Rupiah Ditutup Stagnan, Bertahan di Level Rp14.993 per Dolar AS

Pasar keuangan menanti keputusan The Fed terhadap suku bunga

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar rupiah atau kurs mata uang Garuda ditutup stagnan atas mata uang dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Selasa (26/7/2022).

Seperti dikutip dari Bloomberg, kurs rupiah ditutup stagnan di level Rp14.993 per dolar AS pada perdagangan sore ini. Sebelumnya, kurs rupiah dibuka menguat 17 poin ke level Rp14.967 per dolar AS pada pembukaan perdagangan pagi tadi. 

Baca Juga: Rupiah Perkasa Selasa Pagi, Menguat ke Level Rp14.967 per Dolar AS

1. Dolar AS masih kokoh

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan dolar AS bertahan tepat di bawah puncak multi-dekade pada Selasa (26/7/2022) karena para pedagang menunggu kenaikan suku bunga dari Federal Reserve AS sembari bertanya-tanya apakah petunjuk ekonomi yang melambat dapat mendorong pergeseran dari fokusnya pada inflasi.

"Pedagang telah memutar balik ekspektasi karena pasar mencoba mencari tahu kapan pembuat kebijakan mungkin menghentikan upaya memerangi inflasi di tengah tanda-tanda ekonomi mulai melambat. Harga berjangka menunjuk ke kenaikan suku bunga 75 basis poin (bp) dengan risiko 10 persen dari 100 bps," kata Ibrahim, Selasa (26/7/2022).

Sementara itu, Bank Sentral Eropa (ECB) sendiri bergabung dengan rekan-rekan globalnya untuk menurunkan inflasi yang melonjak dan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps. Diperkirakan akan menaikkan kembali suku bunga sampai inflasi turun kembali ke target 2 persen.

2. Indonesia kantongi devisa sebesar 136,4 miliar dolar AS

Ibrahim menambahkan, situasi perekonomian global rentan akibat konflik Rusia-Ukraina yang berpengaruh terhadap kenaikan harga komoditas sehingga berdampak terhadap melonjaknya inflasi.

"Sehingga membuat kondisi keuangan global dilanda ketidakpastian yang terus menguat. Terlebih, ada tekanan dari kebijakan proteksionisme yang membuat banyak negara melarang atau membatasi ekspor komoditas tertentu guna mengamankan pasokan dalam negeri, dalam situasi saat ini," katanya. 

Dalam kondisi atau situasi seperti ini, Indonesia masih mampu menjaga keseimbangan ekonominya, dengan melihat dari cadangan devisa Indonesia yang terus meningkat membuat perekonomian Indonesia tetap kokoh dan berada pada tren kinerja yang baik.

Kalau berkaca sebelumnya, cadangan devisa berada di atas standar IMF selama tiga bulan ke depan. Berdasarkan catatan per akhir Juni 2022, Indonesia mengantongi devisa sebesar 136,4 miliar dolar AS atau naik dari capaian Mei yang tercatat 135,6 miliar dolar AS. Nilai tersebut setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Di sisi lain, stabilitas keuangan domestik juga relatif terjaga hingga kuartal  kedua 2022. Hal itu tercermin pada rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan yang masih tinggi pada akhir Mei 2022, yakni sebesar 24,67 persen

Kemudian, rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) perbankan terjaga di angka 3,04 persen bruto. Situasi positif juga didukung oleh saluran kredit perbankan yang tumbuh 10,66 persen secara (YoY) per Juni 2022.

Baca Juga: Lawan Arus, Bank Sentral Rusia Justru Pangkas Suku Bunga

3. Proyeksi rupiah esok hari

Lebih lanjut, pada pekan depan rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia (PDB) kuartal kedua 2022 akan dipublikasikan. Diperkirakan PDB lebih baik dari kuartal sebelumnya di atas 5,01 persen. Dengan data fundamental dalam negeri yang bagus, membuat pijakan mata uang garuda tetap menguat walaupun secara bersamaan dolar juga ikut menguat. 

Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup stagnan walaupun sebelumnya sempat menguat 15 poin di level Rp14.993 dari penutupan sebelumnya di level Rp14.993.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatuf namun ditutup melemah di rentang  Rp14.990-Rp15.040," kata Ibrahim.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya