Nilai Perdagangan Indonesia-Serbia Tembus US$1,85 Juta 

Indonesia dan Bosnia terus perkuat kerja sama

Jakarta, IDN Times - Indonesia dengan Bosnia dan Herzegovina memiliki potensi yang besar dalam aspek perdagangan. Nilai perdagangan antara kedua negara pada 2021 silam tercatat 1,85 juta dolar AS.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan Indonesia dan Bosnia sepakat mendorong kerja sama ekonomi yang lebih intensif serta memanfaatkan potensi perdagangan dan investasi yang dimiliki oleh kedua pihak. Khususnya, soal peningkatkan kerja sama di sektor industri pertahanan, business-to-business, hingga kerja sama hospitality.

“Pelaku bisnis antar kedua negara penting untuk saling mengunjungi negara satu sama lain. Indonesia percaya bahwa kedekatan historis serta hubungan bilateral yang baik antara kedua negara sejak puluhan tahun yang lalu dapat pula dimanfaatkan sebagai modal dasar bagi setiap langkah strategis dalam rangka eksplorasi lebih lanjut setiap potensi kerja sama antara Indonesia dengan Bosnia dan Herzegovina,” kata Menko Airlangga, Selasa (14/6/2022).

Baca Juga: Hore, Keran Ekspor Sabun Indonesia Kembali Dibuka

1. Banyak komoditas unggulan Indonesia diekspor ke Bosnia

Nilai Perdagangan Indonesia-Serbia Tembus US$1,85 Juta Ilustrasi ekspor (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)

Dikatakan Airlangga, komoditas unggulan Indonesia yang diekspor ke Bosnia adalah bubuk kokoa dengan nilai 188 ribu dolar AS, alat instrumen musik 45 ribu dolar AS, dan perangkat telepon sebesar 44 ribu dolar AS.

"Sedangkan, komoditi impor utama Indonesia dari Bosnia adalah centrifuges 439 ribu dolar AS, alas kaki dengan bagian luar dan bagian atas dari karet 226 ribu dolar AS, dan alas kaki dengan bagian atas selain karet 95 ribu dolar AS," ucapnya. 

2. Kondisi geografis pengaruhi kerja sama ekonomi

Nilai Perdagangan Indonesia-Serbia Tembus US$1,85 Juta Pixabay/MoreToTheShell

Menteri Luar Negeri Bosnia dan Herzegovina, Y.M. Bisera Turkovic, mengusulkan agar kedua pihak mulai membahas secara intensif terkait pembentukan sambungan langsung dari Jakarta ke Sarajevo, begitu juga sebaliknya.

"Salah satu tantangan dari upaya penguatan kerja sama bidang ekonomi antara kedua negara adalah hambatan logistik untuk melakukan perdagangan langsung dengan Bosnia dan Herzegovina. Hambatan tersebut disebabkan oleh kondisi geografi Bosnia dan Herzegovina serta ketergantungan pada pelabuhan negara tetangga untuk arus keluar masuk barang," ucap Menlu Turkovic.

3. Serbia dukung masuknya komoditas utama asal Indonesia

Nilai Perdagangan Indonesia-Serbia Tembus US$1,85 Juta Koleksi dengan kolaborasi unik Indomie dan Starcross dalam balutan fashion anak muda di peluncuran Indomie x Starcross, Pedas Generation Hype Party, Sabtu (14/12/2019). IDNTimes/Holy Kartika

Sebagai informasi, terdapat pabrik mie instan Indomie di wilayah Serbia saat ini. Untuk itu, Pemerintah Bosnia dan Herzegovina menawarkan agar pabrik yang sama dapat dibuka di wilayah Bosnia dan Herzegovina.

“Bosnia dan Herzegovina terbuka dan mendukung masuknya komoditi minyak sawit asal Indonesia serta menawarkan Indonesia untuk berinvestasi di sektor produk makanan di Bosnia dan Herzegovina. Termasuk, meningkatkan kerja sama di bidang militer atau pertahanan dengan Indonesia, khususnya dengan PT Pindad," kata Menlu Turkovic.

Baca Juga: Serbia Tolak Desakan Jerman untuk Jatuhkan Sanksi pada Rusia

4. Konflik pengaruhi sektor pangan

Nilai Perdagangan Indonesia-Serbia Tembus US$1,85 Juta Orang-orang menghadiri upacara penghormatan kepada para pembela Ukraina yang gugur, termasuk tentara yang tewas dalam pertempuran dengan pemberontak pro-Rusia di bandara Donetsk hari ini pada tahun 2015, di sebuah peringatan di dekat markas besar Kementerian Pertahanan di Kyiv, Ukraina, Kamis (20/1/2022). (ANTARA FOTO/Ukrainian Presidential Press Service/Handout via REUTERS.)

Tidak luput Menlu Bosnia dan Herzegovina membahas terkait kondisi terkini dari dampak konflik di Ukraina, khususnya untuk kawasan Balkan Barat. Kedua Menteri mendiskusikan terkait energy security dan food security yang saat ini menjadi perhatian banyak negara di dunia.

"Untuk saat ini negaranya tidak mengimpor banyak gandum dari Ukraina, sehingga bisa dipastikan imbas buruk dari konflik di sektor pangan kecil kemungkinan terjadi," katanya.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya