Sejarah Lembaga Eijkman, Sempat Mati Suri Sampai Habibie Turun Tangan

B.J. Habibie 'menghidupkan' kembali Eijkman pada 1992

Jakarta, IDN Times - Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menjadi populer di tengah masyarakat sejak Presiden Joko 'Jokowi' Widodo meminta lembaga tersebut untuk memimpin kolaborasi lintas lembaga, guna menyiapkan vaksin Pandemik COVID-19 pada Maret 2020.

Vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Eijkman dilakukan melalui kerja sama dengan beberapa Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kesehatan dan beberapa universitas di Indonesia.

Berikut profil lengkap Lembaga Eijkman yang perlu kamu ketahui.

1. Berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi

Sejarah Lembaga Eijkman, Sempat Mati Suri Sampai Habibie Turun TanganIDN Times/Yuda Almerio

Lembaga Eijkman merupakan lembaga penelitian pemerintah yang bergerak di bidang Biologi molekuler dan Bioteknologi kedokteran. Lembaga ini bernaung di bawah Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi.

Seperti yang dikutip melalui situs resminya, lembaga ini memiliki misi untuk memajukan perkembangan penelitian dasar dan terapan bidang biologi molekuler di Indonesia, dengan fokus pada biomedis, biodiversitas, bioteknologi dan biosekuritas, serta menerapkan kemajuan tersebut untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Baca Juga: [WANSUS] Herawati: Eijkman Segera Uji Klinik Kandidat Vaksin COVID-19

2. Nama lembaga Eijkman diambil dari Christiaan Eijkman, peneliti berkebangsaan Belanda

Sejarah Lembaga Eijkman, Sempat Mati Suri Sampai Habibie Turun Tanganfacebook.com/pg/eijkmaninstitute

Nama lembaga ini diambil dari Christiaan Eijkman peneliti berkebangsaan Belanda, yang menjabat sebagai direktur utama lembaga Eijkman.

Dia merupakan, peraih nobel kedokteran yang melakukan penelitian mengenai penyakit beri-beri di cikal-bakal lembaga ini pada awal dasawarsa 1900-an dan meletakkan dasar mengenai penemuan vitamin.

Sebagai pengakuan atas karya mendasarnya yang menjadi dasar konsep vitamin modern, Eijkman memenangkan Hadiah Nobel pada 1929.

3. Sempat ditutup pada 1960-an

Sejarah Lembaga Eijkman, Sempat Mati Suri Sampai Habibie Turun Tanganinstagram.com/eijkmaninstitut

Laboratorium penelitian lalu ditunjuk sebagai Laboratorium Medis Pusat. Pada peringatan 50 tahun pendirian menjadi Eijkman Institute.

Pada puncaknya di awal abad lalu, Institute Eijkman terkenal di dunia sebagai pusat pengobatan tropis. Tetapi lembaga ini sempat ditutup pada 1960-an, karena
pergolakan ekonomi dan politik Indonesia dan digabungkan dengan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

4. Dibuka kembali, tidak terlepas dari peran B.J. Habibie

Sejarah Lembaga Eijkman, Sempat Mati Suri Sampai Habibie Turun TanganIlustrasi B J Habibie (IDN Times/Sukma Shakti)

Pada Desember 1990, dalam rangka memperingati satu abad penemuan defisiensi vitamin B1 sebagai penyebab beri-beri oleh Christiaan Eijkman, B.J. Habibie yang kala itu menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi memutuskan untuk membuka kembali Lembaga Eijkman.

Kemudian, Lembaga Eijkman secara sah dihidupkan kembali pada Juli 1992.

5. Diresmikan oleh Presiden Soeharto

Sejarah Lembaga Eijkman, Sempat Mati Suri Sampai Habibie Turun TanganIlustrasi Soeharto (IDN Times/Mardya Shakti)

Laboratorium Eijkman ini mulai beroperasi kembali pada April 1993 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 19 September 1995.

Di era baru, lembaga Eijkman dipimpin oleh Profesor Sangkot Marzuki sejak tahun 1992 hingga tahun 2014. Kemudian 2014 hingga sekarang, jabatan Direktur Lembaga Eijkman dipegang oleh Profesor Amin Soebandrio.

Memperingati HUT ke-75 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, IDN Times meluncurkan kampanye #MenjagaIndonesia. Kampanye ini didasarkan atas pengalamanan unik dan bersejarah bahwa sebagai bangsa, kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI dalam situasi pandemik COVID-19, di mana kita bersama-sama harus membentengi diri dari serangan virus berbahaya. Di saat yang sama, banyak hal yang perlu kita jaga sebagai warga bangsa, agar tujuan proklamasi kemerdekaan RI, bisa dicapai.

Baca Juga: Eijkman: Pengembangan Vaksin Merah Putih Baru 30 Persen 

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya