IMF Wanti-wanti Soal Potensi Resesi Global di Tahun 2023

Prospek ekonomi global memburuk sejak April 2022

Jakarta, IDN Times - Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menyatakan prospek ekonomi global memburuk sejak April 2022. IMF tidak dapat mengesampingkan kemungkinan resesi global tahun depan yakni 2023 mengingat faktor risiko yang terus meningkat.

Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, mengatakan IMF akan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global sebelumnya yakni sebesar 3,6 persen untuk ketiga kalinya tahun ini. Ia menambahkan para ekonom IMF kini masih menyelesaikan angka-angka proyeksi terbaru.

Baca Juga: AS Diambang Resesi Tahun Ini, Sri Mulyani Waspadai Dampaknya ke RI

1. Prospek ekonomi global memburuk sejak April

IMF Wanti-wanti Soal Potensi Resesi Global di Tahun 2023Sejumlah demonstran menuntut pemerintahan adanya perbaikan ekonomi akibat krisis ekonomi tahun 2008 lalu. Foto: Jens Schott Knudsen/Flickr/cc

IMF diperkirakan akan merilis perkiraan terbarunya untuk tahun 2022 dan 2023 pada akhir Juli, setelah memangkas perkiraannya hampir satu poin persentase penuh pada April. Seperti diketahui, ekonomi global tumbuh sebesar 6,1 persen pada tahun 2021.

"Prospek sejak pembaruan proyeksi pertumbuhan ekonomi terakhir kami pada bulan April lalu kini terus memburuk signifikan," kata Georgieva, seperti dilansir dari US News, Jumat (8/7/2022).

2. Resesi global tidak bisa dikesampingkan

IMF Wanti-wanti Soal Potensi Resesi Global di Tahun 2023Ilustrasi Resesi (IDN Times/Arief Rahmat)

Memburuknya outlook ekonomi tidak luput dari dampak penyebaran inflasi yang lebih universal, kenaikan suku bunga yang lebih substansial, perlambatan pertumbuhan ekonomi China, serta meningkatnya sanksi terkait dengan perang Rusia-Ukraina.

"Kita berada di perairan yang sangat berombak," katanya.

Ketika disinggung mengenai resesi global, Georgieva menyatakan hal tersebut tidak bisa dikesampingkan.

"Risikonya telah meningkat sehingga kami tidak dapat mengesampingkannya," katanya.

3. IMF sebut 2023 akan menjadi tahun yang sulit

IMF Wanti-wanti Soal Potensi Resesi Global di Tahun 2023www.am2018bali.go.id

Lebih lanjut, data ekonomi baru-baru ini menunjukkan beberapa outlook ekonomi besar di dunia termasuk China dan Rusia telah mengalami kontraksi pada kuartal kedua. Sehingga, potensi resesi bisa jadi lebih tinggi pada tahun 2023 mendatang.

"Tahun 2022 memang masih menjadi tahun yang sulit, tetapi mungkin 2023 menjadi tahun yang lebih sulit. Risiko resesi meningkat pada 2023," katanya.

DIkatakan Georgieva, sejumlah investor juga semakin khawatir tentang risiko resesi. Pasalnya, kurva treasury yield AS menunjukkan keterbalikan untuk hari kedua berturut-turut pada Rabu (6/7/2022) lalu. Sehingga, anomali tersebut menjadi indkator bahwa potensi resesi semakin menguat.

4. Bank sentral AS tidak mencoba untuk merekayasa resesi

IMF Wanti-wanti Soal Potensi Resesi Global di Tahun 2023jerome Powell (Website/https://www.npr.org/)

Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, bulan lalu mengatakan bank sentral AS tidak mencoba untuk merekayasa resesi.

"Namun, pihaknya tetapi berkomitmen penuh untuk mengendalikan harga bahkan jika hal itu berisiko terhadap penurunan ekonomi," ujarnya.

Baca Juga: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2022

5. Prospek ekonomi global lebih heterogen dibandingkan dua tahun lalu

IMF Wanti-wanti Soal Potensi Resesi Global di Tahun 2023artikel

Georgieva melanjutkan, pengetatan kondisi keuangan yang lebih lama akan memperumit prospek ekonomi global. Prospek ekonomi global menurutnya kini lebih heterogen dibandingkan dua tahun lalu.

"Pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat mungkin merupakan harga yang harus dibayar mengingat kebutuhan mendesak dan untuk memulihkan stabilitas harga, katanya.

Dikatakan Georgieva, meningkatnya risiko divergensi antara kebijakan fiskal dan moneter mendesak sejumlah negara untuk secara hati-hati mengkalibrasi kedua kebijakan tersebut demi mencegah kemungkinan dukungan fiskal yang cenderung berlawanan terhadap upaya bank sentral dalam mengendalikan inflasi.

"Kita perlu menciptakan tingkat koordinasi yang sama kuat antara bank sentral dan kementerian keuangan di masing-masing negara. Sehingga mereka (bak sentral) mampu memberikan dukungan dengan cara yang tepat sasaran dan tidak melemahkan apa yang ingin dicapai oleh kebijakan moneter," katanya.

Topik:

  • Rendra Saputra

Berita Terkini Lainnya