Meski Marak, Gudang Garam Masih Enggan Merambah Bisnis Rokok Elektrik

Rokok elektrik dinilai masih mahal

Jakarta, IDN Times - Maraknya rokok elektrik, ternyata belum membuat PT Garuda Garam Tbk menjamah bisnis rokok elektrik atau e-cigarette. Direktur Gudang Garam Heru Budiman mengatakan hingga kini, perkembangan industri rokok elektrik belum menjadi perhatian mereka.

"Apakah Gudang Garam akan masuk ke e-cigarette? Kita hanya memantau saja," katanya di Gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa (27/8).

Baca Juga: IMS 2019: Bos Djarum Sebut Industri Rokok Tidak Kekal

1. Harga rokok elektrik dinilai masih mahal

Meski Marak, Gudang Garam Masih Enggan Merambah Bisnis Rokok ElektrikIDN Times / Auriga Agustina

Selanjutnya, Heru mengatakan perbedaan antara rokok elektrik dan tembakau tercermin dari harganya. Ia menilai, harga rokok elektrik masih terlalu mahal daripada rokok tembakau.

"E-cigarette tidak sama dengan rokok, prospek ke depan harganya tidak murah," katanya di Gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa (27/8).

2. Pendapatan GGRM naik pada semester-I

Meski Marak, Gudang Garam Masih Enggan Merambah Bisnis Rokok ElektrikUnsplash.com/Amritanshu Sikdar

Emiten berkode saham GGRM ini, mencatatkan pada semester-I tahun ini, pendapatan penjualan tumbuh sebesar 16,4 dari periode yang sama tahun sebelumnya, menjadi Rp52,7 triliun.

Pertumbuhan penjualan perseroan merupakan hasil dari peningkatan volume penjualan dari 40,6 miliar batang menjadi 46,6 miliar batang dan kenaikan harga jual.

3. Total industri rokok dalam negeri mengalami penurunan

Meski Marak, Gudang Garam Masih Enggan Merambah Bisnis Rokok ElektrikIDN Times / Auriga Agustina

Terlepas dari itu, berdasarkan data riset pasar Nielsen pada saat ini, total volume penjualan industri rokok dalam negeri mengalami penurunan sebesar 8,6 persen menjadi 118,5 miliar batang untuk pertengahan tahun pertama 2019.

Total volume penjualan kategori Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (SKM FF) mengalami sedikit penurunan menjadi 52,9 miliar batang dibandingnkan dengan 53,3 miliar batang di periode yang sama pada 2018. Penjualan kategori SKM FF merupakan hampir 45 persen dari total volume penjualan rokok nasional.

Adapun total volume penjualan Sigaret Kretek Mesin Low Tar, Low Nicotine (SKM LTN) mengalami penurunan 16,3 persen menjadi 39,3 miliar batang dan total volume penjualan Sigarek Keretek Tangan (SKT) turun 11,8 persen menjadi 19,8 miliar batang.

Baca Juga: Penyederhanaan Cukai Dinilai Ancam Industri Rokok

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya