Belum Dilantik, Airlangga Sudah Dapat Tugas dari Jokowi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto hari ini dipanggil ke Istana Kepresidenan, Jakarta, untuk bertemu Presiden Joko "Jokowi" Widodo. Airlangga mengaku mendapat mandat dari Jokowi untuk menjadi menteri yang mengurusi bidang ekonomi.
Airlangga mengungkapkan, salah satu tugasnya nanti adalah menekan defisit neraca perdagangan hingga lima tahun ke depan. Sebab, sampai saat ini masalah defisit tersebut masih menghantui dalam negeri.
Selain itu, Airlangga mengaku diminta untuk melakukan pengembangan kawasan-kawasan ekonomi yang bisa mendorong masuknya industri-industri unggulan.
"Kita mengisi kondisi terkait dengan defisit neraca perdagangan," kata Airlangga, Senin (21/10).
1. Airlangga diminta cari jalan keluar
Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan jika Presiden Jokowi ingin dirinya bisa mengganti produk-produk yang malah hanya menjadi defisit saja bagi neraca perdagangan Indonesia. "Salah satunya terkait import non migas tentunya terkait subtitusi impor dari barang itu sendiri," tuturnya.
Selain itu, Airlangga menjelaskan bahwa upaya untuk menekan defisit migas bisa dilakukan dengan cara meningkatkan produksi migas dari dalam negeri. Di sisi lain, implementasi biofuel 100 atau B100 juga harus segera direalisasikan.
"Lalu bagaimana kita mengembangkan kawasan yang bisa menunjang ekspor tekstil dan sektor-sektor lain dan kita ingin dorong di Mowowali. Misalnya dengan investasi," jelas Airlangga.
Editor’s picks
Baca Juga: 2 Tahun Rangkap Jabatan, Akankah Airlangga Hartarto Jadi Menteri Lagi?
2. Bantah dirinya bakal jabat menteri koordinator
Mantan Menteri Perindustrian ini pun membantah jika dirinya bakal menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Dia menegaskan hanya menangani tantangan di sektor perekonomian saja.
"Terkait tantangan-tantangan di sektor perekonomian. Insya Allah nanti diumumkan hari Rabu (23/10) besok," ujarnya.
3. Defisit neraca perdagangan Indonesia September 2019
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia September 2019 mengalami defisit US$160,5 juta. Pemicunya, defisit sektor migas sebesar US$761,8 juta walaupun sektor nonmigas surplus US$601,3 juta.
Baca Juga: Dipanggil Jokowi, Airlangga Akan Tempati Kursi Menteri Ekonomi Lagi