Bappenas Sebut COVID-19 Jadi Tantangan Berat setelah Krisis 1998

Optimisme perbaikan ekonomi akan tetap ada

Jakarta, IDN Times - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Suharso Monoarfa menyebut Indonesia saat ini tengah mengalami tantangan yang cukup berat akibat virus corona (COVID-19). Bahkan, Suharso menyebut tantangan pada periode saat ini lebih berat dibanding krisis 1998. 

Meski begitu, Indonesia tidak sendirian, negara lainnya juga mengalami hal serupa. Oleh karena itu pemerintah mengerahkan berbagai upaya untuk menangani COVID-19 di dalam negeri.

"Kita memahami bahwasanya kita menghadapi tantangan yang sangat berat bahkan terberat setelah krisis finansial Asia 1998-1999. Hampir semua negara di seluruh dunia saat ini mencurahkan energi dan sumber daya untuk mengatasi wabah pandemi COVID-19," ujarnya dalam video conference, Jakarta, Kamis (30/4).

1. Suharso meyakini pandemik COVID-19 akan berakhir tidak lama lagi

Bappenas Sebut COVID-19 Jadi Tantangan Berat setelah Krisis 1998Ilustrasi virus corona. (IDN Times/Mia Amalia)

Pemerintah, saat ini, tengah menyusun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2021 sehingga penanggulangan COVID-19 akan menjadi pertimbangan. Suharso optimistis dalam waktu dekat wabah virus corona akan cepat berakhir dan terjadi pemulihan ekonomi. 

"Penanganan COVID-19 dengan mempertimbangkan asumsi bahwa pandemi COVID-19 Insya Allah bisa berakhir dalam waktu tidak lama lagi pada tahun 2020 ini. Skenario agenda pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19 menjadi bagian penting dalam kerangka ekonomi makro RKP 2021," jelas dia.

Baca Juga: Chatib Basri Sebut Krisis 2008 Lebih Mudah Dibanding Dampak COVID-19

2. Ada tujuh agenda prioritas nasional dalam RKP 2021

Bappenas Sebut COVID-19 Jadi Tantangan Berat setelah Krisis 1998IDN Times/Khaerul Anwar

Suharso mengungkapkan ada tujuh prioritas dalam RKP 2021. Berikut daftarnya:

1. Ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan berkualitas dan berkeadilan

2. Mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan

3. Meningkatkan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing.

4. Revolusi mental dan pembangunan kebudayaan. 

5. Memperkuat infrastruktur untuk mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan dasar.

6. Membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana, dan perubahan iklim

7. Memperkuat stabilitas polhukhankam dan transformasi pelayanan publik.

3. Chatib Basri sebut krisis tahun ini lebih sulit akibat virus corona

Bappenas Sebut COVID-19 Jadi Tantangan Berat setelah Krisis 1998ANTARA FOTO/Galih Pradipta

Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menyebut penanganan krisis tahun ini cukup sulit. Saat ini permasalahan ekonomi yang dihadapi adalah kombinasi antara permintaan dan suplai yang terganggu. Ditambah lagi, penyebaran virus corona terjadi pertama kali di Tiongkok, yang memiliki peran besar dalam perdagangan dunia. 

"Demand-nya karena Tiongkok kena, dan permintaan dari Tiongkok alami penurunan. Buat Indonesia terpukul melalui chain eskpor ke Indonesia adalah batu bara dan kelapa sawit," tutur Chatib. 

"Karena Tiongkok kena krisis, permintaannya turun, harga turun, terlihat dampaknya dan sudah terlihat dari penerima pemerintah. Karena pajak paling besar dari batubara dan sawit," tambahnya.

Kondisi itu kian diperparah ketika beberapa negara memutuskan untuk memberlakukan lockdown maupun Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dengan pembatasan tersebut, kegiatan ekonomi juga ikut terhambat. 

"PSBB atau lockdown tidak memungkinkan orang bertemu sehingga permintaan dan penawaran tidak bertemu kecuali tidak fisik. Dampaknya pasar pasti kena. Permintaan kena, produksi kena. Market tidak terjadi kalau market bisa diubah online. Masalahnya, tidak semua aktivitas online," tegasnya.

Baca Juga: Fakta-fakta Proyeksi Perekonomian Indonesia di Tengah Imbas COVID-19 

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya