Modal hanya Ratusan Ribu, Bisnis Sedotan Bambu ini Raih Omzet Jutaan

Modalnya dari tabungan pribadi lho

Jakarta, IDN Times - Siapa sangka ide sederhana yang berasal dari kesadaran bahwa Indonesia merupakan penghasil sampah plastik terbesar nomor dua di dunia, justru membawa Diky Rifaldy pada kesuksesan bisnis.

Indonesia memproduksi sampah bahan yang tidak bisa diurai dalam tanah tersebut mencapai 187,2 juta ton per tahun. Berbagai gerakan kampanye melawan penggunaan plastik pun mulai tumbuh untuk mengurangi sampah plastik. Salah satunya, kampanye menolak penggunaan sedotan plastik.

Hal itu ternyata mampu dijadikan peluang bisnis oleh Diky. Tapi bukan sedotan stainless seperti yang kebanyakan jadi pengganti sedotan plastik saat ini. Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia tersebut ini justru membuat sedotan yang berasal dari bambu.

"Saat ini, sudah mulai banyak pihak yang mulai beralih kepada penggunaan bahan baku tradisional untuk keperluan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah penggunaan bambu," katanya kepada IDN Times.

1. Mendapatkan bambu dengan cuma-cuma

Modal hanya Ratusan Ribu, Bisnis Sedotan Bambu ini Raih Omzet JutaanIDN Times/Istimewa

Bambu mudah didapatkan di Indonesia. Itulah yang menjadi salah satu alasan pria kelahiran 1997 ini menciptakan bisnis dari bahan baku bambu. Apalagi desa tempat kelahirannya yakni Desa Buniara, Tangsiang, Subang Jawa Barat merupakan penghasil bambu.

Dengan bambu yang berlimpah di sana, Dicky tidak perlu mengeluarkan modal untuk membeli bahan baku. Dengan bambu yang bisa didapatkan cuma-cuma, Dicky punya tekad untuk mengembangkan potensi desanya.

"Saya juga ingin membantu perekonomian di desa saya," kata Dicky.

Baca Juga: Kisah Sukses Meraup Keuntungan dari Budi Daya Ikan dalam Ember

2. Modal Rp 300.000, bisa meraih Omzet Rp4 juta hingga Rp6 juta per bulan

Modal hanya Ratusan Ribu, Bisnis Sedotan Bambu ini Raih Omzet JutaanIDN Times/Istimewa

Dicky menuturkan pada awalnya, dia merupakan penjual sedotan merek orang lain alias reseller. Lalu tabungan hasil kerja sebagai reseller itu, ia jadikan sebuah modal untuk membuka usaha sendiri.

Modal awal yang dia keluarkan tidak besar, hanya Rp300 ribu. Uang itu dia digunakan untuk membeli peralatan membuat sedotan seperti gergaji, amplas, dan besi. Dengan strategi dan pengemasan, dalam jangka waktu satu bulan, Dicky sudah dapat memperoleh keuntungan.

"Per bulan alhamdullah (keuntungan) Rp4 juta-Rp6 juta. Sebulan bisa habis dan terjual 10.000-12.000 pcs sedotan," ujarnya.

3. Memasarkan produk lewat media sosial dan marketplace

Modal hanya Ratusan Ribu, Bisnis Sedotan Bambu ini Raih Omzet JutaanInstagram/@rjl.co

Maraknya pengguna media sosial, menjadi angin segar untuk pebisnis zaman sekarang. Mereka yang memiliki keterbatasan modal, tidak perlu menghabiskan banyak uang hanya untuk biaya pemasaran.

Dicky salah satunya. Dengan modal yang terbatas, dia hanya memasarkan produkmya melalui media sosial dan market place hingga kini. Salah satu toko online Dicky ialah akun instagram @rjl.co.id.

"RJL.co itu nama bisnis saya, sebenarnya itu berasal dari nama saya," katanya.

Menurutnya, berjualan menggunakan platform digital jauh lebih menguntungkan. Konsumen dari tempat yang jauh atau kota lain bisa tetap membeli produknya. Terbukti, sedotan bambu milik Dicky, diminati konsumen dari berbagai macam daerah seperti dari Surabaya, Bali, dan juga Medan.

4. Harga rata-rata sedotannya Rp500-Rp 1.000

Modal hanya Ratusan Ribu, Bisnis Sedotan Bambu ini Raih Omzet JutaanIDN Times/Istimewa

Dicky menjual sedotan bambu dengan harga yang terjangkau, yakni rata-rata Rp500-Rp1.000, tergantung berapa banyak kamu membeli sedotannya.

"Kalau beli 100-500 pcs, harganya Rp 1000 satuannya. Kalau beli 500-5000 pcs Rp700. Kalau beli 5000 ke atas Rp500," jelasnya.

Merintis bisnis bambu olahan tidak hanya boleh sibuk memikirkan untungnya. Dicky mengatakan dia pun harus siap tantangan bisnis ini. Bambu adalah bahan yang tidak tahan lama, sehingga ia dan karyawannya harus benar-benar merawat bambu tersebut  untuk menjaga kualitasnya. Hal ini harus dilakukan dengan telaten agar bambu bisa digunakan. 

Baca Juga: Agar Tidak Salah Pilih, Yuk Mengenal Partner Bisnis yang Tepat

5. Berharap masyarakat mulai aware terhadap sampah plastik

Modal hanya Ratusan Ribu, Bisnis Sedotan Bambu ini Raih Omzet JutaanInstagram/@rjl.co

Dicky optimistis bisnisnya akan diterima positif oleh pasar. Sebab, dia yakin telah memberikan pelayanan dan kualitas barang yang bagus.

Terlepas dari bisnisnya, Dicky berharap masyarakat Indonesia sudah mulai aware dan care terhadap keberadaan sampah plastik. Dia juga berharap masyarakat mulai berusaha menggunakan bahan lain pengganti plastik untuk mengurangi sampahnya.

Selain itu, dia meminta pemerintah mulai memperhatikan para pengerajin bambu yang telah membantu masyarakat mengurangi penggunaan plastik.

Seru ya, punya usaha yang bisa berdampak positif untuk masyarakat dan alam sekaligus bisa jadi penghasilan buat kantongmu. Kamu punya ide apa nih? Jangan takut buat mencoba ya!

Baca Juga: Dear Millennials, Ini 7 Ide Bisnis yang Bisa Selamatkan Dunia!

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya