Rupiah Gagah Perkasa atas Dolar AS Sore Ini, Ada 2 Faktor Pemicunya

Nilai tukar atau kurs rupiah perkasa atas dolar

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah perkasa atas dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Selasa (24/5/2022).

Seperti dikutip dari Bloomberg, kurs rupiah menguat ke level Rp14.661 per dolar AS atau menguat 11 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 20 poin pada penutupan perdagangan sore ini.

Sebelumnya, pada penutupan perdagangan Senin (23/5/2022), kurs rupiah ditutup melemah di level Rp Rp14.672.

Baca Juga: Lagi, Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan 3,5 Persen

1. Dua faktor latarbelakangi perkasanya rupiah atas dolar AS

Rupiah Gagah Perkasa atas Dolar AS Sore Ini, Ada 2 Faktor PemicunyaIlustrasi. (ANTARA FOTO/Rahmad)

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan menguatnya rupiah berdasarkan dua faktor yakni eksternal maupun internal. Di antaranya, pernyataan dari Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde selaku pembuat kebijakan yang kemungkinan akan mengangkat suku bunga deposito kawasan euro pada akhir September 2022.

"Saham berjangka AS menunjukkan penurunan 0,81 persen untuk S&P 500 dan penurunan 1,41 persen untuk Nasdaq," ujar Ibrahim kepada IDN Times pada Selasa (24/5/2022).

Faktor lainnya yakni Federal Reserve AS dapat menaikkan suku bunga targetnya menjadi sekitar 2 persen pada Agustus 2022.

2. BI 7-Day reverse repo rate tak berubah

Rupiah Gagah Perkasa atas Dolar AS Sore Ini, Ada 2 Faktor PemicunyaANTARA FOTO

Sementara itu, faktor internal yakni Bank Indonesia (BI) yang mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Mei 2022. Hasilnya sesuai ekspektasi, pasar, suku bunga acuan masih tetap.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23-24 April 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5 persen, suku bunga deposit facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 4,25 persen," sebut Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers secara virtual.

Dengan demikian, BI 7 Day Reverse Repo Rate tidak pernah berubah selama 15 bulan. Suku bunga acuan 3,5 persen adalah yang terendah sepanjang sejarah Indonesia. Walaupun, secara tahunan (year on year/yoy), inflasi Indonesia melesat 3,47 persen atau tertinggi sejak Agustus 2019. Inflasi tahunan tersebut semakin mendekati batas atas kisaran target BI yaitu 2-4 persen.

3. Fundamental ekonomi Indonesia masih kokoh

Rupiah Gagah Perkasa atas Dolar AS Sore Ini, Ada 2 Faktor PemicunyaANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Baca Juga: 5 Perbedaan Allo Bank dengan Bank Digital Lainnya

Lebih lanjut, BPS juga mencatat inflasi inti pada April menembus 2,60 persen (YoY) yang merupakan rekor tertinggi sejak Mei 2020 atau dua tahun lalu di mana pada saat itu inflasi inti mencapai 2,65 persen.

Sedangkan, inflasi Mei akan merangkak naik menjadi 3,74 persen (yoy), mendekati batas atas target BI di kisaran 2-4 persen.

Gubernur BI menambahkan fundamental ekonomi Indonesia masih positif, mulai dari transaksi berjalan, rupiah, pertumbuhan ekonomi, hingga neraca perdagangan.

Topik:

  • Rendra Saputra

Berita Terkini Lainnya