Core Sebut Ekonomi Indonesia Lesu karena Kebijakan Pemerintah Salah

Rancangan pemerintah dalam APBN 2019 dinilai telah keliru

Jakarta, IDN Times - Perekonomian Indonesia hingga akhir tahun diproyeksikan gagal mencapai target. Bahkan, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah menyebut, tahun ini sejumlah target yang telah ditetapkan gagal.

Sebut saja salah satunya pertumbuhan ekonomi 2019 yang ditargetkan dalam asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 sebesar 5,3 persen, gagal tercapai. Sebab, hingga semester I-2019, pertumbuhannya baru mencapai 5,06 persen.

Dengan waktu yang tersisa dua bulan, harapan untuk mengejar target tersebut gagal. Namun, pemerintah masih punya kesempatan untuk menaikkan capaian pertumbuhan ekonomi dengan mengoptimalkan momen Natal dan tahun baru.

"Pemerintah sudah menyadari (gagal mencapai target pertumbuhan ekonomi). Perekonomian makro tidak bisa diubah dalam hitungan minggu," kata Pieter kepada IDN Times saat dihubungi, Senin (4/11).

Baca Juga: Resesi Global, Jokowi-Ma'ruf Diramal Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi

1. Capaian pertumbuhan ekonomi bukan tolak ukur kegagalan

Core Sebut Ekonomi Indonesia Lesu karena Kebijakan Pemerintah SalahIDN Times/Uni Lubis

Menurut Pieter, kegagalan pemerintah justru perlu disoroti dari kebijakan yang diambil sejak awal 2019. Dia menilai, rancangan pemerintah dalam APBN 2019 telah keliru.

"Dari awal sudah keliru di rancangannya," ujar dia.

Pieter menjelaskan, pemerintah sejak awal tidak mengambil kebijakan yang tepat di tengah perlambatan ekonomi global. Pemerintah justru malah memasang target tinggi dalam asumsi makronya, bukan melakukan countercylical atau melawan arah kebijakan.

"Biasanya (perlawanan) ditandai dengan insentif pajak atau tax cut, artinya penerimaan akan berkurang. Pertumbuhan penerimaan tidak bisa dipacu setinggi mungkin. Tapi itu yang dilakukan pemerintah. Kalau lihat APBN 2019 target penerimaan pajak dipacu tinggi tapi di saat bersamaan mengeluarkan keringanan pajak. Gak nyambung ceritanya," jelas dia.

2. Belanja pemerintah tak sejalan dengan penerimaan

Core Sebut Ekonomi Indonesia Lesu karena Kebijakan Pemerintah SalahIDN Times/Sunariyah

Di sisi lain, belanja pemerintah juga terus dipacu untuk berbagai hal. Mulai dari pembangunan infrastruktur hingga program bantuan sosial (bansos). Dalam APBN 2019, belanja negara ditargetkan sebesar Rp2.461,1 triliun. Sementara itu, target penerimaan pajak ditargetkan sebesar Rp1.786,4 triliun.

"Nah penerimaan sudah terpotong insentif pajak, sementara belanja tinggi konsekuensinya defisit melebar," ungkap Pieter.

Tahun ini, defisit di APBN 2019 ditargetkan sebesar 1,87 persen dan outlook 1,93 persen. Namun, target itu diprediksi bakal meleset. Pelebaran defisit disebabkan oleh penerimaan negara yang tidak tercapai.

3. Menekan defisit bukan solusi

Core Sebut Ekonomi Indonesia Lesu karena Kebijakan Pemerintah SalahSumber : kemenkeu.go.id/apbn2019

Pieter menambahkan, ditekannya defisit anggaran bukan sesuatu yang bisa dibanggakan. Dia justru lebih setuju bila defisit melebar namun pertumbuhan ekonominya bisa mencapai 8 persen.

Pasalnya, capaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi justru bakal memberi dampak yang baik bagi masyarakat, mulai dari penciptaan lapangan kerja, hingga berkurangnya pengangguran.

"Cara berpikir kebijakan harus diubah. Memperkecil defisit sebagai sesuatu yang bagus, itu kan suatu yang dibanggakan Bu Sri Mulyani, itu salah, keliru. Menekan defisit di tengah perlambatan ekonomi bukan suatu keberhasilan. Ukuran keberhasilan kita itu pertumbuhan ekonomi sebesar-besarnya, walaupun itu bisa saja defisit melebar. Saya lebih suka pertumbuhan ekonomi 8 persen defisit 5 persen," jelas Pieter.

Baca Juga: Ini Catatan & Koreksi untuk Pertumbuhan Ekonomi Era Jokowi Jilid 2  

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya