saya, adalah hal paling penting. Membangun nama dari sebuah brand bukanlah pekerjaan semalam. Jangankan semalam, sekian tahun juga belum tentu berhasil. Lalu, apa yang saya maksud dengan konsistensi? Maksudnya adalah konsistensi pada identitas brand, pesan brand, pengeksekusiannya, distribusi yang dilakukan melalui konten dan platform yang tepat. Dengan konsistensi tersebut, kepercayaan konsumen pun akan dapat kita tuai,” terang Sylvia.

Selain itu, Sylvia menyebutkan, bekerja sama dengan partner yang kredibel juga bisa membantu advertiser untuk membentuk cara pandang konsumen. Selain media atau platform yang digunakan, partner yang dimaksud juga meliputi brand ambassador. “Semua harus dikonsiderasi secara tepat dan saksama. Bagi saya, contoh advertiser yang melakukan advertising secara konsisten dan apik adalah brand Apple,” kata Sylvia.

4. Advertising libatkan percakapan, konversi, pembelian, dan advokasi

Maksimalkan Strategi Marketing, Brand Perlu Perhatikan Emosi KonsumenDok. IDN Media/Herka Pangaribowo

Dengan konsistensi yang ada, tingkat engagement antara brand dan konsumen pun akan menjadi kian optimal. Sylvia menjelaskan bahwa customer engagement adalah langkah pertama yang harus diupayakan oleh brand agar percakapan, konversi, pembelian, dan bahkan advokasi dapat tercipta. Jelasnya, “Bila customer engagement dapat dilakukan dengan benar, advertiser dapat memahami preferensi konsumennya, so the funneling goes on. Kalau bisa, sih, sampai advokasi juga. Apa itu advokasi? Advokasi adalah ketika konsumen membagikan pengalaman positifnya terkait suatu produk kepada rekan-rekannya.”

Selama masa pandemik, consumer engagement dapat dilakukan melalui berbagai platform digital, seperti webinar, artikel, infografis, situs interaktif, Instagram Live, dan aplikasi. “Namun, sekali lagi, advertiser juga harus luwes, mengikuti perilaku dan preferensi konsumen. Apa yang paling mereka butuhkan di saat-saat seperti ini? Platform digital apa yang paling menarik buat mereka?” Sylvia menyimpulkan.

Topik:

  • Amelia Rosary

Berita Terkini Lainnya