Kala Bahlil Geram Kerap Dituding Jadikan Investor Asing Anak Emas

Data realisasi invetasi asing di kuartal dua mendominasi

Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, tidak terima jika dirinya kerap kali disebut menganak-emaskan investor asing ketimbang investor dalam negeri serta pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

"Investasi sekali lagi jangan hanya pikir asing ya. Ini kadang-kadang kita ini, otak eror kalau cuma berpikir asing terus. Aku sangat tidak setuju kalau investasi cuma asing. Investasi itu UMKM, sekarang kita kan urus UMKM. UMKM investasi, PMDN investasi, PMA investasi. Itu yang penting,"katanya dalam siaral virtual, Rabu (22/7/2020).

1. Bahlil mengklaim pihaknya tidak hanya memikirkan asing

Kala Bahlil Geram Kerap Dituding Jadikan Investor Asing Anak EmasIDN Times/Hana Adi Perdana

Dia mengklaim pada masa pandemik COVID-19 BKPM tidak hanya memikirkan bagaimana mendatangkan investasi dari luar negeri, melainkan dalam negeri juga.

"Jadi jangan ada kesan bahwa BKPM ini hanya memberikan karpet merah kepada pengusaha asing, gak ada, semua sama," ujarnya.

Baca Juga: BKPM Gagal Capai Target Investasi, Bahlil: Kuartal 2 Cobaan Terberat

2. Penyebab realisasi penanaman modal asing lebih tinggi daripada dalam negeri

Kala Bahlil Geram Kerap Dituding Jadikan Investor Asing Anak EmasIDN Times / Auriga Agustina

Berdasarkan realisasi investasi kuartal dua tahun 2020, realisasi penanaman modal asing sebesar Rp97,6 triliun atau 50,9 persen. Sedangkan penanaman modal dalam negeri Rp94,3 triliun atau 49,1 persen. Artinya asing lebih mendominasi daripada dalam negeri.

Bahlil menjelaskan penyebabnya karena pemerintah mulai melonggarkan PSBB dengan tetap memperhatikan protokol COVID-19. "Maka kemudian PMA mulai beranjak naik menjadi 51 persen," ujarnya.

3. Sepanjang semester I realisasi investasi masih didominasi PMDN

Kala Bahlil Geram Kerap Dituding Jadikan Investor Asing Anak EmasIlustrasi Uang, Investasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Sebelumnya pada kuartal I, realisasi PMA sebesar Rp98 triliun, masih kalah dibandingkan PMDN sebesar Rp112,7 triliun. Dia menjelaskan penyebabnya adalah pada Januari-Maret 2020, dunia mengalami shock karena pandemik COVID-19.

Kondisi itu termasuk di Indonesia yang juga melakukan pembatasan terkait pencegahan virus corona. Misalnya tidak mengizinkan tenaga kerja asing (TKA) masuk ke Indonesia. Sepanjang semester I, realisasi tetap didominasi PMDN Rp207,0 triliun sebesar 51,4 persen. Sementara PMA Rp 195,6 triliun sebesar 48,6 persen.

Baca Juga: Bos BKPM Bocorkan Alasan Asing Ragu Investasi ke Indonesia

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya