Masih Krisis, Sri Lanka Hapus Aturan Konversi Pendapatan Eksportir

Kebijakan itu kurang efektif karena malah diakali pengekspor

Jakarta, IDN Times - Sri Lanka akan menghapus regulasi yang mewajibkan pengekspor mengonversi pendapatan mereka dalam mata uang asing ke rupee. Bank sentral negara mengumumkan aturan tersebut akan dihapus dalam waktu dekat.

"Untuk ekspor jasa seperti teknologi informasi (TI) dan pariwisata, kami akan menghapus syarat konversi wajib," kata Gubernur Bank Sentral Sri Lanka Nandalal Weerasinghe dalam konferensi pers Jumat (29/4/2022), dilansir kantor berita ANTARA dari Xinhua.

Baca Juga: Sri Lanka Dilanda Krisis Ekonomi, Mahasiswa Demo Rumah PM Mahinda

1. Pengekspor malah tidak mencantumkan penghasilan dengan mata uang asing

Masih Krisis, Sri Lanka Hapus Aturan Konversi Pendapatan EksportirIlustrasi ekspor (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)

Dalam beberapa bulan terakhir, bank sentral Sri Lanka memberlakukan sejumlah regulasi yang memaksa para pengekspor mengonversi dolar AS yang mereka miliki selama periode waktu yang ditentukan. Kebijakan itu diterapkan untuk mendongkrak cadangan devisa Sri Lanka.

Namun hal itu dinilai tidak efektif dan malah menyebabkan ada pendapatan-pendapatan yang tidak dicatatkan.

"Kami tidak memiliki cara untuk melacak jasa-jasa ini. Tampaknya sejumlah pengekspor tidak memasukkan penghasilan dalam mata uang asing karena aturan konversi wajib itu," ujarnya.

Baca Juga: Sri Lanka Hadapi Krisis, Indonesia Kirim Bantuan Kemanusiaan

2. Sri Lanka juga longgarkan

Masih Krisis, Sri Lanka Hapus Aturan Konversi Pendapatan Eksportirbendera Sri Lanka (wikimedia.org)

Dia menambahkan bahwa bank sentral juga berencana melonggarkan regulasi yang membuat wisatawan membayar hotel menggunakan mata uang dolar. Berbagai kebijakan lainnya telah dilakukan Sri Lanka untuk mengatasi krisis cadangan devisa.

Sebelumnya, pemerintah Sri Lanka juga menawarkan visa jangka panjang bagi para investor yang menanamkan modal di negara itu. Dilansir Al Jazeera, visa lima tahun juga akan diberikan bagi orang asing yang menghabiskan minimal 75 ribu dolar AS untuk membeli apartemen di Sri Lanka.

Baca Juga: Imbas Krisis Valuta Asing, Sri Lanka Akan Jual Visa Jangka Panjang

3. Pinjaman internasional untuk atasi krisis cadangan devisa

Masih Krisis, Sri Lanka Hapus Aturan Konversi Pendapatan EksportirIlustrasi. ANTARA FOTO/Istimewa

Sri Lanka mengalami krisis cadangan devisa dengan aset cadangan yang tercatat di angka sekitar 1,9 miliar dolar AS (Rp27,59 triliun) pada akhir Maret. Hal ini menyebabkan Sri Lanka dilanda krisis ekonomi dan tidak mampu untuk mengimpor berbagai barang esensial seperti, bahan pangan, bahan bakar dan obat-obatan.

Sri Lanka juga telah dinyatakan gagal membayar utang-utang luar negerinya yang jatuh tempo tahun ini.

Menanggapi permintaan bantuan dari pemerintah Sri Lanka, Bank Dunia akan memberikan bantuan senilai 600 juta dolar AS atau Rp8,6 triliun yang akan diberikan secara bertahap. Dilansir The Economic Times, bantuan tersebut akan digunakan untuk membiayai impor bahan-bahan esensial, seperti obat-obatan.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya