2 Tantangan bagi Industri Kreatif dalam Perdagangan Tahun Depan

Salah satunya terkait perubahan perilaku konsumen

Jakarta, IDN Times - Industri ekonomi kreatif terus berkembang setiap tahunnya. Tak pelak, tantangan yang menghampiri juga terus bermunculan. Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan terdapat beberapa tantangan perdagangan produk ekonomi kreatif yang harus dihadapi pada 2021.

Pertama, berbagai industri kreatif harus mampu menunjukkan ketahanan dari dampak COVID-19 walaupun terjadi perubahan gaya konsumsi masyarakat. Perubahan tersebut harus mampu dijawab oleh para pelaku usaha.

Kedua, bagaimana industri kreatif dapat memanfaatkan revolusi Industri ke-4, khususnya dalam pemanfaatan tren digital. “Penggunaan niaga elektronik, jejaring sosial, dan digital streaming services merupakan kunci dari transformasi media, gim, musik, dan fesyen,” ujarnya dalam keterangan resminya, Sabtu (28/11/2020).

1. Kinerja ekspor produk kreatif Indonesia kinclong di 2020

2 Tantangan bagi Industri Kreatif dalam Perdagangan Tahun DepanFoto hanya ilustrasi. (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)

Mendag Agus mengungkapkan ekspor produk fesyen, makanan olahan, kerajinan, dan dekorasi rumah menempati peringkat tertinggi jika dilihat dari sisi volume dan nilai. Pada periode Januari-September 2020, produk makanan olahan dan dekorasi rumah mencatatkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meski terpengaruh dampak pandemik COVID-19.

Total ekspor produk makanan olahan Indonesia mencapai 3,14 miliar dolar AS. Negara tujuan utama produk makanan olahan adalah Amerika Serikat (21,20 persen), Filipina (14,80 persen), Malaysia (7,36 persen), Singapura (5,29 persen), dan Tiongkok (5,25 persen).

Sementara untuk produk dekorasi rumah, nilai ekspor Indonesia mencapai 1,79 miliar dolar AS. Negara tujuan utama produk dekorasi rumah adalah Amerika Serikat (47,89 persen), Jepang (7,76 persen), Belanda (5,68 persen), Belgia (5,21 persen), dan Singapura (4,16 persen).

Sedangkan total ekspor produk fesyen Indonesia pada periode yang sama mencapai 10,17 miliar dolar AS. Negara tujuan utama ekspor produk fesyen adalah Amerika Serikat sebanyak 40,39 persen dari total ekspor, Jepang (8,15 persen), Tiongkok (7,09 persen), Jerman (5,35 persen), dan Belgia (4,83 persen).

Mendag berharap produk Indonesia dapat diterima di seluruh negara tujuan ekspor, tanpa mengalami hambatan tarif maupun hambatan nontarif. “Sehingga dapat tercipta hubungan bisnis yang berkelanjutan dalam jangka panjang antara eksportir Tanah Air dan para buyer,” imbuh dia.

Baca Juga: Wishnutama Minta Pelaku Kreatif Indonesia Pahami Ekosistem Parekraf 

2. Kemendag dorong sinergi antarpemangku kepentingan untuk dorong ekspor produk kreatif

2 Tantangan bagi Industri Kreatif dalam Perdagangan Tahun DepanKonferensi pers Mendag Agus Suparmanto tentang akselerasi peningkatan ekspor dan penguatan pasar dalam negeri (IDN Times/Shemi)

Mendag Agus menambahkan, perlu kerja sama berbagai pihak dalam mendorong pemulihan pasar ekspor produk ekonomi kreatif Indonesia di masa pandemik COVID-19. Untuk itu, Kemendag bakal meningkatkan sinergisme dengan instansi dan lembaga terkait, salah satunya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

“Diharapkan ekspor dan daya saing produk ekspor Indonesia, khususnya produk-produk ekonomi kreatif terus meningkat. Untuk itu, diperlukan dukungan berbagai pihak untuk mencapai tujuan tersebut,” tutur dia.

3. Produk ekonomi kreatif mulai berperan penting terhadap perekonomian Indonesia

2 Tantangan bagi Industri Kreatif dalam Perdagangan Tahun Depan

Menurut kajian Kemendag melalui multiplier analysis dari intangible digital goods, terdapat 10 sektor teratas yang memberikan peningkatan nilai tambah terhadap perekonomian Indonesia secara signifikan. Delapan di antaranya merupakan tergolong subsektor ekonomi kreatif.

“Musik memberikan dampak yang paling signifikan, diikuti penerbitan, dan periklanan. Hasil kajian ini semakin memberikan rasa percaya diri bahwa ekonomi kreatif telah menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia,” ujarnya.

Di sisi lain, pihaknya menyadari bahwa produk ekonomi kreatif memiliki peluang yang sangat besar di pasar global. Berdasarkan kinerja ekspor periode Januari-Agustus 2020, beberapa produk ekonomi kreatif yang berpotensi untuk terus tumbuh ekspornya adalah fesyen, kriya, dan serta makanan olahan.

“Produk ini juga memiliki potensi pasar yang cukup beragam mulai dari Eropa, Asia, Amerika, dan Timur Tengah,” tambahnya.

Baca Juga: Sinergi BRI dan Kemenparekraf Dukung Pariwisata dan Ekonomi Kreatif  

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya