INDEF Kritisi Upaya Pengetatan Likuiditas Bank Indonesia

BI menaikkan GWM menjadi 6 persen

Jakarta, IDN Times - Kembali ditahannya BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen oleh Bank Indonesia mendapatkan sorotan dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF). Terlebih, upaya pengetatan likuiditas melalui kenaikan giro wajib minimum (GWM) juga dinilai INDEF tidak cukup menekan angka konsumsi.

"BI kan pengetatan likuiditas melalui menaikkan GWM menjadi 6 persen dan mungkin akan bertambah lagi menjadi 7,5 persen dalam beberapa bulan ke depan. Tapi, itu gak cukup mampu untuk menekan konsumsi. Tidak bisa menekan masyarakat untuk permintaan yang tinggi. Tidak cukup kuat lah untuk mengatasi problem yang ada hanya lewat GWM saja," kata Direktur Eksekutif INDEF, Tauhid Ahmad, Senin (4/7/2022).

Baca Juga: INDEF: Harga Komoditas Melonjak karena Mahalnya BBM Dunia

1. INDEF soroti angka inflasi yang terus melonjak

INDEF Kritisi Upaya Pengetatan Likuiditas Bank IndonesiaIlustrasi Inflasi. IDN Times/Arief Rahmat

INDEF juga menyoroti angka inflasi yang terus melonjak. Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi Juni 2022 berada di angka 4,35 persen. Lebih tinggi dibandingkan Mei 2022 yang 3,55 persen sekaligus jadi yang tertinggi sejak Juni 2017.

"Kalau 4,35 persen udah di atas batas psikologis dong. Sudah di atas batas kewajaran, ya ampun. BI tidak boleh sombong dalam menahan ini (inflasi). BI memang bertujuan untuk menahan stagflasi ya. Tapi, ini mau gak mau inflasinya biar gak tinggi ya harus ada kebijakan yang strategis. Ini baru tengah tahun saja sudah 4,35 persen. Berapa ini kalau sampai nanti akhir tahun," kata Tauhid.

Baca Juga: Bank Mandiri: Ekonomi Indonesia hingga Akhir Q2 Masih Bakal Positif

2. Operasi pasar secara ketat dilakukan

INDEF Kritisi Upaya Pengetatan Likuiditas Bank IndonesiaIlustrasi pasar tradisional. (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww)

Guna menekan angka inflasi yang terus mengalami kenaikan, INDEF mendorong agar operasi pasar digencarkan. Terlebih, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga terus melemah. Jika operasi tidak dilaksanakan secara ketat bisa saja rupiah bisa tembus di angka Rp15 ribu.

"Apalagi sekarang sudah ada ekspektasi jika ekonomi kita melemah nanti nilai tukar rupiah juga ikut-ikutan melemah," kata Tauhid.

Baca Juga: Lagi, Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan 3,5 Persen

3. BI diminta naikkan suku bunga secara bertahap

INDEF Kritisi Upaya Pengetatan Likuiditas Bank IndonesiaANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Langkah kedua yang direkomendasikan oleh INDEF kepada BI adalah dengan menaikkan suku bunga acuan. Bisa dilakukan dengan menaikkan 25 basis poin terlebih dahulu. Dikarenakan, inflasi sudah tembus di angka 4,35 persen.

"Jadi, kalau inflasi dengan batas suku bung sudah jauh ya sulit nanti dikendalikannya. Kebijakan BI sudah seharusnya berubah. Inflasi kan umumnya dikarenakan harga bergejolak dan sulit dikendalikan," ucap Tauhid.

4. BI pertahankan suku bunga acuan

INDEF Kritisi Upaya Pengetatan Likuiditas Bank IndonesiaANTARA FOTO

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) Edisi Mei 2022 memutuskan kembali mempertahankan suku bunga acuan atau 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) di angka 3,5 persen. Selain itu, RDG BI juga memutuskan mempertahankan suku bunga deposit facility di angka 2,75 persen dan suku bunga lending facility sebesar 4,25 persen.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23 dan 24 Mei 2022 memutuskan untuk mempertahan BI 7 Days Repo Rate 3,5 persen, demikian juga suku bunga deposit facility dan suku bunga lending facility tetap sebesar 2,75 persen dan 4,25 persen," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers virtual, beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Tak Ikuti Langkah The Fed, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 3,50 Persen

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya