Dihantam Sentimen dalam dan Luar Negeri, Pasar Saham Loyo Pekan Depan

Apa ya sentimennya?

Jakarta, IDN Times - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG diprediksi kembali melemah pada perdagangan pekan depan. Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menyatakan, pada pekan depan pasar saham akan diguyur sejumlah sentimen dari dalam dan luar negeri.

"IHSG kami perkirakan selama seminggu berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 5.000 sampai 4.754 dan resistance di level 5.100 sampai 5.187,” katanya melalui keterangan tertulis, Minggu (20/9/2020).

1. Dampak pelonggaran PSBB juga akan berpengaruh ke pasar saham

Dihantam Sentimen dalam dan Luar Negeri, Pasar Saham Loyo Pekan DepanIlustrasi Harga Saham Turun (Bearish) (IDN Times/Arief Rahmat)

Hans mengatakan, pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Jakarta yang tidak sama persis dengan pemberlakuan PSBB periode pertama atau lebih longgar, mampu mendorong IHSG naik pada awal pekan lalu.

"Tetapi dampak PSBB yang longgar tetap diperkirakan akan mengganggu aktivitas bisnis dan perusahaan," ujar dia. 

Baca Juga: IHSG Jumat 18 September Bergerak Labil, Beli Saham Gak Ya? 

2. Ketegangan Tiongkok dan Amerika Serikat jadi pemicu lemahnya IHSG

Dihantam Sentimen dalam dan Luar Negeri, Pasar Saham Loyo Pekan DepanIlustrasi Penurunan Harga Saham/Bearish (IDN Times/Arief Rahmat)

Hans mengatakan pasar saham dunia juga tertekan beberapa sentimen negatif mulai dari valuasi yang mahal, lonjakan kasus COVID-19 hingga ketegangan Tiongkok dan Amerika Serikat.

Adapun, ketegangan antara pemerintah Amerika Serikat dan Tiongkok yang ditandai dengan rencana pelarangan penggunaan aplikasi pesan WeChat dan aplikasi video TikTok di Amerika Serikat, menjadi sentimen negatif bagi pasar.

3. Pelaku pasar memperhatikan data ekonomi yang lemah dan ketidakpastian prospek ekonomi

Dihantam Sentimen dalam dan Luar Negeri, Pasar Saham Loyo Pekan DepanIlustrasi Penurunan Harga Saham/Bearish (IDN Times/Arief Rahmat)

Selanjutnya, kata Hans, pelaku pasar memperhatikan data ekonomi yang lemah dan ketidakpastian prospek ekonomi. Hal ini sejalan dengan pernyataan The Fed tentang laju pemulihan ekonomi yang melambat. Angka klaim pengangguran masih tetap tinggi semenjak pandemik COVID-19. Data Housing Starts dan indeks Bisnis Philadelphia menunjukkan penurunan.

Sebenarnya The Fed menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran pada tahun 2020 ke level yang lebih baik. Tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Amerika diprediksi akan terkontraksi minus 3.7 persen lebih baik dari prediksi sebelumnya minus 6.5 persen.

"Tetapi di tahun 2021, 2022 dan 2023 ekonomi Amerika diperkirakan akan tumbuh melambat dari perkiraan awal yakni 4 persen (sebelumnya 4.5 persen) pada tahun 2021, 3 persen (sebelumnya 3.5 persen) di tahun 2022 dan 2.5 persen di 2023," ujar Hans.

Baca Juga: Riset Lifepal: Performa Emiten Otomotif Tak Bisa Ungguli IHSG 

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya