Bos BI Prediksi Investasi Sanggup Topang Ekonomi Indonesia di 2022

Sanggupkah RI tidak tergantung lagi pada kinerja ekspor?

Jakarta, IDN Times - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis investasi akan menopang perekonomian pada 2022. Dia memprediksi investasi akan tumbuh dalam rentang 4,7 persen sampai 5,5 persen.

"Keyakinan ini terutama karena adanya berbagai reformasi yang telah dilakukan untuk menarik semakin banyak investasi langsung ke dalam negeri," kata Perry dalam Annual Investment Forum 2022 yang diselenggarakan secara daring di Jakarta, Kamis (27/1/2021) dilansir dari ANTARA.

Baca Juga: Kepala BPS: Upah Buruh Turun secara Riil karena Inflasi

1. Perekonomian domestik tidak terpaku pada kinerja ekspor

Bos BI Prediksi Investasi Sanggup Topang Ekonomi Indonesia di 2022Ilustrasi investasi. (IDN Times/Arief Rahmat)

Investasi langsung yang sedang digenjot pemerintah tersebut, nantinya akan bisa mendukung pembangunan infrastruktur di Tanah Air, hilirisasi sumber daya, hingga sektor ekonomi dan keuangan hijau. 

Dengan demikian, ia menjelaskan perekonomian domestik pada tahun ini tidak hanya terpaku pada kinerja ekspor, terutama di sektor komoditas.

Baca Juga: Konsumsi Rumah Tangga Belum Nendang, Ekonomi RI Ditopang Ekspor

2. Konsumsi rumah tangga diprediksi meningkat perlahan

Bos BI Prediksi Investasi Sanggup Topang Ekonomi Indonesia di 2022Ilustrasi belanja (IDN Times/Sunariyah)

Selain investasi, konsumsi rumah tangga yang perlahan meningkat karena akselerasi vaksinasi dan pembukaan beberapa sektor juga akan membantu pertumbuhan ekonomi tahun ini. Konsumsi yang membaik, menurut dia, akan didorong pula oleh perbaikan pertumbuhan kredit dan masifnya digitalisasi sistem pembayaran di Indonesia.

"Inflasi akan meningkat tetapi kami yakin pada tahun ini tetap pada target dua persen sampai empat persen," ungkap Perry.

3. Cadangan devisa masih bisa menahan risiko global

Bos BI Prediksi Investasi Sanggup Topang Ekonomi Indonesia di 2022Ilustrasi Cadangan Devisa (IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara itu, defisit transaksi berjalan Indonesia akan meningkat tahun ini, meski tetap rendah di antara 1,1 persen sampai 1,9 persen. Dengan demikian, dia menilai itu masih akan menopang stabilitas eksternal bersama dengan cadangan devisa yang kuat.

Maka dari itu, kondisi yang baik di dalam negeri tersebut akan menahan risiko yang datang dari global, seperti lonjakan inflasi negara-negara maju serta perubahan kebijakan beberapa bank sentral dunia.

"Tetapi inilah kehidupan, hidup penuh ketidakpastian sehingga terdapat beberapa tantangan yang harus kami antisipasi melalui respons untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, melayani masyarakat, tetapi tetap memberikan kesempatan bagi bisnis termasuk sistem keuangan," ujarnya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya