Penjualan Produk SOGO Lebih Banyak via WhatsApp

WhatsApp dinilai lebih oke jadi platform penjualan

Jakarta, IDN Times - Bos SOGO Handaka Santosa mengaku penjualan produk ritel di department store miliknya didominasi dari pesanan via WhatsApp. WhatsApp dinilai lebih familier bagi masyarakat sehingga proses penjualan lebih mudah untuk dilakukan. 

"Saat ini penjualan tertinggi bukan online melalui (MAP club) atau platform yang lain ya, justru malah lewat WhatsApp. Jadi, penjualan dari WhatsApp ini justru tinggi melebihi platform online yang sudah kami sediakan," kata CEO SOGO Indonesia Handaka Santosa dalam Fortune Indonesia Summit (FIS) 2022 by IDN Media.

Baca Juga: Semarak HUT 38 Tahun SOGO, Levis dan Lea Diskon 20 Persen

1. WhatsApp dinilai lebih familiar dengan masyarakat

Penjualan Produk SOGO Lebih Banyak via WhatsAppHandaka Santosa, CEO Sogo Indonesia dalam acara Fortune Indonesia Summit 2022 pada Rabu (18/5/2022). (IDN Times/Herka Yanis)

Handaka menilai penjualan tinggi produk SOGO melalui WhatsApp disinyalir karena aplikasi tersebut lebih akrab dengan masyarakat Indonesia. Melalui WhatsApp konsumen tidak hanya bisa berkomunikasi dengan SOGO secara teks namun juga bisa melalui video call. 

"Kalau konsumen mau video call kita bisa layani ya. Sehingga, SOGO sendiri punya nomor WhatsApp Business sendiri ya. Masingmasing department store yang kami miliki punya akun WhatsApp Business masing-masing," ucapnya.

Handaka mengatakan pihaknya mendorong konsumen untuk menggunakan mekanisme daring untuk membeli produk ritel. Bukan hanya itu, SOGO juga mendorong supplier untuk menggunakan platform online, melalui MAP club.

Baca Juga: Handaka Santosa di Balik Seibu dan Sogo

2. Supplier tidak hanya perusahaan kelas atas, tapi juga UMKM

Penjualan Produk SOGO Lebih Banyak via WhatsAppTeguh Yudo Wicaksono, Head of Mandiri Institute (kiri) dan Handaka Santosa, CEO Sogo Indonesia (kanan) dalam acara Fortune Indonesia Summit 2022 pada Rabu (18/5/2022). (IDN Times/Herka Yanis)

Selain itu, Handaka juga mengungkapkan supplier SOGO tidak hanya berasal dari perusahaan besar melainkan ada pula UMKM.

"Tidak hanya melulu dari kelas atas ya. Jadi, kita kombinasikan. Kenapa kita kombinasikan, karena konsumen tidak hanya beli produk-produk yang mahal," ujarnya.

Terkait hal itu, SOGO menekankan sistem kontrol bagaimana UMKM ini bisa terus menjaga kuantitas produk sesuai standar. "Jangan sampai penjualan turun kuantitas. Hal tersebut bisa berdampak kepada turunnya sales revenue dan konsumen juga kecewa," ucapnya.

3. Pandemi membuat perilaku konsumen berubah

Penjualan Produk SOGO Lebih Banyak via WhatsAppHandaka Santosa, CEO Sogo Indonesia dalam acara Fortune Indonesia Summit 2022 pada Rabu (18/5/2022). (IDN Times/Herka Yanis)

Baca Juga: Koleksi Busana Bertema Japanese Look di Ulang Tahun SOGO Ke-30

Pandemi COVID-19 juga membuat pembelian produk ritel SOGO oleh masyarakat berubah. Berdasarkan catatan dari Handaka, sebelum pandemi Covid-19 penjualan produk ritel fashion di SOGO cukup tinggi. Namun, kini terjadi perubahan perilaku saat konsumen ingin membeli produk ritel di SOGO.

"Kalau dulu kan fashion lebih banyak ya. Kalau sekarang terjadi shifting ke produk kecantikan, kesehatan dan home decoration. Masyarakat kan di rumah terus ya akhirnya fokus ke rumah. Yang terakhir adalah produk sport," ucapnya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya