Bermodal Limbah Kayu, Begini Cara Bisnis Jerawood Sukses dan Bertahan

Banting setir ke pemasaran online, gimana triknya?

Jakarta, IDN Times - Erga Anggoro (31), seorang perajin kayu dan bahan limbah tahu betul rasanya dihajar pandemik. Dia termasuk salah satu pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang mengeluarkan segala daya untuk bertahan di tengah pandemik COVID-19.

Erga menuturkan usahanya sempat terhenti selama 3 bulan. Namun, ia akhirnya putar otak menyelamatkan bisnis berlabel Jerawood itu. Mengusung konsep daur ulang, Jerawood menghasilkan produk yang bernilai tambah mulai dari jam tangan, jam digital, hingga perlengkapan dapur seperti talenan kayu dan tatakan kayu.

Jerawood berhasil bangkit dengan menjual produknya melalui platform digital mulai dari marketplace, sosial media, dan website. Menurut Erga, salah satu dampak pandemik yang paling kentara adalah perubahan perilaku belanja konsumen dari offline ke online. Berangkat dari situ, ia memaksimalkan penjualan melalui online ketimbang di galeri.

"Jadi, kami sangat bergantung dari online, kami sadari betul perubahan perilaku customer selama pandemi, belanja tidak mau ke toko langsung, tidak ke galeri langsung, tapi lebih kepada pemanfaatan internet dan sosial media, secara online," jelasnya kepada IDN Times, Kamis (31/12/2020).

Tapi bukan hanya itu tantangan yang perlu dipikirkan Erga. Sebagian besar UMKM yang beralih ke pemasaran online harus belajar bagaimana distribusi ke pelanggan mereka.

Jika dulu para pelanggan langsung datang ke toko dan mereka tidak perlu pusing-pusing mengirimkan barang, kini lain ceritanya. Mereka harus memastikan dapat mengirimkan barang dengan aman hingga barang diterima dalam keadaan baik oleh konsumennya.

Lantas bagaimana Erga melakukannya?

1. Memilih layanan logistik yang menjadi penyelamat Jerawood

Bermodal Limbah Kayu, Begini Cara Bisnis Jerawood Sukses dan BertahanTwitter JNE_ID

Erga menuturkan sejak hampir semua penjualannya dilakukan lewat online, dia sangat bergantuk pada jasa layanan pengiriman logistik. Erga memilih layanan PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir atau lebih dikenal dengan JNE. 

"Peranan jasa logistik ini sangat besar, kami sangat terbantu. Sekarang ada namanya pick up barang, jadi kami tidak perlu datang ke agen untuk pengiriman, kami cukup terbantu dari situ," tuturnya.

Dengan JNE, proses pengiriman barang juga bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Erga menuturkan konsumennya paling jauh berasal dari Medan, Sumatra utara.

Baca Juga: [KALEIDOSKOP] Ekonomi Digital Indonesia Subur di Tengah Pandemik

2. Bisnis bisa bangkit hingga 80 persen

Bermodal Limbah Kayu, Begini Cara Bisnis Jerawood Sukses dan BertahanInstagram Jerawood.id

Ia pun sangat bersyukur jualan produknya kini mulai bangkit bertahap berkat pemasaran online dan layanan pengiriman logistik.

"Awal COVID-19, 2-3 bulan awal kami stop produksi, karyawan kami rumahkan dan boleh dibilang di posisi drop. Setelah itu mulai naik lagi, sampai sekarang tumbuhnya hampir 70-80 persen mulai Agustus-September itu ada kenaikan yang agak signifikan," jelasnya.

3. Peningkatan layanan logistik

Bermodal Limbah Kayu, Begini Cara Bisnis Jerawood Sukses dan BertahanIlustrasi JNE (Facebook.com/JNE)

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, 90 persen pengusaha UMKM terdampak pandemik. Padahal, mereka memiliki kontribusi sekitar 61,1 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), serta menyerap 117 juta pekerja atau 97 persen dari total serapan tenaga kerja di dunia usaha.

Kehadiran jasa pengiriman logistik ini memberikan secercah harapan bagi UMKM yang tengah berusaha bertahan. Melihat kondisi pemasaran di tengah perubahan perilaku konsumen tersebut, bisnis perusahaan pengiriman logistik pun turut berkembang.

VP of Marketing JNE Eri Palgunadi menuturkan volume pengiriman JNE berhasil tumbuh lebih dari 30 persen tahun ini. Angka tersebut konsisten dengan pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya.

"JNE bersyukur saat ini pertumbuhan masih dapat konsisten di mana beragam tantangan muncul serta situasi yang masih dinamis karena pandemi COVID-19," ucapnya.

Ia mengatakan pertumbuhan volume pengiriman JNE didorong oleh meningkatnya kebutuhan pengiriman dari UMKM dan pelaku e-commerce lainnya. Kondisi ini sejalan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengungkapkan jika sektor transportasi dan pergudangan tumbuh sebesar 24,28 persen secara kuartalan pada kuartal III 2020.

Dengan capaian tersebut, sektor transportasi dan pergudangan  (yang didalamnya termasuk bisnis logistik) menjadi sektor dengan pertumbuhan paling tinggi serta berhasil tumbuh positif meskipun Indonesia mengalami resesi ekonomi.

4. Dukungan #JNE kepada UMKM

Bermodal Limbah Kayu, Begini Cara Bisnis Jerawood Sukses dan BertahanIlustrasi UMKM. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Eri mengatakan JNE menyadari jika pertumbuhan kinerja perusahaan tidak lepas dari peranan UMKM. Oleh sebab itu, ia mengatakan JNE memberikan dukungan bagi pelaku UMKM dengan menggelar sejumlah program. Meliputi, promo, diskon ongkos kirim (ongkir), cashback dan berbagai promo lainnya.

"Ini diharapkan dapat mendorong minat masyarakat untuk berbelanja online lalu meningkatkan penjualan para UMKM," katanya.

Di samping itu, dengan semangat #connectinghappiness JNE  juga mengadakan pelatihan atau workshop untuk UMKM secara online yang berkolaborasi dengan berbagai pihak. Harapannya, para pelaku UMKM dapat terus memperluas wawasan untuk meningkatkan daya saing di tengah pandemi COVID-19. Hal tersebut juga menjadi fokus JNE dalam usianya yang ke-30 tahun ini #JNE30tahun

"Oleh karena itu, produk layanan atau fasilitas untuk memudahkan jual-beli online terus ditingkatkan, seperti halnya JNE menyediakan Pesona (Pesanan Oleh-Oleh Nusantara), COD, digital payment, friendly logistic, dan sebagainya," ucapnya.

Baca Juga: Indonesia Berpotensi Cuan Besar dari Bisnis 'Emas Hijau'

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya