Erick Thohir Bentuk Holding BUMN Farmasi, Bio Farma Jadi Induknya

Holding ini dibentuk sejak akhir Januari 2020

Jakarta, IDN Times - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir membentuk holding BUMN Farmasi. Holding itu dibentuk dalam rangka menciptakan ketahanan kesehatan dan menekan impor obat.

PT Bio Farma ditunjuk Erick sebagai induk perusahaannya. Selain Bio Farma, holding farmasi itu berisi PT Kimia Farma Tbk, PT Indonesia Farma Tbk. Holding ini pun dibentuk sejak akhir Januari 2020 lalu.

"Jadi holding farmasi ini KPI kami, sudah ada Kepmen No. 862/kmk.06/2019," kata Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga di Jakarta, kemarin (4/2).

1. Holding BUMN Farmasi dibentuk lantaran prospek industri farmasi di masa depan cukup baik

Erick Thohir Bentuk Holding BUMN Farmasi, Bio Farma Jadi Induknyainstagram.com/love_farmasi

Arya menjelaskan, pembentukan holding ini dilakukan dengan memperhatikan semakin pesatnya pertumbuhan industri farmasi. Ia menilai prospek tersebut harus dioptimalkan Kementerian BUMN.

"Pertumbuhan biaya kesehatan negara hampir seluruh dua kali lipat pertumbuhan ekonomi negara. jadi sebenernya industri farmasi prospeknya besar," jelas dia.

2. Holding BUMN Farmasi diharapkan dapat menekan impor

Erick Thohir Bentuk Holding BUMN Farmasi, Bio Farma Jadi Induknyapexels.com/Pixabay

Selain prospek yang mengilap di masa depan, holding ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan kesehatan di dalam negeri. Di sisi lain, holding ini juga diharapkan dapat menekan impor.

"Dengan adanya sub-holding ini maka menciptakan ketahanan kesehatan, ketersediaan, keterjangkuan, mutu dan keseimbangan. Baru kedua, membangun ekosistem kesehatan nasional yang mandiri dan efisien," tutur dia.

3. Impor farmasi Indonesia masih sangat tinggi

Erick Thohir Bentuk Holding BUMN Farmasi, Bio Farma Jadi Induknyailustrasi Terminal peti kemas (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Lebih lanjut, Arya mengungkapkan bila impor alat kesehatan Indonesia nilainya masih sangat tinggi, yakni sebesar US$750 juta atau setara Rp10,5 triliun (kurs Rp14 ribu). Sementara itu bahan baku obat-obatan nilainya mencapai US$1,3 miliar atau mencapai Rp18,2 triliun.

"Sebanyak 60 persen (impor) dari Tiongkok, 30 persen dari India. Kiita juga akan melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi," tegasnya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya