Inflasi AS Juli Turun 8,5 Persen, The Fed Tetap Kerek Suku Bunga? 

CPI inti sendiri naik 0,3 persen dari Juni

Jakarta, IDN Times - Inflasi AS pada Juli turun menjadi 8,5 persen jika dibandingkan dengan bulan Juni yang mencapai angka 9,1 persen. Penurunan harga energi yang lebih rendah menjadi faktor menurunnya laju inflasi negeri Paman Sam jika dibandingkan pada bulan Juli lalu.

Departemen Tenaga Kerja menyatakan laju inflasi yang mengalami penurunan pada bulan Juli ini dibandingkan dengan Juni lalu berkat dari penurunan harga energi yang signifikan sehingga bisa mengimbangi harga konsumsi rumah tangga dan sewa tempat tinggal yang masih tinggi.

"Untuk consumer price index (CPI) inti sendiri naik 0,3 persen dari Juni dan 5,9 persen dari periode yang sama pada tahun lalu," tulis Departemen Tenaga Kerja AS seperti dikutip dari Al Jazeera pada Kamis (11/8/2022).

Baca Juga: UU Semikonduktor Sah, AS Disebut China Mulai Genderang Perang Dingin

1. Penurunan inflasi dorong The Fed untuk tidak lakukan langkah agresif

Inflasi AS Juli Turun 8,5 Persen, The Fed Tetap Kerek Suku Bunga? Commons. wikimedia.org/US Government

Penurunan laju inflasi menjadi sinyal bagi The Fed untuk tidak melakukan upaya agresif seperti kembali menaikkan suku bunga 75 basis poin yang sebelumnya teah digadang-gadang akan kembali dilakukan.

Data inflasi AS bulan Juli mungkin memberi The Fed ruang bernapas. Penurunan harga gas serta mobil bekas memberikan angin segar bagi warga di negeri Paman Sam. Meskipun, inflasi tahunan tetap tinggi lebih dari 8 persen dan biaya rumah tangga terus meningkat.

Baca Juga: The Fed Lagi-lagi Kerek Naik Suku Bunga Sebesar 75 Basis Poin

2. Penurunan harga energi jadi kabar baik bagi warga AS

Inflasi AS Juli Turun 8,5 Persen, The Fed Tetap Kerek Suku Bunga? Pexels.com/skitterphoto

Penurunan harga bensin dan gas adalah kabar baik bagi warga Amerika di tengah biaya hidup yang masih sangat tinggi. Sehingga, memaksa banyak orang untuk mengisi kartu kredit dan menguras tabungan.

Setelah data minggu lalu menunjukkan permintaan tenaga kerja yang masih kuat dan pertumbuhan upah yang lebih kuat, perlambatan inflasi lebih lanjut dapat menghilangkan beberapa urgensi dari The Fed untuk memperpanjang kenaikan suku bunga yang terlalu besar.

3. Biaya konsumsi warga AS naik 10,9 persen

Inflasi AS Juli Turun 8,5 Persen, The Fed Tetap Kerek Suku Bunga? Suasana Times Square, New York, Amerika. (By Terabass/Wikimedia)

Berdasarkan catatan Departemen Tenaga Kerja AS, harga bensin dan gas di AS turun 7,7 persen pada Juli. Penurunan tersebut jadi yang terbesar sejak April 2020, setelah naik 11,2 persen sebulan sebelumnya. Harga utilitas turun 3,6 persen dari Juni dan menjadi penurunan terbesar sejak Mei 2009.

Biaya konsumsi naik 10,9 persen dari tahun lalu dan merupakan kenaikan terbesar sejak 1979. Harga mobil bekas juga ikut mengalami penurunan.

Baca Juga: Rupiah Dibuka Melemah usai Pengumuman Data Inflasi AS 

4. The Fed dikabarkan tetap akan naikkan suku bunga

Inflasi AS Juli Turun 8,5 Persen, The Fed Tetap Kerek Suku Bunga? Commons. wikimedia.org/US Government

Sementara itu, pengamat keuangan Arsiton Tjendra, mengatakan salah satu petinggi The Fed, Neel Kashari, memberikan respons bahwa inflasi AS yang turun ini tidak menghalangi niat The Fed untuk menaikkan suku bunga acuannya ke depan.

"Neel mengungkapkan bahwa The Fed menginginkan angka inflasi di 2 persen. Jadi, pertimbangan pejabat The Fed ini mungkin bisa menahan penguatan rupiah," kata Ariston.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya