Disparek DKI: Kunjungan Warga ke Mal dan Tempat Wisata Masih Sepi

Belum diketahui penyebab rendahnya kunjungan masyarakat

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengizinkan mal beroperasi kembali sejak 15 Juni 2020. Lima hari kemudian atau pada 20 Juni 2020, giliran tempat wisata diizinkan beroperasi.

Sayangnya, minat masyarakat untuk mendatangi dua tempat tersebut masih sangat rendah. Hal itu tercermin dari jumlah kunjungan masyarakat pada satu minggu pertama masa PSBB transisi.

Mal misalnya, kunjungan saat weekday ke tempat tersebut hanya sebesar 20 persen dari total kapasitas. Sementara itu pada weekend total kunjungan hanya 30-40 persen dari kapasitas mal.

"Ketika (mal) dibuka tidak terjadi euforia," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparek) DKI Jakarta, Cucu Ahmad Kurnia, dalam Markplus Government Roundtable, Senin (6/7/2020).

Baca Juga: Meski Mal Dibuka, Omzet Ritel Tidak Bisa Langsung Kembali 100 Persen

1. Kunjungan ke tempat wisata juga rendah

Disparek DKI: Kunjungan Warga ke Mal dan Tempat Wisata Masih SepiTeater Keong Emas, TMII (IDN Times/Kevin Handoko)

Sementara itu, lanjut Cucu, kunjungan ke tempat wisata juga masih rendah. Tempat wisata seperti Ancol, kunjungan pada Sabtu hanya 2.600 orang. Sementara di hari Minggu kunjungan hanya 4.600 orang.

Begitu juga dengan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), kunjungan di akhir pekan hanya 1.733 dan di hari Minggu sebesar 6.078 kunjungan.

"Ancol mereka membuka kapasitas untuk 20 ribu orang, itu sepertinya 30 persen kapasitas untuk weekend," tutur dia.

2. Belum diketahui penyebab rendahnya minat masyarakat mengunjungi mal dan tempat wisata

Disparek DKI: Kunjungan Warga ke Mal dan Tempat Wisata Masih SepiIlustrasi. Sepi pengunjung Mall Plaza Medan Fair (IDN Times/Yurika Febrianti)

Cucu mengaku, tidak mengetahui pasti penyebab utama rendahnya minat masyarakat mengunjungi mal dan tempat wisata. Namun demikian, dia berharap masyarakat bisa selalu patuh terhadap protokol kesehatan yang berlangsung.

"Jadi ya ini fenomena yang ada. Ternyata apakah ini karena masalah ekonomi atau orang masih takut bepergian," imbuh dia.

3. Penerimaan pajak DKI Jakarta dari sektor pariwisata loyo gegara virus corona

Disparek DKI: Kunjungan Warga ke Mal dan Tempat Wisata Masih SepiIlustrasi Pajak (IDN Times/Arief Rahmat)

Akibat virus corona atau COVID-19, penerimaan pajak DKI Jakarta dari sektor pariwisata tak bergairah. Realisasi hingga 31 Mei 2020 baru mencapai Rp1,7 triliun. Angka itu jauh dari proyeksi penerimaan yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Jakarta.

Secara rinci, penerimaan pajak hotel hingga Mei 2020 baru mencapai Rp466 miliar dari target Rp1,95 triliun. Lalu pajak restoran realisasinya baru Rp1,05 triliun dari target sebesar Rp4,25 triliun. Sedangkan pajak hiburan realisasinya baru mencapai Rp202 miliar dari target Rp1,1 triliun.

"Pendapatan pajak dari proyeksi APBD 2020 diperkirakan Rp7,3 triliun dari pariwisata meliputi hotel sampai pajak liburan," ujar Cucu.

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya