BI Bocorkan Alasan Suku Bunga Kredit Tidak Juga Turun

Pertumbuhan kredit perbankan juga tercatat rendah

Jakarta, IDN Times - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membeberkan alasan lambatnya penurunan suku bunga kredit di perbankan. Menurutnya, hal itu disebabkan adanya risiko penyaluran kredit di tengah pandemik dan keperluan bank untuk membentuk cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN).

"Ini berkaitan dengan risiko kredit dan keperluan perbankan melakukan pencadangan. Itu yang barangkali penurunan suku bunga kredit tidak lebih cepat," katanya di komisi XI, Senin (28/9/2020).

Sepanjang tahun 2020 BI telah menurunkan suku bunga sebanyak 4 kali atau100 bps. Penurunan tersebut diikuti dengan penurunan suku bunga pasar uang sebesar 2,5 persen atau 253 bps, dan bunga deposito di perbankan sebesar 1,3 persen atau 134 bps. Namun, penurunan suku bunga kredit perbankan lebih lambat, hanya 0,8 persen atau 83 bps.

1. Pertumbuhan kredit perbankan tercatat rendah

BI Bocorkan Alasan Suku Bunga Kredit Tidak Juga TurunIlustrasi kredit (IDN Times/Arief Rahmat)

Adapun pertumbuhan kredit pada Agustus 2020 tercatat rendah hanya sebesar 1,04 persen secara year on year. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan penyaluran kredit per Juli 2020 yang tumbuh 1,53 persen.

Perry menyebut setidaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan kredit lambat di antaranya adalah faktor permintaan yang masih lambat ditambah, lalu risiko kredit yang masih membayangi perbankan.

"Kredit di bulan Agustus memang rendah 1,04 persen. Dari sisi penawaran, pelemahan kredit terjadi akibat faktor risiko kredit dan kalau dilihat lebih banyak faktor permintaan juga masih rendah," katanya.

2. Mayarakat lebih memilih menabung sehingga DPK meningkat

BI Bocorkan Alasan Suku Bunga Kredit Tidak Juga TurunIlustrasi Bank (IDN Times/Arief Rahmat)

Kemudian dia menyatakan, berlangsungnya pandemik COVID-19 yang menyebabkan kegiatan ekonomi masyarakat behenti untuk sementara waktu, juga menjadi penyebab rendahnya pertumbuhan kredit perbankan.

Menurut dia, masyarakat lebih memilih menyimpan pendapatannya di tabungan untuk berjaga-jaga. Hal ini tercermin dari, Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) tinggi 11 persen lebih tinggi dari semester satu bahkan dari Juli yang hanya 7,95 persen.

"Terus meningkat ini karena masyarakat dalam konteks seperti ini pendapatannya lebih baik ditabung," ujarnya.

3. Sektor kuangan dinilai masih akan stabil

BI Bocorkan Alasan Suku Bunga Kredit Tidak Juga Turunilustrasi. IDN Times/Ita Malau

Meski pertumbuhan kredit tercatat rendah, Perry menilai kondisi sektor keuangan masih sangat kuat dan cenderung stabil. Hal tersebut tercermin dari permodalan Lembaga jasa keuangan juga terjaga stabil pada level yang memadai di mana Capital Adequacy Ratio (CAR) bank umum konvensional (BUK) tercatat sebesar 23,16 persen

Dengan demikian, ia berharap untuk ke depan stimulus moneter, fiskal dan restrukturisasi kredit dan perbaikan ekonomi diharapkan permintaan kredit akan naik.

Baca Juga: Bank Indonesia Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan di 4 Persen

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya