[Wansus] Upaya Citilink Hadapi COVID-19 Lewat Tangan Dingin Juliandra

Juliandra memimpin Citilink Indonesia sejak 2017

Jakarta, IDN Times - Pemerintah kembali mengizinkan seluruh maskapai untuk melayani penerbangan domestik bagi para penumpang. Kendati begitu, tak semua penumpang dapat kembali melakukan penerbangan, hanya pelanggan tertentu yang memenuhi syarat yang diizinkan melakukan penerbangan.

Antara lain, calon penumpang yang akan melakukan perjalanan kedinasan, repatriasi WNI baik pelajar atau pekerja migran, dan pemulangan orang dengan alasan khusus, seperti pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan darurat dan pelanggan yang keluarganya sakit keras atau meninggal dunia.

Tentu hal ini belum dapat memulihkan sepenuhnya sektor transportasi udara di tengah pandemik COVID-19.

Direktur Utama Citilink Indonesia, Juliandra Nurtjahjo harus memutar otak agar maskapai penerbangan yang dipimpinnya tetap bisa bertahan di tengah pandemik virus corona ini. Beruntungnya, pria lulusan Master's degree Transportasi Universitas Indonesia ini memiliki jam terbang yang tinggi di industri tersebut, sehingga kondisi ini tak begitu membuatnya panik. Ditambah lagi Juliandra didukung oleh tim yang solid.

Untuk mengenal lebih jauh sosok Juliandra dan strategi bisnis Citilink di tengah pandemik virus corona, simak yuk wawancara khusus IDN Times bersama Direktur Utama Citilink Indonesia belum lama ini. 

Kalau dari latar belakangnya saya lihat Anda sudah lama berkecimpung di industri penerbangan, bisa diceritakan pengalamannya seperti apa?

[Wansus] Upaya Citilink Hadapi COVID-19 Lewat Tangan Dingin JuliandraCitilink (IDN Times/Dwi Agustiar)

Saya lahir, besar sampai sekolah S-1 itu tinggal di lingkungan yang dekat bandara di komplek Halim, TNI AU (Angkatan Udara). Orang tua saya TNI-AU, jadi hampir setiap hari, teman bermain maupun penglihatan saya sehari-hari adalah pesawat. Karena bandar udara di komplek itu juga, jadi kita selalu dengar suara pesawat setiap saat, kemudian kalau saya keluar main di luar jam sekolah, selalu melihat pesawat melintas. Jadi dari kecil terbiasa melihat dunia aviasi.

Dari kecil saya punya cita-cita untuk jadi penerbang sebenarnya, jadi pilot. Tapi sampai SMA saya berubah cita-citanya karena saya ada accident. Saya kan penggemar sepak bola, dulu sejak sekolah selalu ikut tim sepak bola, pada saat SMA ada accident saya bermain bola tangan saya patah. Jadi ada handicap di tangan, sehingga gak memungkinkan untuk saya lanjut ke sekolah penerbangan.

Baca Juga: Cegah Virus Corona, Citilink Bagikan Minuman Herbal di Pesawat

Tapi akhirnya tetap sukses di industri ini ya, pak?

Nah itu, lulus kuliah saya daftar di penerbangan di Garuda Indonesia dan Alhamdulillah diterima, jadi saya gak jauh-jauh dari situ.

Sebelum di Citilink Anda pernah di Garuda juga. Ada perbedaan bekerja di Citilink dengan di Garuda?

[Wansus] Upaya Citilink Hadapi COVID-19 Lewat Tangan Dingin JuliandraDirektur Utama Citilink, Juliandra Nurtahjo (Dok. Istimewa)

Ya, saya bersyukur sama Allah karena tahun 1992 saya diterima bekerja di Garuda Indonesia, sampai dengan sekarang jadi banyak penugasan yang saya terima membuat saya banyak pengetahuan dan banyak belajar. Nah, waktu di Garuda dulu belum ada Citilink. Saya banyak mendapat penugasan, pertama masuk Garuda saya di bagian divisi teknik. Kemudian saya disekolahkan oleh Garuda untuk S2 di UI, jadi manajemen master degree. 

Kemudian karena saya sebagian kecil dari karyawan Garuda yang mendapat beasiswa sekolah S2 sehingga saya harus siap pada saat itu untuk ditempatkan di mana saja, jadi kemudian setelah selesai sekolah tahun 1996 kemudian saya dipindahkan gak lagi di teknik tapi di komersial, di sales and marketing Garuda.

Saya ditempatkan di Surabaya pada saat itu, kemudian tahun 1998-1999 ada kebijakan perusahaan yang punya background teknik dikembalikan lagi ke teknik dan saya pada saat itu termasuk yg dikembalikan ke teknik. Karena pada saat itu Garuda siap-siap untuk spin off membuat divisi teknik jadi perusahaan sendiri untuk jadi anak perusahaan namanya GMF Aero Asia. Jadi saya dipersiapkan untuk ikut di kelompok itu.

Nah, bedanya Citilink dan Garuda, karena Citilink lahir dari Garuda konsep bisnisnya berbeda. Garuda full service, di mana dukungan dari banyak anak usahanya akan memberi nilai tambah buat si Garuda sebagai induk, Citilink konsep bisnisnya LCC (locals carrier) efisiensi itu dikedepankan jadi kita harus lebih banyak di efesiensi, sedikit mungkin kita menguasai supply chain, itu kan dari hulu ke hilir, kita gak perlu banyak-banyak menguasai supply chain tetapi kita bisa melakukannya dengan partnering atau partnership dengan supply chain ini, sehingga value chain-nya kita bisa dapat. Kita bisa efisien sehingga dukungannya juga kita dapat. Ini konsep yang sedikit berbeda, di mana mengelola full service dengan local carrier.

Artinya tidak lama GMF Aero Asia lahir Anda langsung ditugaskan untuk memimpin Citilink?

[Wansus] Upaya Citilink Hadapi COVID-19 Lewat Tangan Dingin JuliandraDirektur Utama Citilink, Juliandra Nurtahjo (Dok. Istimewa)

Jadi begini, tahun 2002 GMF berdiri jadi perusahaan dan saya gabung di kelompok. Istilahnya dulu champion, orang-orang yang pertama kali ikut di kelompok yang baru. Nah saya 2002 sampai 2016 saya di GMF, saya dapat penugasan banyak di GMF pada saat itu, mulai dari manajer, kemudian jadi GM, kemudian jadi vice president sampai kemudian menjadi direktur utama itu 2016 saya diangkat jadi direktur utama GMF. Baru satu tahun menjabat di GMF saya dipanggil BUMN, untuk memimpin Citilink.

Nah Citilink itu berdiri 2012. Jadi pada saat saya memimpin Citilink 2017, Citilink baru 5 tahun umurnya, saya dapat penugasan berikutnya. Kalau tadinya saya banyak berkecimpung di bidang teknik sampai menjadi direktur GMF Aero Asia, kemudian 2017 di-challenge lagi oleh pemegang saham, oleh BUMN untuk di Citilink.

Siapa tokoh yang menjadi inspirasi Anda di industri ini?

[Wansus] Upaya Citilink Hadapi COVID-19 Lewat Tangan Dingin JuliandraDirektur Utama Citilink, Juliandra Nurtahjo (Dok. Istimewa)

Sebenarnya gak ya, saya gak punya tokoh yang spesifik, tapi saya memang untuk belajar terutama masalah leadership karena atensi dari memimpin satu unit atau satu divisi atau suatu perusahaan itu adalah leadership. Nah saya banyak belajar leadership dari banyak baca buku biografi tokoh-tokoh siapapun tokohnya ada Presiden Indonesia, maupun Amerika Serikat, ada CEO Airlines di luar (negeri), kalau ada bukunya biasanya saya suka beli.

Dari situ saya banyak belajar bagaimana saat kondisi krisis, karena kan gak hanya di industri penerbangan, krisis kan bisa di industri apa saja. Di negara pun juga bisa krisis. Saya banyak belajar bagaimana, mereka mengambil keputusan, bagaimana mengelola informasi yang cuma terbatas, tetapi dia cepat mengambil keputusan, nah saya banyak belajar dari situ. Karena itu masalah confidence level, kalau kita sedikit informasi yang kita punya, kalau dia gak confidence orangnya gak pede, itu biasanya keputusan gak pernah diambil dalam kondisi krisis itu berbahaya, karena resources atau sub ordinat atau karyawan-karyawan pegawai perusahaan itu pasti menunggu arahan. Nah biografi seperti itu yang suka saya baca. Saya belajar menerapkan karakternya bagaimana. Kalau tokoh spesifik saya gak pernah ada. Tapi saya suka tokoh yang inspiratif seperti itu.
Lalu yang kedua, yang saya baca tokoh-tokohnya memang dia punya style eksekusi atau eksekutor, jadi orang-orang yang kita tahu ya orangnya suka ngambil keputusan, suka ngambil keputusan yang bagus maupun kontroversial, tapi keberanian itu yang saya pelajari.

Selama pemerintah menerapkan PSBB, apakah Anda juga menerapkan work from home?

[Wansus] Upaya Citilink Hadapi COVID-19 Lewat Tangan Dingin JuliandraCitilink (IDN Times/Dwi Agustiar)

Saya menerapkan di kantor, sesuai anjuran pemerintah kita harus dukung keputusan pemerintah untuk memutus rantai penyebaran COVID-19. Awal-awal waktu COVID-19 ini mulai menyebar kita mulai menerapkan pekerja bergilir, kemudian pemerintah menerapkan WFH kita menerapkan juga, jadi sebenarnya kantor menerapkan WFH tapi direksi Citilink dan beberapa, top manajemen, entah kita berkomunikasi melalui telepon, video call, kita juga kadang-kadang datang ke kantor.

Kenapa kita harus datang ke kantor? Karena yang pertama, operation kita kan gak pernah tidur, gak pernah mati walaupun sekarang pengangkutan penumpang tidak ada selama 1 bulan disetop, tapi kargo kan kita berjalan terus setiap hari jadi operation kita ada terus, yang kedua awareness harus tetap dijaga kalau kita diam saja di rumah, bisa juga tapi awareness-nya since of pressure-nya itu kurang.

Sebenarnya buat top manajemen direksi itu WFH situasi yang kita bayangkan nyaman di rumah, itu membuat kita tidak nyaman. Yang kedua, kita pikirkan buat manajemen bukan hari ini tapi bagaimana nanti kalau ini kondisinya sudah normal, itu pasti kalau kita tidak menyiapkan diri kita babak belur. Karena sudah lama diam kita tidak menyelamatkan diri, tahu-tahu dibuka lagi, ekonomi berjalan lagi kita gak punya persiapan apa-apa. Yang kita selalu maintain, kita selalu jaga awareness adalah itu.

Kita bicara menyiapkan ini. WFH ini malah tugasnya jadi lebih banyak, karena di rumah selain mikirin kesehatan di kita, anggota keluarga kita di rumah, kita juga gak tenang karena mikir perusahaan yang lagi begini kan. Jadi sebenarnya WFH capek sekali, tidak bisa dinikmati lah WFH itu sebenarnya.

Apa yang biasanya Anda lakukan di waktu luang?

[Wansus] Upaya Citilink Hadapi COVID-19 Lewat Tangan Dingin JuliandraIDN Times/Candra Irawan

Saya tidak pernah putus dari komunikasi melihat berita, melihat situasi dan urusan kantor. Selain di rumah fisik saya. Tapi pikiran gak di rumah, anggota keluarga alhamdulillah mereka mengerti kalau saya di rumah tapi gak bisa menikmati seperti mereka. Dan saya yakin buat anak-anak di rumah, itu juga mereka gak nyaman karena mereka gak bisa ketemu teman-temannya. Anak-anak itu butuh sosialisasi, bermain dan bergaul.

Baca Juga: Citilink Setop Penerbangan dari dan ke Tiongkok, Penumpang Bisa Refund

Kalau bicara soal bisnis, kita semua tahu bahwa sektor transportasi bakal tertekan selama pandemik COVID-19. Bagaimana dampaknya ke Citilink menurut Anda?

[Wansus] Upaya Citilink Hadapi COVID-19 Lewat Tangan Dingin JuliandraIlustrasi Citilink (Dok. Istimewa)

Airlines itu, sebenarnya sangat rentan sama gejolak eksternal. Jadi ada bencana alam, sebentar aja langsung terganggu bisnisnya, ada banjir bisnis airlines juga terganggu, kemudian ada pandemik seperti sekarang luar biasa dampaknya.

Industri airlines ini sangat rentan, daya tahannya sangat kecil, dia kena goyangan sedikit saja sudah berubah proyeksinya kita. Airlines itu kan punya seasonal, jadi dia, dalam satu tahun ada bulan-bulan tertentu liburan sekolah atau season yang ramai, namanya peak season untuk mencari keuntungan.

Di akhir tahun juga begitu. Ada pandemik ini kita sangat terpukul, karena periode peak kita hilang. Jadi periode lebaran, periode anak sekolah libur sudah pasti hilang. Tadinya peak season di bulan itu, sekarang menjadi bulan atau periode yang lemah. Jadi kita hanya punya satu kesempatan di tahun ini 2020 di akhir tahun di Desember. Bagaimana kita Citilink di akhir tahun bisa dioptimalkan untuk menutup segala kerugian? Rugi sudah pasti, tapi kita memperkecil kerugian agar kita tetap going concern dijaga, agar Citilink 2021 nanti InsyaAllah kalau kondisinya stabil lagi nanti, kita sudah bisa memulai dengan rencana produksi yg baru. Jadi memang airlines sangat berdampak. Sekarang bagaimana di sisa bulan sampai di akhir tahun, kita mencari peluang-peluang bagaimana mendapat bisnis dalam bentuk yang lain.

Saat ini kan Citilink tengah fokus untuk bisnis logistiknya, artinya saat ini hanya fokus ke bidang ini saja?

[Wansus] Upaya Citilink Hadapi COVID-19 Lewat Tangan Dingin JuliandraCitilink terus kembangkan bisnis logistic dan charter (Dok. Istimewa)

Betul, karena kita mengikuti peraturan pemerintah. Kita diperbolehkan terbang logistik dan sebanyak-banyaknya kita mencari peluang di logistik. Sebelumnya kita tidak pernah effort sebesar ini untuk mendapat peluang bisnis kargo, sekarang kita lakukan itu. Memang ada hikmahnya di balik itu, bahwa ternyata bisnis kargo ini buat airlines itu penting dan pasarnya sangat besar, sehingga kita nantinya jadi bahan evaluasi, kita lihat ke belakang sama lihat ke depan kita harus punya sendiri yang namanya bisnis kargo nantinya.

Kita sekarang logistik itu domestik dan international, selama penutupan ini kita hampir rata-rata per hari hampir terbang sekitar 20-24 penerbangan kargo domestik dan international. Paling besar di domestik.

Konsepnya seperti apa, apakah akan menggunakan pesawat penumpang juga?

[Wansus] Upaya Citilink Hadapi COVID-19 Lewat Tangan Dingin JuliandraIDN Times/Hana Adi Perdana

Iya, kalau Citilink menggunakan pesawat penumpang, kemudian kita isinya di kabin. Di dalam pesawat jadi kita mendapat persetujuan, kita mengajukan permintaan persetujuan dari kelaikan udara, departemen perhubungan, untuk bisa mengisi kabin dengan kargo dan kita melakukan itu.

Kalau penerbangan penumpang ke internasional apakah Citilink masih melayani?

Ada, ini seperti Perppu No 25 jadi international masih diperbolehkan angkut penumpang, kita masih terbang untuk rute international kita khususnya Australia. Yang Denpasar - Perth.

Dengan terpukulnya bisnis transportasi selama pandemik, nasib karyawan Citilink bagaimana?

[Wansus] Upaya Citilink Hadapi COVID-19 Lewat Tangan Dingin JuliandraPesawat twin turboprop milik maskapai Citilink yang melayani rute Yogyakarta-Bandung di Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta. IDN Times/Holy Kartika

Karyawan wajib oleh manajemen agar tetap produktif, karena ini kan aset. Kita memperlakukan karyawan sebagai aset jadi kalau aset kita harus menyiapkan diri bagaimana jika nanti kembali normal. Jadi sekarang prioritas perusahaan bagaimana menjaga keselamatan dan kesejahteraan karyawan, itu dulu kita mati-matian jaga.

Yang kedua, kita harus jaga walaupun WFH karyawan tetap menjaga produktivitasnya, caranya kita harus punya yang namanya strategi komunikasi. Jadi strategi komunikasi kalau dalam situasi krisis harus take down, jadi vertikal dia dari atas ke bawah, gak boleh terputus di tengah-tengah.

Komunikasi apa yg disampaikan pada karyawan? Jadi kita harus menyampaikan kondisi dari perusahaan, dari ke hari kita harus menginformasikan pada karyawan, kemudian apa yang dilakukan manajemen dalam situasi krisis itu harus dikomunikasikan kepada karyawan.

Ketiga karyawan harus tahu rencana perusahaan ke depan apa. Jadi apa yang dilakukan dalam kondisi krisis, ke depan rencana perusahaan apa ini yang harus disampaikan. Kita gak boleh komunikasinya terpelintir atau menjadi bias sampai ke bawah, makanya kita punya strategi untuk menggerakkan agent of chain. Jadi agent of chain untuk setiap divisi nanti dia yang menuruskan kepada karyawan yang lain. Jadi dalam krisis seperti ini produktivitas dan motivasi karyawan harus di jaga karena ini aset, karyawan aset. Kita harus siapkan perusahaan supaya pada saat on lagi, kita harus tetap beroperasi.

Baca Juga: Citilink Kembangkan Bisnis Cargo, Cara Bertahan dari Pandemik COVID-19

Apakah gaji karyawan aman? Ada PHK tidak?

Doain aja kita dapat survive, PHK gak ada. Penundaan kita ada (gaji), tapi untuk top level, seperti direksi. Kalau THR kan wajib diberikan.

Bagi penumpang yang sudah telanjur beli tiket apakah diperbolehkan refund?

Kita memang punya prosedur dan kita mengantisipasi adanya penumpang yang refund. Jadi kita mengeluarkan kebijakan untuk refund dan sesuai PM 25 kita sudah menjalani itu. Jadi memang penumpang-penumpang kita hampir semua refund, jadi pembelian atau penumpang yang merencanakan perjalanan di bulan Mei, itu semua 100 persen melakukan refund.

Proses refund di Citilink seperti apa?

[Wansus] Upaya Citilink Hadapi COVID-19 Lewat Tangan Dingin JuliandraANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

Kita kan saat ini menghentikan sementara penerbangan reguler, sementara kita membolehkan penumpang melakukan penjadwalan ulang atau reschedule, kemudian melakukan atau membatalkan penerbangan atau yang ketiga melakukan perubahan rute penerbangan. Jadi kita memberikan refund berbentuk voucher, dan voucher-nya dapat digunakan untuk membeli lagi tiket. Dan juga kita punya kebijakan tiket yang dipegang penumpang dipindahtangankan ke penumpang lain, namanya boleh diganti. Jadi kita punya re-schedule, re-route penerbangan, refund dikembalikan penuh berupa voucher dan keempat dipindahtangangkan.

Jika nantinya pandemik ini berakhir banyak pengamat mengatakan bahwa industri transportasi akan kembali bergairah, tidak terkecuali transportasi udara. Apa persiapan yang dilakukan Citilink? Apakah berencana memberi diskon besar-besaran atau seperti apa?

Itu yang kita sedang siapkan, yang tadi saya cerita di depan tadi bagaimana kalau kondisi normal. Kapasitas produksi kita akan kita naikkan secara bertahap. Juni seperti apa, Juli seperti apa, Agustus seperti apa. Kan gak semata-mata orang melakukan perjalanan, apalagi untuk lessor pasti mereka gak akan langsung berlibur, wait and see dulu. Yang pasti langsung bergerak business man karena kan mereka bekerja.

Kita punya paket-paket khusus nanti untuk menggairahkan lessor dan pariwisata yang kita kemas nanti ke destinasi-destinasi yang bisa untuk pariwisata. Kita jualnya masih kita siapkan, belum kita putuskan.

Apa pesan Anda untuk millennials yang sedang WFH di tengah pandemik ini?

[Wansus] Upaya Citilink Hadapi COVID-19 Lewat Tangan Dingin JuliandraIlustrasi Bekerja (IDN Times/Uni Lubis)

Millennials itu kan penerus bangsa ini. Kebiasaan millennial selalu berpikir kreatif, jadi inovasi itu menjadi penting untuk millennial. Millennial punya kemampuan inovasi yang lebih dibanding kaum generasi sebelumnya, millennial punya kelebihan daya inovasinya tinggi. Oleh karena itu harus dijaga, di perusahaan juga begitu.

Di Citilink kita punya karyawan itu 60-70 persen, dari total pegawai. 2.300 pegawai tetap. Nah, 60 persennya diisi millennial, ini persentasenya akan terus naik, untuk menampung aspirasi mereka kita membuat unit khusus yang mengelola inovasi karena unit ini yg akan terus memotivasi karyawan untuk berpikir kreatif dan mengembangkan inovasi, karena mereka ini modal kita.

Baca Juga: Susul Maskapai Lain, Citilink Kembali Layani Penerbangan Komersial

Topik:

  • Dwifantya Aquina
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya