Mau Dolar AS Keok, China Beli Minyak Rusia Pakai Rubel dan Yuan

Penggunaan rubel dan yuan permudah transaksi minyak

Jakarta, IDN Times - Raksasa energi Rusia Gazprom menyatakan telah menandatangani perjanjian dengan China untuk memulai pembayaran pasokan gas ke China dalam kurs yuan dan rubel, bukan dolar AS. Kebijakan tersebut diambil sebagai respons Beijing dan Moskow yang terkena sanksi dari negara-negara barat.

“Mekanisme pembayaran baru adalah solusi yang saling menguntungkan, tepat waktu, andal, dan praktis,” CEO Gazprom Alexei Miller mengatakan dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan konferensi video dengan kepala grup minyak China CNPC, Dai Houliang, seperti dilansir dari ChannelNews Asia pada Kamis (8/9/2022).

Baca Juga: Lawan Pembatasan Harga, Rusia Bakal Lebih Banyak Kirim Minyak ke Asia

1. Penggunaan rubel dan yuan permudah transaksi jual beli minyak

Mau Dolar AS Keok, China Beli Minyak Rusia Pakai Rubel dan Yuanilustrasi pekerja perusahaan Gazprom (Twitter.com/Gazprom)

Miller menambahkan bahwa penggunaan rubel dan yuan akan menyederhanakan perhitungan jual beli minyak antara Rusia dan China dan menjadi contoh yang sangat baik bagi perusahaan lain.

Penyaluran minyak sendiri berdasarkan keterangan resmi dari Gazprom pasokan akan melalui rute timur atau pipa gas ‘Power of Siberia’” yang menghubungkan jaringan gas Rusia dan Tiongkok.

Gazprom sendiri tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang skema penjualan minyak kedua negara atau mengatakan kapan pembayaran akan beralih dari dolar ke rubel dan yuan.

Baca Juga: Rusia: Gas Ke Eropa Tak Akan Mengalir Sampai Sanksi Dicabut

2. Rusia perkuat hubungan dengan negara-negara non barat

Mau Dolar AS Keok, China Beli Minyak Rusia Pakai Rubel dan YuanPresiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden China, Xi Jinping. (twitter.com/President of Russia)

Baru-baru ini, Rusia telah berupaya membangun hubungan ekonomi yang lebih erat dengan China dan negara-negara non-barat lainnya.

Presiden Rusia Vladimir Putin awal tahun ini memaksa warga Eropa yang berlangganan energi dari Rusia untuk membuka rekening bank rubel dengan Gazprombank dan membayar dalam mata uang Rusia jika mereka ingin terus menerima gas Rusia. Pasokan terputus ke beberapa perusahaan dan negara yang menolak persyaratan tersebut. Sehingga, menyebabkan harga energi melonjak.

Kremlin sendiri menyatakan bahwa pasokan gas Rusia ke Eropa tidak akan dilanjutkan sampai sanksi Barat terhadap Moskow dicabut.

Baca Juga: Kesepakatan Investasi Vale dengan Perusahaan China Tembus Rp31,3 T

3. Putin nilai penghapusan dolar AS baik untuk Rusia dan China

Mau Dolar AS Keok, China Beli Minyak Rusia Pakai Rubel dan YuanANTARA FOTO/REUTERS/Evgenia Novozhenina

Kebijakan Rusia dan China untuk menghapus dolar AS dalam transaksi antar kedua negara dinilai sebagai bagian dari dorongan untuk mengurangi ketergantungan Rusia pada dolar AS, euro, dan mata lainnya.

Sementara itu, Rusia sendiri sudah mulai memompa gas ke China melalui pipa gas Power of Siberia sepanjang 3.000 km pada akhir 2019. Putin memuji langkah itu sebagai peristiwa yang benar-benar bersejarah. Tidak hanya untuk pasar energi global, tetapi juga yang terbaik bagi Rusia dan China.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya