Mandiri Institute: Kenaikan Suku Bunga Pada Semester Kedua 2022

Indonesia harus mampu manfaatkan krisis global

Jakarta, IDN Times - Ekonom Mandiri institute memprediksi kenaikan suku bunga BI terjadi pada semester kedua 2022. Kenaikan suku bunga BI sendiri dinilai berdasarkan data inflasi dan exchange rate terkini.

"Kita proyeksikan (kenaikan suku bunga BI) terjadi pada semester kedua," kata Head of Mandiri Institute, Teguh Yudo Wicaksono, dalam Fortune Indonesia Summit (FIS) 2022 by IDN Media.

Baca Juga: Mandiri Institute: Ekonomi Indonesia 2022 Diprediksi Tetap Solid!

1. Penerimaan dolar AS ke tanah air tinggi

Mandiri Institute: Kenaikan Suku Bunga Pada Semester Kedua 2022Teguh Yudo Wicaksono, Head of Mandiri Institute (tengah) dan Handaka Santosa, CEO Sogo Indonesia (kanan) dalam acara Fortune Indonesia Summit 2022 pada Rabu (18/5/2022). (IDN Times/Herka Yanis)

Dikatakan Yudo, BI kini tengah melihat data dependent yang masuk seperti inflasi dan juga exchange rate.

"Nah, ini yang menarik ya soal exchange rate. Meskipun The Fed menaikkan suku bunga bulan Mei ini, dolar AS juga sempat melemah dibandingkan bulan sebelumnya. Di sisi yang bersamaan ekspor tumbuh tinggi. Penerimaan dolar ke kita juga besar. Alhasil, kami menduga BI tidak segera menaikkan tingkat suku bunga," ujar Yudo.

2. Kenaikan suku bunga tertahan

Mandiri Institute: Kenaikan Suku Bunga Pada Semester Kedua 2022Ilustrasi suku bunga (IDN Times/Umi Kalsum)

Terlebih, pernyataan terakhir BI soal inflasi yang kemungkinan akan slowdown dari periode sebelumnya sebesar 3,47 persen juga menjadi dasar bagi Yudo bahwa tingkat suku bunga belum mengalami kenaikan.

"Hal tersebut menjadi dasar bahwa tendensi kenaikan suku bunga BI akan tertahan ya," ucap Yudo.

3. Ancaman resesi ekonomi AS

Mandiri Institute: Kenaikan Suku Bunga Pada Semester Kedua 2022Gedung Federal Reserve System (The Fed) Amerika Serikat (federalreserve.gov)

Namun demikian, Yudo tak luput mengingatkan soal ancaman resesi ekonomi AS dan dampaknya terhadap perekonomian di tanah air.

AS diprediksi mau tidak mau harus menghadapi resesi ekonomi, karena tidak mampu untuk soft landing terhadap kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed).

"Mau tidak mau, AS akan menghadapi resesi ya. Buat kita, dampaknya seperti apa ya kita lihat AS sebagai negara ekonomi besar. Angka ekspor kita ke sana juga besar. Jadi, impact tersebut yang akan tersa signifikan. Kedua, kita juga banyak ekspor ke China. Jadi kita lihat dua policy dari AS dan China," katanya. 

4. Indonesia harus mampu manfaatkan krisis

Mandiri Institute: Kenaikan Suku Bunga Pada Semester Kedua 2022Alexander Bazhanov, 34, manajer teknik dari Mariupol berjalan di penyeberangan perbatasan antara Polandia dengan Ukraina, setelah Presiden Vladimir Putin mengesahkan operasi militer di wilayah timur Ukraina, di Medyka, Polandia, Kamis (24/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Kacper Pempel.

Yudo mengatakan, di tengah krisis yang terjadi, Indonesia seharusnya mampu melihat kesempatan yang ada.

Di satu sisi, konflik menciptakan ketidakpastian. Di sisi lain, sebetulnya nilai komoditas tanah air langsung naik tinggi.

"Misalnya minyak sudah sempat menyentuh angka 128 dolar AS per barel. CPO tumbuh sekitar 28 persen. Batu bara tumbuh sekitar 124 persen. Krisis energi di Eropa tentu saja drive up batu bara ya. Jadi, penerimaan dolar ke kita cukup besar ya. Kita melihat akan mix ya impact-nya kalaupun Fed rate dinaikkan," ucap Yudo.

Baca Juga: Jerome Powell: The Fed Tak Akan Ragu untuk Terus Naikkan Suku Bunga

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya