Industri Kimia Hilir Sumbang PDB Hingga Rp91,7 Triliun

Pemerintah terus mendorong pengembangan industri kimia hilir

Jakarta, IDN Times - Industri kimia hilir telah memberikan kontribusi yang cukup signfikan terhadap perekonomian nasional. Sektor tersebut dinilai mampu meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri serta menambah penyerapan tenaga kerja serta penerimaan devisa.

“Untuk itu, kami terus giat mendorong pengembangan industri kimia hilir nasional karena membawa manfaat bagi kemajuan bangsa Indonesia dan memacu pertumbuhan ekonomi kita,” kata Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian, Abdul Rochim dalam keterangan tertulis, Rabu (11/9).

Apalagi, secara keseluruhan industri kimia hilir nasional saat ini dinilai telah mampu memenuhi kebutuhan untuk pasar domestik hingga 80 persen.

Baca Juga: Kenalkan B30, Ditjen EBTKE Ajak Mahasiswa Dukung Program Biodiesel

1. PDB sektor industri kimia hilir

Industri Kimia Hilir Sumbang PDB Hingga Rp91,7 Triliunpixabay.com/qimono

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor industri barang kimia dan barang dari bahan kimia menunjukkan kinerja yang positif. Hal ini terlihat dari laju pertumbuhan pada semester pertama dalam 2019 yang mencapai 10,4 persen. Angka ini melonjak drastis dibanding periode yang sama di tahun 2018, dengan kondisi -7.82 persen.

“Bahkan, nilai PDB sektor tersebut pada paruh pertama tahun ini mencapai Rp91,7 triliun dan menyumbang sekitar 1,19 persen terhadap ekonomi nasional,” ungkap Rochim. 

Produk industri kimia hilir secara garis besar terbagi menjadi tiga, yaitu produk karet dan plastik serta produk farmasi, kosmetik dan obat tradisional. Berikutnya adalah produk kimia hilir lainnya yang mencakup produk pelumas, cat, kimia pembersih, alat pemadam api ringan, produk pewangi ruangan, adhesive, dan produk turunan kimia lainnya. 

“Industri kimia hilir khususnya industri kimia pembersih, industri cat, dan industri alat pemadam api ringan (APAR) digolongkan ke dalam sektor industri barang kimia dan barang dari bahan kimia,” jelasnya.  

2. Pelumas berbasis CPO

Industri Kimia Hilir Sumbang PDB Hingga Rp91,7 TriliunIDN Times / Arief Rahmat

Pada kesempatan yang sama, Plt. Dirjen IKFT mengemukakan, ada salah satu perusahaan Jerman yang akan mengembangkan industri berbasis minyak dengan menggunakan bahan baku minyak sawit mentah (CPO). Hasil produksinya ini bisa dipasok untuk memenuhi kebutuhan industri pelumas di dalam negeri, sehingga bisa menekan bahan baku impor.

“Apalagi, Indonesia punya bahan baku CPO yang cukup banyak. Ini bisa kita tingkatkan nilai tambahnya melalui hilirisasi industri,” jelas Rochim. Hal ini pun sejalan dengan kebijakan mandatori biodiesel 20 persen (B20), yang akan ditingkatkan menjadi B30 pada awal tahun 2020 dan B50 pada tahun 2021.

Untuk potensi industri pelumas di dalam negeri, saat ini terdapat 44 perusahaan produsen pelumas dengan jumlah produksi mencapai 908.360 kilo liter per tahun, yang terdiri dari pelumas otomotif sebesar 781.190 kilo liter per tahun dan pelumas industri 127.170 kilo liter per tahun. 

“Sementara, penyerapan tenaga kerja langsung di industri pelumas pada tahun 2018 sebanyak 3.157 orang, dengan ditambah tenaga kerja dari 140 perusahaan importir dan 580 perusahaan distributor pelumas, menjadikan total tenaga kerja di industri tersebut mencapai 4.898 orang,” sebutnya.

3. Pemerintah gencar tarik investasi di sektor industri kimia hilir

Industri Kimia Hilir Sumbang PDB Hingga Rp91,7 TriliunIDN Times/Arief Rahmat

Sementara itu, Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmasi Kemenperin, Taufiek Bawazier mengungkapkan, pemerintah semakin aktif menarik investasi di sektor industri kimia untuk memacu kapasitas produksi dan menghasilkan produk substitusi impor.

“Contohnya, pemerintah akan menumbuhkan kembali aromatic center di Tuban. Ini perlu investasi yang besar,” ungkapnya

Baca Juga: Membedah Kebijakan dan Plus-Minus Penggunaan Biodiesel di Indonesia

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya