Aliran Modal Asing Mulai Masuk, Rupiah Kini Bertenaga
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menjelaskan meredanya ketidakpastian di pasar keuangan global menjadi angin segar bagi aliran modal asing masuk ke dalam negeri. Hingga 15 Juni 2020, tercatat inflow US$ 7,4 miliar atau sekitar Rp105 triliun (asumsi Rp14.188 per dolar).
“Tingginya daya tarik aset keuangan Indonesia yang terjaga dan kepercayaan investor asing terhadap prospek kondisi ekonomi Indonesia mendorong masuknya aliran modal asing," katanya dalan virtual conference, Kamis (18/6).
1. Ketidakpastian menurun karena penyebaran pandemik COVID-19 mulai melandai
Dia mengatakan ketidakpastian pasar keuangan global yang menurun disebabkan penyebaran pandemik COVID-19 yang kini telah melandai, meski kontraksi perekonomian global masih terus berlanjut. Pembukaan kegiatan ekonomi secara bertahap di berbagai negara telah berdampak baik bagi kinerja sektor manufaktur.
Menurutnya, hal ini tercermin dari kenaikan Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur dan konsumsi listrik di Tiongkok, pertumbuhan positif sektor properti di Tiongkok dan Amerika Serikat, serta perbaikan PMI jasa di Eropa, Jepang dan Amerika Serikat, meskipun masih pada level yang rendah.
“Perkembangan ini mengurangi ketidakpastian di pasar keuangan global dan mendorong aliran modal global ke negara berkembang, serta mengurangi tekanan nilai tukar mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia,” tuturnya.
Baca Juga: Gubernur BI Pede Rupiah Bakal Perkasa Kurang dari Rp14.200
2. Aliran modal asing mendorong penguatan rupiah
Editor’s picks
Aliran modal asing yang mulai masuk ke berbagai asset keuangan Indonesia juga telah mendorong penguatan rupiah. Hingga 17 Juni 2020, kata Perry, rupiah mengalami apresiasi sebesar 3,75 persen secara point to point atau 5,59 persen secara rata-rata dibandingkan dengan level Mei 2020.
Kendati begitu, rupiah masih terdepresiasi sebesar 1,42 persen jika dibandingkan dengan level akhir 2019.
3. Perry optimistis rupiah akan terus menguat
Perry optimistis rupiah akan menguat terus menguat seiring indikator fundamental, inflasi yang rendah, defisit transaksi berjalan yang rendah, imbal hasil aset keuangan domestik yang kompetitif, dan premi risiko Indonesia yang mulai menurun.
“Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus mengoptimalkan operasi moneter guna memastikan bekerjanya mekanisme pasar dan ketersediaan likuiditas baik di pasar uang maupun pasar valas, " ujarnya.
Berdasarkan data RTI pada penutupan perdagangan Kamis (18/6) nilai tukar rupiah menguat 0,70 persen ke level Rp14.134 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah Menguat, Aliran Modal Asing Semakin Deras