Pekerja Start Up Digital Rawan Kena PHK di Era New Normal

Pandemik mendorong ketidakpastian dan risiko bisnis

Jakarta, IDN Times - Pemutusan Hubungan Kerja alias PHK semakin marak, meski pemerintah telah menerapkan kenormalan baru. Baru-baru ini perusahaan startup seperti Grab dan Gojek memutuskan untuk melakukan PHK karyawannya.

Peneliti INDEF Bhima Yudhistira mengatakan, startup digital menjadi salah satu perusahaan yang rentan melakukan PHK di gelombang kedua ini.

"Startup menghadapi permasalahan karena kesulitan mencari pendanaan baru," katanya kepada IDN Times, Jumat (26/6).

Baca Juga: [BREAKING] Gojek PHK 430 Karyawannya

1. Investor menahan memberikan injeksi modal baru ke startup

Pekerja Start Up Digital Rawan Kena PHK di Era New NormalIlustrasi ekonomi dampak pandemik (IDN Times/Arief Rahmat)

Bhima mengatakan, saat ini investor cenderung menahan untuk memberikan injeksi modal baru karena tingginya ketidakpastian dan risiko bisnis.

"Adanya perubahan perilaku konsumen karena pandemik juga memaksa startup menutup bisnis yang tidak menguntungkan," terangnya.

Sebagai contoh kata dia, dalam kasus GoLife milik Gojek yang terpaksa ditutup, hal itu lantaran secara umum terjadi tekanan yang besar terhadap bisnis startup baik dari sisi permintaan kemudian permodalan.

2. Tahun ini angka pengangguran diprediksi mencapai 9 hingga 12 persen

Pekerja Start Up Digital Rawan Kena PHK di Era New NormalIlustrasi situasi di perusahaan. (IDN Times/Arief Rahmat)

Bhima memprediksi tahun ini angka pengangguran bisa mencapai 9 hingga 12 persen, angka itu naik dari tahun sebelumnya yang berada di kisaran 5,28 persen.

"Outlook ekonomi masih cenderung alami tekanan hingga akhir 2020. Realisasi stimulus pemerintah masih rendah, untuk dunia usaha baru cair 6,8 persen kemudian untuk UMKM belum mencapai satu persen bahkan. Jadi daya beli pun masih akan tertekan," ucapnya.

3. Grab PHK 360 karyawan, sementara Gojek PHK 430 karyawan

Pekerja Start Up Digital Rawan Kena PHK di Era New NormalDriver Gojek. Dok. IDN Times

Belum lama ini, Grab melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap 360 karyawannya atau sekitar 5 persen dari total karyawan mereka. Hal ini merupakan dampak dari COVID-19 yang memukul bisnis mereka.

Berdasarkan surat yang ditujukan kepada karyawannya, CEO Grab Anthony Tan mengatakan bahwa perusahaan sudah mencoba segala cara untuk menghindari PHK, namun hal itu tak dapat dihindari.

“Kami sungguh meminta maaf atas apa yang terjadi hari ini. Kepada mereka yang terkena dampak, kami berutang penjelasan lebih lanjut kepada Anda,” katanya, Rabu (17/6).

Juru Bicara Grab Indonesia mengatakan bahwa pesan yang ditujukan kepada karyawan Grab tersebut berlaku secara global. "Kami akan langsung berkomunikasi dengan karyawan yang terdampak dalam beberapa hari ke depan," katanya kepada IDN Times.

Tak lama setelah itu, Gojek  mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 430 karyawannya. Jumlah ini mencapai 9 persen dari keseluruhan karyawan Gojek.

"Sebagian besar berasal dari divisi yang terkait dengan GoLife dan GoFood Festival, akan meninggalkan Gojek sebagai bagian dari evaluasi terhadap struktur perusahaan secara keseluruhan. Ini merupakan satu-satunya keputusan pengurangan karyawan yang Gojek lakukan di tengah situasi COVID-19," terang Gojek dalam keterangan tertulisnya pada Selasa (23/6) malam.

Keputusan penghentian layanan dan efisiensi ini diambil setelah dilakukan evaluasi terhadap situasi makro ekonomi maupun perubahan perilaku masyarakat yang menjadi lebih waspada terhadap aktivitas yang melibatkan kontak fisik.

Baca Juga: Surat Bos Gojek soal PHK Karyawan yang Bikin Sedih

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya