Perjalanan Usaha Dawet Kemayu yang Berhasil Bangkit bersama BRI

Memiliki lebih dari 200 outlet

Jakarta, IDN Times - Retno Intansari tidak pernah membayangkan kesuksesannya dalam mengembangkan bisnis minuman dawet yang biasa dia nikmati semasa kecil. Melalui Dawet Kemayu, Intan dan suaminya Muhammad Nadzir Alimudin telah memiliki lebih dari 200 outlet di lebih dari 30 kota di Pulau Jawa dengan omzet menembus Rp1 Miliar per bulan selama masa pandemik COVID-19.

Sebelumnya, Intan bersama suami sempat membangun bisnis ayam geprek yang menjadi tren pada masanya. Mereka yang merupakan nasabah BRI KCP Godean, Kantor Cabang BRI Yogyakarta Cik Ditiro, memanfaatkan pinjaman dari BRI untuk mengembangkan usaha hingga berjalan lebih dari tujuh tahun, berkembang dengan delapan cabang dan 24 outlet waralaba. 

Namun pada 2019 mereka terpaksa menutup beberapa cabang outlet karena pendapatannya tidak mampu lagi menanggung biaya operasional sewa dan gaji karyawan. Di tengah keterpurukan, Intan menemukan inspirasi dari minuman segelas dawet ireng khas Purworejo. Ide muncul untuk membuat dawet menjadi lebih modern dan bersaing dengan minuman kekinian lain yang sedang terkenal seperti Boba dan Thai Tea.

1. Inovasi dan kreatifitas demi membawa dawet 'naik kelas'

Perjalanan Usaha Dawet Kemayu yang Berhasil Bangkit bersama BRIDawet Kemayu. (Dok. BRI)

Setelah konsultasi dengan BRI, Intan berpendapat diperlukan sebuah inovasi dan kreatifitas untuk membawa dawet naik kelas. Dawet yang biasa berbahan baku santan, diganti dengan menggunakan fiber creme. Krim nabati yang jauh lebih sehat jika dibandingkan santan yang mengandung banyak lemak dan karbohidrat.

Dari segi rasa, fiber creme tidak kalah gurih dan nikmat dibanding santan. Cendol dari Dawet Kemayu pun berbeda jika dibandingkan cendol biasanya, teksturnya sangat kenyal dan nikmat seperti boba. Penikmat Dawet Kemayu seakan merasakan sensasi boba dalam dawet. Gula yang digunakan merupakan kombinasi gula jawa dan gula aren, menambah manisnya Dawet Kemayu bagi penikmat.

Packaging Dawet Kemayu pun terbilang tidak biasa, selain dalam bentuk plastic cup, bottle pack dan thinwall pack, tersedia pula kemasan hampers yang dapat digunakan sebagai oleh-oleh khas dari kota Yogyakarta atau hampers hari raya. Outlet Dawet Kemayu pertama kali dibuka di Yogyakarta pada awal Maret 2020. 

Baca Juga: KUR BRI Perkuat UMKM di Masa Pandemik

2. Serius di strategi pemasaran digital

Perjalanan Usaha Dawet Kemayu yang Berhasil Bangkit bersama BRIDawet Kemayu. (Dok. BRI)

Namun, kurang dari dua minggu sejak Intan membuka outlet pertamanya, pemerintah mengumumkan kasus COVID-19 di Indonesia yang disusul kebijakan PSBB. Tak hilang arah, melalui fasilitas program KMK Tangguh dari BRI, Intan justru membuka sepuluh outlet yang kebanyakan berlokasi di pusat perbelanjaan di Yogyakarta. 

Intan semakin serius mengelola brand Dawet Kemayu dengan merekrut profesional untuk mengelola media sosial dan digital marketing. Melalui instagram @dawetkemayu.official, produknya jadi bisa dikenal masyarakat secara lebih luas.

Kini, waralaba atau franchise dipilih Intan untuk mengembangkan usahanya. Berbagai paket kerja sama ditawarkan bagi calon pewaralaba. Mulai dari paket Virtual Kitchen dengan modal Rp3,9 juta sudah dapat menjadi bagian dari Dawet Kemayu. Pilihan lainnya adalah paket Juragan Rp7,9 juta, paket Bossman Rp11,9 juta, dan paket Sultan Rp14,9 juta.

Semuanya sudah termasuk bahan baku, peralatan dan booth yang masing-masing berbeda sesuai paket waralaba. Selanjutnya pewaralaba diwajibkan untuk menggunakan bahan baku yang disediakan oleh dapur pusat Dawet Kemayu di Yogyakarta. Bagi semua outlet waralaba Dawet Kemayu juga diberikan hak eksklusif untuk menggunakan media marketing dari @dawetkemayu.official sehingga pemasaran lebih seragam dan masif.

3. Pemberdayaan harus dilakukan secara berkelanjutan

Perjalanan Usaha Dawet Kemayu yang Berhasil Bangkit bersama BRIGedung Bank BRI (Dok. Bank BRI)

Di samping itu, Direktur Bisnis SME Amam Sukriyanto menyampaikan bahwa BRI terus berkomitmen untuk mendukung dan mendampingi pelaku UMKM agar bisa tumbuh secara berkelanjutan. 

“Untuk mendukung UMKM naik kelas dan sustain, program pemberdayaan harus terus dilakukan secara berkelanjutan,” ujar Amam.

Adapun journey pemberdayaan BRI untuk mendukung bisnis UMKM yaitu, go modern melalui perbaikan kualitas produk, kemudian go digital dengan digitalisasi dan automasi bisnis pemasaran, lalu go online yakni perluasan pasar menggunakan e-commerce, serta go global melalui strategi menjangkau pasar internasional.

Dalam hal ini, BRI menyediakan fasilitas business matching dengan international buyer sebagai sarana showcase untuk UMKM mendapatkan akses ke pasar global. (WEB) 

Baca Juga: Indeks Bisnis UMKM BRI Q2: Produktivitas Bisnis UMKM semakin Melesat

Topik:

  • Ridho Fauzan

Berita Terkini Lainnya