[WANSUS] Rosan Roeslani: Pemulihan Ekonomi RI dari Mata Pengusaha

Belajar dari krisis 2020 yang lebih parah dari 2008 dan 1998

Jakarta, IDN Times - Pandemik virus corona tak hanya menghantam sektor kesehatan tapi juga ekonomi. Bahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua 2020 sempat minus 5,32 persen dan 3,49 pada kuartal ketiga sehingga mengalami resesi.

Bagaimana langkah yang dilakukan pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional yang juga menjadi program penting selama pandemik ini? Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Rosan Roeslani membeberkan pandangan dari pihak pengusaha mengenai hal tersebut.

Wawancara ini juga dilakukan dalam rangka pelaksanaan Indonesia Millennial Report 2021 by IDN TImes, untuk melihat proyeksi perekonomian Indonesia tahun depan, dalam pandemik yang masih berlangsung ini.

Apakah kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah bisa menanggulangi krisis?

[WANSUS] Rosan Roeslani: Pemulihan Ekonomi RI dari Mata PengusahaIDN Times/Aryodamar

Memang kalau menurut saya, seharusnya bisa ya, dan harus karena kebijakan itu stimulusnya kurang lebih Rp695 triliun lebih sedikit dan itu menyangkut dari segala sisi, sisi kesehatan dan juga ekonomi

Kalau ekonomi kita bagi lagi dari dua sisi, supply side dan demand side-nya. Karena keduanya terdampak nih, dua-duanya terjadi shock-lah. Dua-duanya diberikan stimulus, tapi memang relatif itu untuk membangkitkan demand karena lebih susah karena menyangkut rasa nyaman, kesehatan, ketidakpastian ... Jadi dua sisi ini didorong oleh pemerintah karena kalau dari sisi supply saja yang tinggi tapi demand-nya gak ada, kan gak optimal juga.

Memang kebijakan ini sebenarnya sudah baik dan terus ditingkatkan. Tapi ya kembali lagi ke permasalahan di lapangannya saja yang agak tertinggal, walau akhir-akhir ini sudah mulai membaik. kalau kita ingat bapak presiden sempat mengutarakan kekecewaannya lah karena implementasi dari stimulus itu agak lambat beberapa waktu yang lalu, sekarang sudah makin baik.

Stimulus yang diberikan pemerintah sejauh ini apakah sudah menyentuh seluruh aspek?

[WANSUS] Rosan Roeslani: Pemulihan Ekonomi RI dari Mata PengusahaInfografis Stimulus Ekonomi Indonesia selama Pandemik COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)

Sebetulnya kalau kita lihat kebijakan ini yang Rp695 triliun itu kan memang untuk sampai 2020 saja kemudian ke depannya ada stimulus baru lagi, walaupun kami di KADIN sempat memperkirakan stimulus ini memang harus lebih besar karena kami melihatnya kan secara keseluruhan.

Kita bandingkan dengan negara lain, secara percentage to GDP itu kita masih di bawah. Kalau negara lain mungkin sudah di atas 10 persen, kalau kita levelnya belum sampai 10 persen, kasih sampai kurang lebih 4-5 persen.

Jadi kebijakan sudah tepat. Nanti kita lihat kalau misalnya anggarannya terserap semua ya tahun depan harus ada stimulus baru lagi. Karena selama COVID-19 masih ada ya tentunya ganjalan-ganjalan, melalui stimulus harus tetap dikeluarkan, harus tetap berjalan terutama yang menyangkut bantuan sosial, jaringan pengaman nasional itu yang harus lebih didorong untuk memastikan kita semua bertahan dululah di dalam masa COVID-19 Ini.

Stimulus dari pemerintah untuk UMKM sudah cukup?

Saya melihat UMKM paket-paketnya memang harus terus menerus ditingkatkan. Memang dari segi implementasi, UMKM agak bagus walau sempat tertinggal. Sekarang ini di 47-an persen deh implementasinya. Menurut saya perlu lebih didorong karena UMKM ini kan kontribusi terhadap perekonomian kita itu 60 persen. Dari segi penyerapan tenaga kerja hampir 96 persen atau 116 juta orang. Jadi memang sangat tinggi.

UMKM ini harus diberikan prioritas (dan) bantuan sehingga UMKM bisa paling tidak bisa bertahan dulu dan mereka tidak mengalami kelumpuhan permanen. Sehingga, kebijakan-kebijakan pemerintah yang sifatnya stimulus baik secara fiskal secara moneter maupun penjaminan itu bisa terus dijalankan.

Baca Juga: [KALEIDOSKOP] Perjalanan Sektor Ritel Dihajar Pandemik Sepanjang Tahun

Bagaimana peran sektor perbankan dan lembaga keuangan dalam menopang perekonomian selama pandemik?

[WANSUS] Rosan Roeslani: Pemulihan Ekonomi RI dari Mata Pengusaha(ANTARA FOTO)

Sebetulnya dari perbankan dan perusahaan pembiayaan perannya sangat-sangat penting. Kalau kita lihat sekarang perbankan mengalami tekanan besar Kalau saya boleh sharing sedikit, di UMKM yang sudah meminta restrukturisasi ke perbankan atau mereka sudah punya kendala untuk melakukan pembayaran tepat waktu itu sudah 50 persen dari total UMKM yang ada di Indonesia. Itu sesuai dengan survei yang dikeluarkan Asian development Bank, BPS.

Nilai yang direstruktur itu kurang lebih Rp556 triliun yang sudah meminta dari total pinjaman perbankan ke UMKM yang nilainya Rp1.100 triliun. Kalau dari korporasi yang meminta itu di 25 persen.

Tentunya ini akan menimbulkan tekanan yang sangat luar biasa pada perbankan. Oleh sebab itu, OJK pun sudah memberi beberapa kebijakan relaksasi dari kebijakan-kebijakan tersebut. Tentunya kami melihat bahwa kebijakan relaksasi ini perlu diperpanjang tidak hanya sampai awal tahun depan tapi sampai awal 2022.

Insentif fiskal yang diberikan pemerintah sejauh ini mampu mendukung daya tahan ekonomi dan bisnis Indonesia ke depan?

[WANSUS] Rosan Roeslani: Pemulihan Ekonomi RI dari Mata PengusahaKonpers Stimulus Ekonomi (IDN Times/Shemi)

Insentif fiskal yang diberikan pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan memang angkanya besar tapi penyerapannya masih sangat rendah. Insentif usaha contohnya, sampai sekarang pun kabarnya baru 22 persen. Padahal kita tahu perusahaan pada susah semua, tapi kok kecil? karena memang aturannya dan administrasinya masih sangat kaku dan rumit. Ini yang perlu diperbaiki.

Memang sudah banyak insentif usaha yang diberikan tapi perlu diperhatikan juga insentif selain diberikan itu harus bisa aplikatif di lapangan. Kalau gak, ya hanya bagus di paper saja tapi begitu mau ke implementasi banyak kendalanya. Ini dibutuhkan komunikasi terus kementerian keuangan dengan dunia usaha. Penyempurnaannya harus dilakukan terus-menerus sehingga pemulihan perekonomian ini bisa lebih cepat dan tidak mahal.

Keadaan ekonomi sekarang dibanding krisis sebelumnya 1998 dan 2008 itu seperti apa? Lebih parah mana?

[WANSUS] Rosan Roeslani: Pemulihan Ekonomi RI dari Mata PengusahaIlustrasi krisis ekonomi dan dampaknya terhadap perbankan Indonesia (IDN Times/Arief Rahmat)

Kalau saya sih ngelihatnya kalau krisis sekarang itu lebih berat dan kompleks karena ada dua sisi. Satu sisi kesehatan, satu perekonomian. Kalau dulu mau yang 1998, yang 2008 itu semata-mata karena faktor sektor keuangan dan perekonomian. Jadi begitu sektor keuangan disehatkan, itu kembali bisa pulih.

Tapi pada 2020 ini kan pemulihan sektor ekonomi tergantung pada sektor kesehatan. Selama faktor kesehatan belum bisa pulih, ekonomi gak akan pulih. Jadi unsur ketidakpastianya menjadi tinggi. Ini juga yang menyebabkan tekanan perekonomian menjadi sangat besar. Orang gak berani spending dan ini menahan roda perekonomian untuk bisa berjalan.

Dampaknya kalau dilihat merata di seluruh dunia. Mungkin 1998, negara Asia terdampak, 2008 negara Eropa dan USA yang lebih kena, kalau sekarang merata. 2020 ini karena ada faktor kesehatan dan faktor ketidakpastian yang tinggi menjadi ini lebih berat. Kita bisa lihat dari pertumbuhan perekonomian dunia semua yang kena hampir mengalami kontraksi atau minus. Jadi, 2020 menjadi lebih berat lagi.

Baca Juga: Jokowi: Kebijakan Pemulihan Ekonomi Sudah Terlihat Hasilnya

Menurut prediksi Anda, kapan perekonomian akan bangkit dan pulih?

[WANSUS] Rosan Roeslani: Pemulihan Ekonomi RI dari Mata PengusahaIlustrasi Pertumbuhan Ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Kalau kita lihat dari beberapa analisa seperti world bank, IMF, OECD termasuk pemerintah sendiri, di 2021 kita bisa kembali rebound dengan pertumbuhan 4-5 persen. ini suatu hal positif ya, jadi kita harapkan tahun depan bisa kembali rebound dengan catatan faktor kesehatan bisa tertanggulangi.

Kalau kita lihat dengan banyaknya research, banyaknya report bahwa vaksin di 2021 bisa dijalankan tidak hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia ya insyaallah 2021 bisa rebound dan 2022 makin baik lagi ke depannya.

Syaratnya apa bagi pemerintah agar pemulihan ekonomi berhasil?

Syaratnya adalah faktor kesehatannya musti pulih juga. Selama faktor kesehatan belum pulih, faktor ekonominya juga gak akan pulih karena ini saling berkaitan. Kalau kesehatan bisa pulih, vaksin ketemu, dan diberi pada rakyat, saya yakin ekonomi akan lebih pulih lagi dan lebih kencang recovery-nya. kuncinya di kesehatan.

Jadi, seberapa penting dampak vaksinasi massal dalam hal ini?

Sangat penting. Mudah-mudahan sih harapannya kalau kita dengar pemerintah awal tahun depan, Januari insya Allah vaksinnya sudah mulai ada secara bertahap, dan mulai diberikan secara gratis kepada masyarakat terutama dokter dan pegawai medis yang di front liner lah, kepada kepolisian, angkatan dll.

Mudah-mudahan awal tahun depan sudah ada vaksinnya sehingga ini bisa memberikan lebih kepercayaan, kesehatan tertanggulangi, dan perekonomian pulih secara cepat.

Untuk sektor bisnis, kapan mulai bisa bangkit?

[WANSUS] Rosan Roeslani: Pemulihan Ekonomi RI dari Mata PengusahaSebuah hotel tutup sementara akibat wabah COVID-19 (ANTARA FOTO/FB Anggoro)

Di 2021 harapannya semua sudah bisa bangkit lagi walaupun sekarang semua sektor bisa dibilang agak mengalami tekanan walaupun ada beberapa sektor yang masih oke contohnya berhubungan dengan telekomunikasi, ICT, Tower Telko masih oke. Tapi tentunya di bidang-bidang lain mengalami tekanan.

Kalau ini kembali rebound, tentu di sektor seperti makanan dan minuman itu akan lebih cepat pulihnya, di sektor retail akan lebih cepat pulihnya. Tapi mungkin ada juga yang mungkin mengalami pemulihannya itu lebih memakan waktu. Sektor pariwisata akan butuh waktu lebih banyak untuk bisa pulih karena untuk orang mulai ber-traveling lagi setiap negara mungkin akan beda. Tapi, kita melihat secara overall tahun 2021 sudah mulai rebound.

Seberapa penting pemulihan ekonomi di negara mitra berdampak bagi Indonesia? Negara mana saja yang penting?

[WANSUS] Rosan Roeslani: Pemulihan Ekonomi RI dari Mata PengusahaIlustrasi Resesi (IDN Times/Arief Rahmat)

Kalau kita lihat perdagangan deh, yang paling besar siapa? China, Amerika, Eropa, dan negara ASEAN lainnya. Dari 10 Mitra dagang terbesar kita, yang pertumbuhannya gak minus, kontraksi berturut-turut itu China, India, Vietnam, yang lain minus. Akibatnya pertumbuhan perdagangan internasional kita pasti mengalami penurunan.

Ekspor kita akan mengalami penurunan. Walaupun impor kita pun mengalami penurunan. Oleh sebab itu ekspor minus, impor kita masih surplus nih, itu pertama.

Kedua, investasi terbesar kita dari mana? Singapura. Bermasalah gak? iya. Kemudian negara dari Jepang, Korea, China itu besar-besar. Mereka rata-rata mengalami kendala yang tentunya saat pandemi mereka menahan dulu investasinya.

Walaupun sekarang tetap ada kesempatan, kenapa? Amerika, Eropa, Jepang, ini sudah meminta perusahaan-perusahaannya untuk relokasi dari China. Mereka melihatnya kemana dulu? Mereka tuh ke ASEAN, ini surveinya sudah dilakukan.

Oleh sebab itu, kita harus aktif nih untuk mengambil kesempatan ini. Di US saja ada seribu perusahaan mau keluar dari China. Jepang malah memberi insentif fiskal untuk perusahaan Jepang yang keluar dari China karena mereka tidak mau terkonsentrasi di China lagi. Kesempatan ini harus kita ambil.

Harapannya dengan kita terus memperbaiki diri, melakukan reformasi struktural, melakukan pembahasan lebih baik dari insentif, tax holiday dll tentunya diharapkan akan membuat kita menjadi negara kompetitif dalam rangka menarik investasi baik dari dalam dan luar negeri yang ujungnya adalah penciptaan lapangan pekerjaan.

Dibandingkan negara ASEAN lain, apa sih keunggulan Indonesia?

Kalau di Asia Tenggara kita adalah pemimpin di dalam banyak hal. Pertama, kita ekonomi terbesar di ASEAN, hampir 40 persen ekonomi Asean datangnya dari Indonesia. Kedua, jumlah penduduk kita, market kita paling besar. dari 430 juta penduduk Asean, 277 jutanya ada di kita.

Dari segi tanah paling luas kita dari seluruh ASEAN. Kemudian usia produktif kita, kita sekarang sedang mengalami bonus demografi.

Jadi sebenarnya masih banyak keunggulan kita yang mungkin belum optimal saat ini dan diharapkan dengan terus.. ditambah lagi sekarang kita baru saja menyelesaikan omnibus law, itu merupakan suatu yang positif untuk dunia usaha. Jadi banyak hal positif yang bisa kita selaraskan dalam rangka kembali tumbuh minimum lima persen ke atas.

Great reset apa yang harus dilakukan di sektor ekonomi dan bisnis supaya bisa menghadapi krisis pandemik saat ini?

[WANSUS] Rosan Roeslani: Pemulihan Ekonomi RI dari Mata PengusahaIlustrasi Pertumbuhan Ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Tentunya kita harus penguatan di banyak hal, ini kan suatu pembelajaran. Sudah pasti kita harus merevitalisasi, memperkuat sektor kesehatan, tidak hanya di kota besar, tapi semua kota yang tersebar di Indonesia. Dengan adanya ini kan pemerintah akan meningkatkan.

Kita juga sadar kalau kemarin ketergantungan terhadap alat kesehatan, produk-produk sangat tinggi, kita masih impor 90 persen, nah sekarang kita sudah mulai mencoba membuat obat-obatan itu sendiri, meningkatkan research kita supaya kalau hal ini terjadi lagi kita jauh lebih siap.

Itu mungkin salah satu pembelajaran yang sangat baik dari kejadian COVID-19 Ini.

Walaupun tentunya sektor lainnya terutama sektor kesehatan kita lakukan penyempurnaan yang justru berdampak positif. Contohnya adalah kita lebih cepat melakukan digitalisasi di dalam banyak hal termasuk dalam pemerintahan dan perusahaan sehingga ini akan mempercepat proses masuk ke dalam digital economy yang sudah kita canangkan di waktu lampau.

Infrastruktur apa yang perlu dibangun supaya siap jika kondisi ini terjadi lagi?

Tadi kan saya sudah sampaikan faktor kesehatannya. Kedua, tentunya tadi saya sudah sampaikan pembelajaran masuk ke digitalisasi dipercepat.

Hal lain yang gak boleh dilupakan adalah peningkatan sumber daya manusia atau human capital dalam rangka meningkatkan daya saing dan produktivitas. karena semua ujung-ujungnya kuncinya ada di manusianya itu sendiri.

Makanya Investasi besar harus diberikan di semua lini termasuk peningkatan sumber daya manusia kita baik melalui pendidikan vokasi, upscaling rescaling dari segi pekerja kita.. Hal itu salah jadi salah satu kunci untuk kita bisa mempunyai pertumbuhan yang sustainable ke depannya.

Baca Juga: Kadin: Ekonomi Indonesia Benar-benar Pulih di Tahun 2022

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya