Bukan Lagi Resesi, Ekonomi RI Mendekat ke Depresi

Semoga tidak terjadi ya

Jakarta, IDN Times - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akan melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara ketat pada Senin, 14 September 2020. Kebijakan tersebut dinilai akan berdampak pada ekonomi secara nasional.

Direktur Eksekutif Institute for Development on Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai kebijakan tersebut berpotensi mendekatkan ekonomi Indonesia ke jurang depresi. Apalagi, bila PSBB tersebut terus diperpanjang.

"Bukan lagi resesi tapi depresi kalau sudah hampir tiga kuartal negatif. Full year setahun negatif kita namanya krisis. Tapi nggak sampai sejauh itu. Menurut saya kemungkinannya depresi lah," kata Tauhid kepada IDN Times, Sabtu (12/9/2020).

1. Ekonomi di kuartal IV berpotensi besar minus

Bukan Lagi Resesi, Ekonomi RI Mendekat ke DepresiIlustrasi Pertumbuhan Ekonomi turun (IDN Times/Arief Rahmat)

PSBB total, kata Tauhid, berpotensi mendorong terjadinya kontraksi ekonomi di kuartal IV 2020. Sebab, kegiatan ekonomi masyarakat akan sangat terganggu.

"Situasinya nggak mungkin 2 minggu cepet selesai. Karena ini lebih parah dibanding Februari. Kasusnya lebih tinggi. Menurut saya jauh lebih lama. Berarti kan efeknya ke kuartal IV akan signifikan," ucap Tauhid.

Baca Juga: Apa Perbedaan Resesi dan Depresi Ekonomi?

2. Bantuan dari pemerintah tak cukup efektif bangkitkan ekonomi

Bukan Lagi Resesi, Ekonomi RI Mendekat ke DepresiIlustrasi insentif (IDN Times/Arief Rahmat)

Tauhid menjelaskan, gelontoran bantuan dari pemerintah kepada masyarakat melalui program pemulihan ekonomi nasional (PEN) tidak cukup efektif untuk membangkitkan ekonomi di dalam negeri. Sebab, bantuan tersebut tidak cukup untuk membangkitkan daya beli masyarakat yang tengah lesu.

"Nah demand bisa bangkit tergantung pandemiknya, bukan karena PEN-nya. Coba lihat, PEN di bulan April turun, Mei, Juni, Juli. Perhitungan kita konsumsi seharusnya tidak turun drastis. Kan bansos sebagainya tetap bertahan kan. Bila masih sepertri ini bantuannya, nggak akan dorong. Apalagi PSBB diberlakukan kembali," jelas dia.

3. Dampak depresi lebih parah dibanding resesi ekonomi

Bukan Lagi Resesi, Ekonomi RI Mendekat ke DepresiIlustrasi PHK (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurut Ekonom INDEF Bhima Yudhistira, dampak dari depresi jauh lebih besar dibanding resesi ekonomi. Jumlah pegawai yang di PHK akan semakin besar. Kondisi itu jelas akan membuat pengangguran dan kemiskinan meningkat tajam.

Hal itu tentu bukan kabar baik bagi pemerintah. Sebab, ada biaya lebih yang harus dikeluarkan untuk memulihkan kondisi ekonomi dari dampak depresi. "UMKM sampai perusahaan itu bisa bangkrut," ucap dia.

Baca Juga: Dear Pemerintah, Ada Saran Nih dari Pengusaha untuk Pemulihan Ekonomi

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya