Mengenal Fenomena Quiet Quitting di Dunia Kerja dan Cara Mengatasinya

Bisa berpengaruh ke produktivitas bisnis

Jakarta, IDN Times - Quiet quitting tengah ramai diperbincangkan akhir-akhir ini. Quiet quitting adalah konsep di mana karyawan memilih bekerja cukup sesuai cakupan tanggung jawab dan tingkatan gaji.

Quiet quitting berakar dari kekecewaan karyawan akan minimnya penghargaan perusahaan atas usaha yang mereka telah berikan, terutama di saat pandemik di mana efisiensi pegawai berimbas pada menumpuknya volume kerja di karyawan yang tersisa.

Selain itu, quiet quitting timbul di tengah semakin sadarnya karyawan akan pentingnya menghindari burnout dengan bekerja seimbang.

“Fenomena quiet quitting menangkap perhatian berbagai perusahaan, yang mencoba menelaah imbas fenomena tersebut pada produktivitas bisnis. Sebetulnya, dengan cara pandang dan pendekatan yang tepat, quiet quitting bisa menjadi kesempatan bagi perusahaan untuk mengulas kembali sistem dan kebijakan kepegawaian untuk melihat bagaimana perusahaan bisa memperkuat kepuasan kerja karyawan,” kata Chief Customer Officer (CCO) Mekari, Arvy Egadipoera dalam keterangannya, Rabu (2/11/2022).

Maraknya quiet quitting ini tentu bisa menjadi sinyal kuning bagi perusahaan. Untuk itu, ada beberapa cara yang bisa dilakukan perusahaan untuk mengatasi fenomena tersebut, berikut tipsnya.

Baca Juga: 5 Tips Menjadi Karyawan Berpengaruh di Tempat Kerja, Bangun Prestasi!

1. Ketahui akar ketidakpuasan

Mengenal Fenomena Quiet Quitting di Dunia Kerja dan Cara MengatasinyaIlustrasi bekerja (IDN Times/Arief Rahmat)

Langkah pertama yang harus diambil perusahaan adalah menemukan akar dari ketidakpuasan kerja. Bisa jadi, karyawan merasa bahwa kenaikan karir terlampau sulit atau apresiasi perusahaan terhadap performa kerja sangat minim, sehingga motivasi mereka terkikis.

Mengetahui akar dari ketidakpuasan akan memungkinkan perusahaan untuk merancang program yang tepat untuk mengembalikan antusiasme karyawan.

2. Target kerja yang transparan

Mengenal Fenomena Quiet Quitting di Dunia Kerja dan Cara Mengatasinyailustrasi pelatihan karyawan (freepik.com/master1305)

Key performance indicator (KPI), atau indikator kinerja utama, menjadi garis dasar saat menilai performa karyawan. Sebab itu, perusahaan dan karyawan harus duduk bersama untuk menyelaraskan antara target kerja dengan aspirasi karir.

Solusi digital memungkinkan perusahaan untuk mematok dan memantau pencapaian target kerja oleh karyawan secara real-time. Dengan demikian, baik perusahaan dan karyawan bisa saling mengetahui kemajuan pencapaian target dan melakukan penyesuaian, apabila perlu.

 

Baca Juga: Tentang Bubble Burst, di Balik Fenomena PHK Massal Karyawan Startup

3. Penilaian menyeluruh

Mengenal Fenomena Quiet Quitting di Dunia Kerja dan Cara Mengatasinyailustrasi rekan kerja (pexels.com/ThisIsEngineering)

Metode 360-degree feedback, atau masukan 360 derajat, semakin lazim diterapkan oleh perusahaan saat mengukur performa karyawan. Melalui metode ini, kinerja seorang karyawan dapat diukur berdasarkan masukan dari berbagai sudut pandang, termasuk kolega.

Kunci dari kelancaran 360-degree feedback adalah penggunaan solusi digital yang memudahkan feedback untuk diberikan secara transparan, reguler, dan menyeluruh.

 

4. Penghargaan terhadap pencapaian karyawan

Mengenal Fenomena Quiet Quitting di Dunia Kerja dan Cara Mengatasinyailustrasi memberikan apresiasi kepada karyawan (pexels.com/Jonathan Borba)

Salah satu pemicu quiet quitting adalah rendahnya apresiasi perusahaan terhadap pencapaian karyawan. Sebab itu, perusahaan perlu memberikan apresiasi, dan cara yang paling nyata adalah dengan memberikan bonus berdasarkan performa.

Lalu, solusi digital dapat digunakan agar bonus tersebut secara otomatis terkirim bersama gaji agar karyawan langsung merasa senang karena mendapatkan penghasilan lebih.

5. Program pengembangan karir

Mengenal Fenomena Quiet Quitting di Dunia Kerja dan Cara Mengatasinyailustrasi orang bekerja keras (pexels.com/cottonbro)

Pengembangan karir menjadi ‘jalan ninja’ bagi karyawan bukan saja untuk menaikkan gaji, namun juga membuktikan kemampuan diri. Perusahaan zaman now mempunyai karyawan dengan peran dan posisi yang sangat beragam, mulai dari social media specialist hingga front-end engineer, yang menuntut perusahaan untuk bisa merancang program pengembangan karir yang sesuai dengan keunikan masing-masing peran.

Disini, solusi digital memudahkan dihadirkannya program pengembangan karir yang personalized, atau disesuaikan dengan karakteristik peran, minat, dan target karir setiap karyawan. Arvy menambahkan, pemanfaatan solusi digital semakin relevan mengingat bahwa karyawan didominasi oleh kelompok millennial dan Gen-Z yang sudah terbiasa menggunakan teknologi saat bekerja.

“Penggunaan solusi digital juga semakin penting di era pascapandemik karena timbulnya peperangan talenta antarperusahaan. Berbagai perusahaan secara bersamaan ingin menggaet dan mempertahankan karyawan dengan kemampuan dan pengetahuan tinggi karena karyawan-karyawan tersebutlah yang akan menjalankan ide inovatif yang membantu perusahaan untuk memenangkan pasar,” kata Arvy.

Sebagai solusi digital untuk kepegawaian, Mekari Talenta memiliki fitur-fitur yang dirancang untuk membantu perusahaan meningkatkan akuisisi, retensi, dan produktivitas karyawan. Salah satu fitur adalah manajemen talenta untuk pengaturan target setiap karyawan, penghitungan bonus berdasarkan performa yang terhubung langsung ke penggajian, dan program pengembangan karir yang disesuaikan ke setiap karyawan.

Sebagai informasi, Mekari adalah perusahaan software-as-a-service (SaaS) yang menyediakan rangkaian solusi digital untuk pengoperasian bisnis, termasuk Mekari Talenta, yaitu solusi human resources (HR) terintegrasi. Mekari Talenta memungkinkan perusahaan untuk mengatur kepegawaian, mulai dari administrasi, pembayaran gaji hingga pengembangan karir, secara efisien dan otomatis.

Arvy menambahkan bahwa solusi digital juga mempermudah perusahaan dalam menghargai performa kerja, sehingga karyawan termotivasi untuk berkarya. Ia pun membagi tips bagaimana perusahaan bisa menggunakan solusi digital untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan, dengan demikian mencegah quiet quitting.

Baca Juga: Perbedaan Fenomena Quiet Quitting dan Quiet Firing, Apa Saja?

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya