Gurihnya Pasar Fintech Indonesia, Tapi Tantangannya Tak Mudah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pasar financial technology atau fintech di Indonesia cukup gurih. Bagaimana tidak, pada 2025, nilai pasarnya diproyeksikan bakal mencapai US$100 miliar.
Meski begitu, tantangan pengembangan fintech di Indonesia tidak mudah. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution membeberkan tiga tantangan pengembangan fintech dalam Indoensia Fintech Forum 2019 di Aula Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (4/9).
Baca Juga: Menko Darmin: Fintech Adalah Job Masa Depan
1. Antisipasi fenomena winner takes all
Menurut Darmin, fenomena ini berbahaya bagi keberlangsungan fintech. Oleh karena itu perlu ada keseimbangan antara mitigasi risiko dan inovasi.
"Risikonya bisa jadi hal yang dikhawatirkan kalau winner takes all. Yang lain gugur dalam proses. Ini hubungannya dengan keseimbangan tadi," tuturnya.
2. Penyalahgunaan data
Fenomena ini kerap terjadi di sejumlah nasabah. Ada beberapa fintech yang memanfaatkan data nasabahnya untuk hal-hal yang merugikan nasabah. "Perlu diperhatikan kemungkinan penyalahgunaan data pribadi," kata Darmin.
3. Risiko pencucian uang
Risiko tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme (TPPU-PT) pada sektor industri fintech masih kerap terjadi. Kemudahan bagi masyarakat serta masih longgarnya pengawasan yang menyebabkan industri tersebut dimanfaatkan oleh oknum.
"Dukungan pemerintah dan otoritas, menyeimbangkan antara mitigasi risiko dan membuka ruang inovasi," ungkapnya.
Baca Juga: 700 Fintech Ilegal Ditutup OJK, Waspada sebelum Pinjam Uang