Surplus Neraca Dagang RI Bakal Terganggu Gegara PPKM Darurat

Neraca dagang Indonesia diprediksi tetap surplus di 2021

Jakarta, IDN Times - Neraca perdagangan Indonesia masih mengilap di tengah pandemik COVID-19. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus 1,32 miliar dolar AS pada Juni 2021. Surplus kali ini merupakan surplus ke-14 sejak Mei 2020.

Kabar baiknya, surplus neraca dagang masih mungkin terjadi lagi di bulan-bulan berikutnya. Kabar buruknya, neraca perdagangan Indonesia berpotensi tertekan akibat dampak penerapan PPKM darurat yang kemungkinan diperpanjang hingga akhir Juli 2021.

"Namun demikian, Indonesia diperkirakan masih mampu mencetak surplus di tahun ini, tidak kalah dibandingkan surplus 2020 yang sebesar 21,74 miliar dolar AS," kata Analis Ekonomi dan Keuangan BNI, Ryan Kiryanto seperti dikutip dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (17/7/2021).

Baca Juga: Neraca Perdagangan Indonesia Juni Surplus US$1,23 Miliar

1. Surplus neraca perdagangan Indonesia diiringi oleh peningkatan ekspor

Surplus Neraca Dagang RI Bakal Terganggu Gegara PPKM DaruratIlustrasi Ekspor (IDN Times/Arief Rahmat)

Surplus neraca perdagangan Indonesia berasal dari sektor nonmigas sebesar 2,38 miliar dolar AS. Sementara di sektor migas terjadi defisit senilai 1,06 miliar dolar AS.

Kabar baiknya, kata Kiryanto, surplus neraca dagang diiringi peningkatan ekspor dan impor.

"Mengindikasikan roda perekonomian pada bulan berjalan bergerak cukup baik. Apalagi nilai surplus pada Juni 2021 didorong oleh nilai ekspor yang lebih besar daripada nilai impor," jelas dia.

Adapun ekspor tercatat senilai 18,55 miliar dolar AS, naik 9,52 persen secara bulanan (mtm) dan 54,46 persen secara tahunan (yoy) dibandingkan Juni tahun lalu.

Sedangkan impor pada Juni 2021 tercatat 17,23 miliar dolar AS, naik 21,03 persen (mtm) atau 60,12 persen (yoy). Alhasil, selama semester I-2021, secara kumulatif neraca perdagangan mencetak surplus US$ 11,86 miliar.

Baca Juga: PPKM Darurat Belum Maksimal, Anak Buah Sri Mulyani Minta Maaf

2. Surplus neraca dagang jadi indikator ekonomi yang positif

Surplus Neraca Dagang RI Bakal Terganggu Gegara PPKM DaruratIlustrasi Pertumbuhan Ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurut Kiryanto, surplusnya neraca perdagangan Indonesia menjadi salah satu indikator ekonomi yang positif, sehingga mampu menopang cadangan devisa dan kestabilan nilai tukar rupiah.

Secara kumulatif, nilai ekspor Januari - Juni 2021 mencapai 102,87 miliar dolar AS, naik 34,78 persen yoy. Demikian juga ekspor nonmigas mencapai 97,06 miliar dolar AS, naik 34,06 persen yoy.

Dari komoditasnya, lonjakan terbesar ekspor nonmigas terjadi pada besi dan baja sebesar 486,4 juta dolar AS (32,31 persen/mtm), sedangkan penurunan terbesar ekspor nonmigas terjadi pada lemak dan minyak hewan/ nabati sebesar 846,5 juta dolar AS (30,89 persen/mtm).

Ekspor nonmigas Juni 2021 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu 4,13 miliar dolar AS, disusul Amerika Serikat 2,14 miliar dolar AS dan Jepang 1,36 miliar dolar AS, dimana kontribusi ketiganya mencapai 44,09 persen. Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar 3,59 miliar dolar AS dan 1,44 miliar dolar AS.

"Dengan pulihnya perekonomian Tiongkok dan AS, hal ini memberikan sentimen positif untuk peningkatan ekspor nonmigas (produk manufaktur) dan komoditas primer berasal dari sumber daya alam (pertambangan dan pertanian dalam arti luas) bernilai tambah," paparnya.

3. Kegiatan investasi di sektor manufaktur sudah bergerak di zona ekspansi

Surplus Neraca Dagang RI Bakal Terganggu Gegara PPKM DaruratIlustrasi investasi (IDN Times/Sukma Shakti)

Kiryanto menambahkan, lonjakan impor bahan penolong atau barang setengah jadi dan barang modal memberikan indikasi positif bahwa kegiatan investasi di sektor manufaktur sudah bergerak di zona ekspansi.

"Sebagaimana tercermin dari angka Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur bulan Juni yang di atas 50 atau zona ekspansif, tepatnya 53,5, meskipun sedikit menurun dari Mei 2021 yang 55,3.

Adapun nilai impor barang konsumsi sebesar 1.618,4 juta dolar AS (22,55 persen/mtm), bahan baku/penolong 16.325,6 juta dolar AS (30,96 persen), dan barang modal 2.163,1 juta dolar AS (19,68 persen).

 

Baca Juga: Cocok Memulai Investasi! Produk Reksa Dana Ini Bisa Dibeli Rp10 Ribu

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya