Luhut Rayu Investor Jerman, Jadikan RI Hub Manufaktur Asia Tenggara
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengajak investor Jerman untuk menjadikan Indonesia sebagai hub manufaktur untuk kawasan Asia Tenggara karena potensi ekonomi yang besar di kawasan ASEAN.
"Indonesia memiliki ekonomi terbesar di ASEAN, dengan 273 juta penduduk dan PDB senilai lebih dari 1 triliun dolar AS," katanya melalui keterangannya, dikutip dari ANTARA Selasa (20/10/2020).
1. Luhut mendorong adanya kerja sama yang saling menguntungkan
Luhut mendorong kerja sama yang saling menguntungkan antara Indonesia dengan pemangku kepentingan terkait. Kerja sama itu bisa bergerak di bidang ekonomi, ketenagakerjaan, kesehatan, dan teknologi.
Indonesia pun akan mendorong kerja sama perdagangan dengan negara-negara non ASEAN. Misalnya, Indonesia dengan Uni Eropa (UE) melalui perjanjian kerja sama ekonomi Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). Dengan platform ini, kemitraan strategis Indonesia dan UE akan semakin kongkrit.
"Lebih dari 600 ribu wisatawan medis asal Indonesia berobat ke Singapura, Malaysia, Amerika Serikat, Thailand, dan lain-lain, mereka menghabiskan miliaran dolar per tahun di luar negeri, kenapa tidak kita buka lebih banyak RS Internasional di Indonesia. Semangatnya adalah mengamankan devisa," katanya.
Baca Juga: Kinerja Manufaktur Indonesia Terendah di Asia, Paling Parah Sejak 2011
2. Luhut sebut Indonesia memperbaiki iklim berusaha melalui UU Cipta Kerja
Luhut juga menjelaskan bahwa Indonesia tengah melakukan langkah progresif untuk memperbaiki iklim berusaha di Indonesia melalui UU Cipta Kerja yang diklaim menyederhanakan 8.451 aturan nasional dan 15.965 aturan regional yang membebani bisnis skala kecil, menengah, maupun besar.
"Melalui UU Cipta Kerja, Indonesia melakukan pembaruan undang-undang (UU) terkait tenaga kerja di Indonesia. Aturan ini akan menyeimbangkan perlindungan tenaga kerja dengan penciptaan lapangan kerja," ujarnya.
3. Indonesia sedang mengembangkan industri baterai
Kemudian Luhut mengatakan, Indonesia juga sedang mengembangkan industri baterai lithium berbahan baku seperti, nikel, kobalt, bauksit, dan tembaga. "Baterai Lithium akan semakin banyak digunakan di masa depan, seperti untuk mobil elektrik, microgrids, dan produk elektronik," ujarnya.
Baca Juga: Setahun Jokowi dan Ma'ruf, Apa Kabar Janji soal Transformasi Ekonomi?