Maskapai Georgia Akan Buka Penerbangan dari Rusia ke Eropa

Timbulkan kontroversi

Jakarta, IDN Times - Maskapai Georgian Airways mengumumkan akan membuka penerbangan transit dari Rusia ke Eropa lewat negaranya. Kabar yang diumumkan pada Kamis (25/5/2023) itu, menyulut kontroversi lantaran akan mengisi slot kosong penerbangan dari Rusia ke Uni Eropa (UE). 

Pekan ini, maskapai Georgian Airways mendapat kecaman keras dari Presiden Georgia, Salome Zourabichvili karena akan membuka penerbangan ke Rusia. Pendiri maskapai Georgia itu pun membalas dengan menerapkan persona nongrata kepada presiden.

Baca Juga: Protes, Maskapai Georgia Airways Larang Presiden Pakai Layanannya

1. Penerbangan transit akan dibuka di beberapa kota di Eropa

Pendiri Georgian Airways, Tamaz Gaiashvili, mengatakan dalam media Rusia, RTVI bahwa penerbangan transit di Tbilisi itu akan diteruskan ke beberapa kota di Eropa. Penerbangan itu akan dimulai pada 15 Juni nanti.

"Penerbangan merupakan wujud dari pembukaan penerbangan dari Federasi Rusia. Kami sudah memiliki perjalanan ke Paris dan beberapa destinasi lainnya, tapi sekarang warga dapat terbang ke Tbilisi (dari Moskow) dan kemudian melanjutkan perjalanan mereka," tutur Gaiashvili, dilansir TASS.

"Mereka dapat tinggal di Tbilisi dalam beberapa hari sebelum terbang kembali ke Paris, Wina, Milan, Thesaloniki, dan Larnaca. Saya memastikan bahwa tidak ada penerbangan langsung dari Moskow ke Eropa. Namun, penumpang dapat terbang dari mana pun dan transit di Tbilisi," tambahnya. 

Baca Juga: Rusia Cabut Visa dan Buka Kembali Penerbangan ke Georgia

2. Georgia menolak adanya penekanan untuk beri sanksi Rusia

Juru bicara Parlemen Georgia, Shalva Papuashvili mengungkapkan kepada Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal NATO di Kaukasus dan Asia Tengah, Javier Colomina bahwa tidak ada yang menekan negaranya menjatuhkan sanksi ke Rusia. 

Ia menekankan bahwa hanya sebagian oposisi dan beberapa organisasi non-profit yang mengatakan akan menjatuhkan sanksi bilateral kepada Rusia. Ia pun menegaskan bahwa Georgia dan rekanan internasional setuju bahwa tujuan utamanya memastikan sanksi dihindarkan menggunakan teritori Georgia. 

"Ancaman penghindaran sanksi sudah terwujud sejak dimulainya perang di Ukraina dan UE dan Barat menjatuhkan sanksi ke Rusia. Lebih dari setahun, negara sudah dapat menghindari adanya penghindaran dan hampir tidak ada kasus tersebut di negaranya," terang Papuashvili, dikutip Agenda.

Baca Juga: Ukraina Kritik Pembukaan Penerbangan Rusia-Georgia

3. NATO ingatkan Georgia tingkatkan demokrasi

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan kepada Georgia terkait pentingnya meningkatkan standar demokrasi dan menekankan bahwa semua sekutu NATO untuk mengikuti penerapan pencegahan dalam memfasilitasi Rusia menghindari sanksi. 

"Georgia adalah bagian dari pola yang dilakukan Rusia dalam menginvasi tetangganya. Dimulai dari invasi Georgia pada 2008. Kami mengingatkan bahwa ini bukan hanya tentang perang di Ukraina. Kami berusaha mengakhiri Perang Dingin yang dibangun dengan Rusia agar menjadi rekan yang bersahabat, tapi ini rusak karena sikap agresif Rusia," papar Stoltenberg, dilansir Civil.

"NATO sudah bekerja bersama Georgia selama bertahun-tahun dan membantu dalam mengimplementasikan reformasi dan membangun kooperasi praktikal dan politikal," tambahnya. 

Ia pun menekankan bahwa seluruh negara tetangga Rusia yang tergabung dalam negara pecahan Uni Soviet dan bekas Pakta Warsawa seharusnya dapat merdeka. 

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya