Laporan e-Conomy SEA: RI Tempat Menarik untuk Investasi Teknologi

Singapura juga termasuk di Asia Tenggara

Jakarta, IDN Times - Laporan e-Conomy SEA menyebutkan, pada 2022, Singapura dan Indonesia menjadi dua tujuan investasi teratas di Asia Tenggara. Indonesia menarik 25 persen dari total nilai pendanaan swasta di kawasan ini dan dalam jangka panjang tetap menarik bagi investor bersama dengan Vietnam dan Filipina.

Namun, mengingat adanya hambatan ekonomi makro, nilai transaksi pada Semester I-2022 turun 2 miliar dolar AS (year on year/YoY) akibat adanya kekhawatiran seputar profitabilitas dan valuasi.

Laporan multi-tahunan ini, yang menggabungkan data dari Google Trends, data dari Temasek, dan analisis dari Bain & Company, selain juga memadukan informasi dari berbagai sumber di industri dan wawancara dengan para ahli, menyoroti ekonomi digital enam negara di Asia Tenggara: Indonesia, Vietnam, Malaysia, Thailand, Singapura dan Filipina.

Baca Juga: Proyeksi Luar Biasa Ekonomi Digital RI di Laporan e-Conomy SEA 2022

1. Layanan keuangan digital geser e-commerce sebagai sektor investasi teratas

Laporan e-Conomy SEA: RI Tempat Menarik untuk Investasi TeknologiIlustrasi transaksi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Layanan keuangan digital (terutama yang berfokus pada pembayaran B2B dan layanan pinjaman) telah menggantikan sektor e-commerce sebagai sektor investasi teratas dengan nilai 1,5 miliar dolar AS pada Semester I-2022.

Di seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia, lebih dari 80 persen Pemodal Ventura (VC) ingin lebih berfokus pada sektor-sektor baru seperti teknologi kesehatan (health tech), SaaS, dan Web 3.0, sementara sektor teknologi pendidikan (ed tech) mengalami penurunan pasca-pandemi seiring dibukanya kembali sekolah-sekolah.

“Ekonomi digital Indonesia akan terus menarik minat investasi karena fundamentalnya yang kuat, seperti memiliki basis pengguna yang sangat aktif dalam jumlah besar dan ekosistem startup teknologi yang dinamis,” kata Deputy Head, Technology & Consumer and Southeast Asia Temasek, Fock Wai Hoong dikutip dari keterangan resminya, Kamis (10/10/2022).

“Bekerja sama dengan sektor bisnis, pemerintah, dan masyarakat, Temasek berkomitmen untuk menggunakan modal katalis kami untuk memacu pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif dalam ekonomi digital Asia Tenggara sehingga setiap generasi dapat mencapai kesejahteraan.”

2. Menuju ekonomi digital yang lebih berkelanjutan

Laporan e-Conomy SEA: RI Tempat Menarik untuk Investasi Teknologiillustrasi ekonomi digital (unsplash.com/pickawood)

Ekonomi digital dapat berperan positif dalam menerapkan kebiasaan yang lebih berkelanjutan dengan meningkatkan kesadaran di antara konsumen, bisnis, investor, dan pemerintah. Emisi dan sumber daya menjadi isu lingkungan terpanas saat ini.

Riset menunjukkan bahwa ada “kesenjangan antara ucapan dan tindakan” (say-do gap) antara niat yang dinyatakan konsumen dan perilaku pembelian yang sesungguhnya.

Di antara orang Indonesia yang menjadi responden survei, 48 persen mengatakan bahwa mereka bersedia membelanjakan uangnya 5 persen lebih banyak untuk produk dan layanan yang lebih berkelanjutan, dan 40 persen responden mengatakan bahwa keberlanjutan adalah kriteria utama saat membeli makanan kemasan.

Namun, hanya 4 persen yang benar-benar mewujudkan niatnya tersebut karena banyaknya hambatan di sepanjang perjalanan pembelian, termasuk kurangnya informasi, kepercayaan, dan pilihan produk yang berkelanjutan di Indonesia.

3. Faktor pendukung pertumbuhan di masa depan

Laporan e-Conomy SEA: RI Tempat Menarik untuk Investasi TeknologiIlustrasi UMKM (IDN Times/Dhana Kencana)

Pertumbuhan di bidang pembayaran, pendanaan, logistik, akses internet, dan kepercayaan konsumen meningkat signifikan selama enam tahun terakhir. Guna mempertahankan momentum tersebut, perlu serangkaian faktor pendukung baru yang berfokus pada profitabilitas serta diimbangi dengan perluasan inklusi digital untuk memenuhi permintaan dari aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola serta peluang yang mereka hadirkan.

“Ekonomi digital Indonesia tetap menjadi yang terbesar dan paling beragam se-Asia Tenggara. Penyedia layanan digital harus mengimbangi permintaan konsumen yang kuat melalui keterlibatan yang bermakna dengan berbagai demografi pengguna, dan dengan demikian dapat mendorong partisipasi yang lebih dalam untuk ekonomi internet," ujar Partner and Head of Digital Practice in Southeast Asia Bain & Company, Aadarsh Baijal.

Menurut Aadarsh, kunci untuk mempertahankan momentum positif ini adalah dengan mendorong Usaha Kecil Menengah (UKM) berakselerasi menuju pertumbuhan berikutnya. "Terutama dengan memperdalam adopsi digital UKM di seluruh SaaS dan alat keuangan," ucap dia.

 

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya