Neraca Perdagangan Kuartal II Diprediksi Tidak Lebih Baik

Kondisi neraca perdagangan kuartal I sudah tercermin dari April

Jakarta,  IDN TImes - Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) menyoroti defisit neraca perdagangan yang terjadi di Indonesia. Anggota KEIN yang juga merupakan dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia, Telisa Aulia memprediksi kuartal II tahun ini, neraca perdagangan masih tidak akan lebih baik dari kuartal 1 tahun lalu.

"Current Account Deficit (CAD) kuartal I sempat membaik, kalau dilihat pola musiman impor memang turun, karena aktivitas belum terlalu banyak," katanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa hari lalu mencatatkan neraca perdagangan mengalami defisiti US$ 190 juta pada kuartal I tahun ini, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, angka ini justru mengalami surplus US$280 juta.

1. Impor kuartal II diprediksi tidak lebih baik

Neraca Perdagangan Kuartal II Diprediksi Tidak Lebih BaikIDN Times / Auriga Agustina

Jika dilihat dari pola musiman, menurutnya, impor pada kuartal II tahun ini akan lebih melebar. Salah satu penyebabnya adalah momen lebaran. "CAD (current account deficit) ini tidak akan lebih baik dari kuartal 1, kemungkinan kecil lah untuk bisa lebih baik," tuturnya.

Kondisi neraca perdagangan yang kurang membaik pada kuartal II sudah tercermin dari rillis data neraca perdagangan pada April, yang mengalami defisit US$2,59 miliar. Angka ini terbesar sejak 6 tahun terakhir.

Telisa mengatakan sentimen perang dagang antara AS dan China, hingga harga komoditas yang terus tergerus akan mempengaruhi neraca perdagangan untuk bulan Mei - Juni.

2. Neraca perdagangan yang defisit mempengaruhi pelemahan rupiah

Neraca Perdagangan Kuartal II Diprediksi Tidak Lebih BaikIDN Times / Auriga Agustina

Selanjutnya dia menjelaskan, neraca transaksi berjalan mengalami defisit yang melebar akibat tekanan neraca perdagangan itu akan mempengaruhi melemahnya nilai tukar rupiah.

Jika ditarik ke belakang, hal ini pernah terjadi pada kuartal IV 2018. Saat itu, neraca transaksi berjalan untuk barang defisit sebesar US$2,6 miliar dan nilai tukar rupiah bergerak di level Rp15.000 terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Posisi itu merupakan yang terendah pada 2018 dan berada di atas asumsi APBN yang dipatok Rp13.400 per dolar AS.

Kondisi ini menurut pandangan KEIN akan berpeluang terjadi kembali pada kuartal II tahun 2019, dengan pengecualian neraca perdagangan dapat diperbaiki. Kondisi ini tentu akan mengancam stabilitas ekonomi karena defisit transaksi berjalan yang kian dalam akan menekan nilai tukar rupiah.

3. Suku bunga berpotensi naik, jika neraca perdagangan tidak membaik

Neraca Perdagangan Kuartal II Diprediksi Tidak Lebih BaikIDN Times / Auriga Agustina

Biasanya jika kondisi ekonomi mulai kurang stabil, kata dia, suku bunga acuan akan dijadikan instrumen untuk untuk meredam gejolak. "Ambil contoh pada tahun 2018, suku bunga acuan Bank Indonesia telah berubah sebanyak enam kali, dari 4,25 persen pada awal Januari 2018 menjadi 6,00 persen pada Desember 2018."

Asal tahu, suku bunga tinggi tidak menarik bagi investor di sektor rill. Hal ini membuat investasi menjadi tertahan. Bahkan hal ini, juga berpotensi menciptakan ketidakstabilan di sektor finansial dan akan berdampak pada stabilitas perekonomian secara keseluruhan.

Baca Juga: Neraca Dagang Defisit Terburuk Sejak 2013, IHSG Terjungkal

4. Neraca perdagangan defisit akan menurunkan kemampuan negara dalam membayar kewajiban luar negeri

Neraca Perdagangan Kuartal II Diprediksi Tidak Lebih BaikIDN Times/ Auriga Agustina

Sementara itu, dalam jangka panjang neraca transaksi berjalan yang defisit akan menurunkan kemampuan negara dalam membayar kewajiban luar negeri, terutama yang berasal dari pendapatan ekspor. Akibatnya, negara harus menambah utang untuk bisa membayar kewajiban yang pada akhirnya berpotensi masuk ke dalam debt trap.

Baca Juga: Neraca Dagang Defisit, Ini Strategi Genjot Ekspor dan Tarik Investasi

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya