Rupiah Keok versus Dolar AS, Melemah ke Level Rp15.010

Rupiah ditutup melemah 11 poin ke Rp15.010 per dolar AS

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar rupiah atau kurs mata uang Garuda melemah atas mata uang dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan, Rabu (14/7/2022) sore.

Seperti dikutip dari Bloomberg, kurs rupiah ditutup melemah 11 poin ke level Rp15.010 per dolar AS pada perdagangan sore ini. Sebelumnya, rupiah dibuka stagnan di level Rp14.993 per dolar AS.

Baca Juga: Rupiah Dibuka Stagnan, Masih Bertahan di Level Rp14.993

1. The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, ekuitas AS jatuh pada Selasa lalu menjelang keputusan kenaikan suku bunga dari The Fed, karena investor khawatir tentang perlambatan ekonomi dengan tanda-tanda krisis energi di Eropa.

The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin lagi pada akhir pertemuan kebijakannya, pada Rabu (27/7/2022).

Dana Moneter Internasional juga memperingatkan ekonomi dunia akan segera berada di puncak resesi. Pengetatan moneter, kekurangan energi Eropa atas invasi Rusia ke Ukraina dan sektor properti China, dan pembatasan COVID-19 tetap menjadi hambatan bagi rebound ekonomi global.

Kepercayaan Konsumen Dewan Konferensi (CB) AS turun menjadi 95,7, level terendah hampir dua tahun pada Juli di tengah kekhawatiran terus-menerus tentang melonjaknya inflasi dan tingkat yang lebih tinggi.

2. Utang pemerintah tidak pernah melewati batas 60 persen PDB

Sementara itu, di tengah resesi global yang menerpa berbagai negara, perekonomian Indonesia diperkirakan akan tetap sehat dan terus melanjutkan proses pemulihan tumbuh positif ke depan yang didukung kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang berlimpah.

"Kenaikan harga komoditas yang saat ini menjadi beban bagi banyak negara lain justru menjadi limpahan berkah bagi Indonesia. Penerimaan pemerintah mencatatkan kenaikan yang cukup signifikan selama periode booming harga komoditas," kata Ibrahim.

Struktur ekonomi Indonesia juga cukup kokoh ditopang oleh berbagai badan usaha, baik yang dimiliki oleh negara seperti perusahaan-perusahaan BUMN, maupun swasta nasional di berbagai sektor ekonomi. Selain itu, Indonesia juga memiliki kebijakan moneter dan fiskal yang terencana cukup baik serta fiskal yang sangat disiplin. Utang pemerintah tidak pernah melewati batas 60 persen PDB.

"Dengan kinerja perekonomian yang konsisten didukung kedisiplinan pemerintah mengelola fiskal, investor asing dan domestik tidak pernah kehilangan keyakinannya untuk membeli surat-surat utang Indonesia," ujarnya.

3. Ekonomi Indonesia akan melesat 5,3 persen pada 2022

Berdasarkan laporan Dana Moneter Internasional (IMF) bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang berhasil tumbuh tinggi di tengah suramnya ekonomi global. Bahkan diperkirakan ekonomi Indonesia akan melesat 5,3 persen pada 2022. Meskipun, sedikit lebih rendah dari perkiraan awal, namun masih lebih tinggi dari 2021 yang mencapai 3,7 persen.

Tidak hanya itu, tantangan ke depan juga masih sangat berat sehingga sangat mungkin menyebabkan risiko penurunan proyeksi lebih lanjut. Seretnya pasokan gas alam dari Rusia, inflasi yang kian sulit dikendalikan, ketatnya kondisi pasar keuangan, penyebaran Covid-19, eskalasi krisis properti di China, serta fragmentasi geopolitik membuat upaya pemulihan bakal terhambat.

Baca Juga: Lawan Arus, Bank Sentral Rusia Justru Pangkas Suku Bunga

4. Proyeksi rupiah esok hari

Ibrahim menambahkan, kabar data eksternal menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan walaupun data internal cukup bagus, namun mata uang rupiah masih melemah, walaupun pelemahannya tidak terlalu signifikan.

Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 17 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 40 poin dilevel Rp15.010 dari penutupan sebelumnya di level Rp14.993.

"Sedangkan, untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang  Rp15.000-Rp15.040," katanya.

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya