Survei HSBC: Perusahaan RI Paling Optimistis Terhadap Prospek Bisnis

Bisnis jangka pendek hingga jangka panjang

Jakarta, IDN Times – Perusahaan di Indonesia memiliki pandangan yang lebih optimistis ketimbang perusahaan di kancah dunia, termasuk di wilayah Asia. Optimisme tersebut menyangkut prospek bisnis jangka pendek, menengah dan panjang. 

Para perusahaan di Indonesia punya keyakinan bahwa sejumlah kebijakan ekonomi makro yang diambil Pemerintah akan semakin memperkuat konsumsi domestik dan investasi. 

Demikian kesimpulan yang dikutip IDN Times dari survei terbaru HSBC. Survei tersebut mengukur sentimen dan harapan dunia bisnis di 35 pasar di seluruh dunia. 

“Para pebisnis di Indonesia memperlihatkan rasa optimisme yang sangat besar, dengan tingkat kepercayaan diri yang jauh lebih tinggi dibanding perusahaan-perusahaan lain di seluruh dunia termasuk di wilayah Asia,” kata Deputi Direktur, Commercial Banking, PT Bank HSBC Indonesia, Anurag Saigal dalam keterangan resminya, Rabu (6/11).

HSBC menetapkan kriteria pengambilan sampel, yaitu perusahaan dengan omset minimal US$1,75 juta dan batas korporasi sebesar US$16,5 juta. Responden merupakan para pengambil keputusan kunci dan mereka yang memiliki pengaruh signifikan dalam pengambilan keputusan di perusahaan.

1. Indonesia menjadi pusat perhatian

Survei HSBC: Perusahaan RI Paling Optimistis Terhadap Prospek BisnisIDN Times/Sunariyah

Satu temuan penting dari survei ini adalah lebih dari setengah perusahaan Indonesia yang disurvei termasuk dalam kategori 'Navigator', yang berarti mereka mengharapkan penjualan tumbuh sebesar 15 persen atau lebih pada tahun berikutnya. Responden Indonesia optimis terhadap prospek bisnis mereka di masa depan. Survei tersebut menyebut sembilan dari sepuluh perusahaan Indonesia optimis tentang pertumbuhan bisnisnya, dibandingkan dengan setahun lalu.

"Optimisme di Indonesia berada di atas rata-rata Asia Pasifik, negara yang mendekati tingkat optimisme Indonesia adalah Bangladesh dengan 74 persen dan India dengan 72 persen," kata Anurag.

“Responden dari negara kepulauan memiliki prospek positif untuk tahun depan, juga untuk 5 tahun ke depan. Mereka juga lebih optimis tentang pertumbuhan mereka dalam 12 bulan terakhir, level yang jauh di atas rata-rata global," tambahnya.

2. Perusahaan Indonesia optimis penjualan tumbuh 15 persen

Survei HSBC: Perusahaan RI Paling Optimistis Terhadap Prospek BisnisIDN Times/istimewa

Tahun depan, lebih dari setengah bisnis yang disurvei (54 persen) memperkirakan penjualan mereka tumbuh 15 persen atau lebih, yang jauh lebih tinggi daripada rata-rata global (22 persen) dan Asia Pasifik (19 persen). 

“Bisnis Indonesia adalah yang paling optimis di 35 pasar. Bangladesh adalah yang terdekat, dengan 50 persen perusahaan di Bangladesh mengharapkan pertumbuhan penjualan 15 persen atau lebih, ”kata Anurag.

Dalam jangka waktu lima tahun, proporsi bisnis di Indonesia yang mengharapkan penjualan tumbuh 15 persen atau lebih mencapai 61 persen.

3. Menavigasi perlawanan arus global

Survei HSBC: Perusahaan RI Paling Optimistis Terhadap Prospek Bisnisnewsinthephilippines.com

Hasil survei juga mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan Indonesia yang diperkirakan bertumbuh dalam waktu dekat (tahun depan) kemungkinan akan didorong oleh gabungan peningkatan fokus pada keberlanjutan, serta pemasok (supplier) dan bahan baku (raw materials) berkualitas tinggi yang disokong oleh tenaga kerja yang terampil untuk meningkatkan produktivitas dan pengembangan bisnis.

Country Head, Global Trade and Receivable Finance HSBC Indonesia, Dandy Pandi, mengatakan Indonesia telah menjadi ekonomi dengan pertumbuhan pesat selama kurang lebih satu dekade terakhir ini. Rata-rata pertumbuhan setiap tahunannya mencapai sekitar 5 persen sejak 2015.

Para pembuat keputusan dalam perusahaan yang disurvei percaya bahwa tahun depan sepertinya masih menjadi tahun pertumbuhan bagi Indonesia. Pasalnya, kebijakan ekonomi makro yang bijak dengan memegang prinsip keberhati-hatian (prudent) semakin memperkuat konsumsi domestik dan masuknya aliran investasi.

“Strategi utama bagi bisnis di Indonesia untuk menghadapi ancaman bisnis yang mungkin terjadi, difokuskan pada peningkatan portofolio melalui berbagai cara. Hampir setengah (48 persen) dari perusahaan yang disurvei menyebutkan bahwa mereka meningkatan kualitas produk atau layanan. Selanjutnya, sekitar 26 persen melalui investasi untuk inovasi," jelas Dandy.

"Selain itu, penggunaan bahan baku dan pemasok dengan kualitas lebih baik (25 persen), dan perluasan platform dan saluran digital merupakan strategi kunci lainnya, ” tambahnya.

Sekitar 30 persen perusahaan juga menyebutkan bahwa ekspansi ke pasar-pasar baru adalah kunci strategi perluasan mereka.

4. Pandangan mengenai perdagangan internasional, proteksionisme

Survei HSBC: Perusahaan RI Paling Optimistis Terhadap Prospek BisnisANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Survei tersebut juga melampirkan pandangan warga dunia tentang perdagangan internasional. Hampir semua kalangan bisnis (97 persen) mengharapkan prospek bagus untuk bisnis internasional dan 45 persen merasa sangat positif akan hal ini.

Survei ini juga merinci bahwa responden dari Indonesia lebih bersemangat ketika ditanya apakah perdagangan internasional akan mendatangkan kesempatan bisnis untuk lima tahun ke depan (Indonesia 96 persen, dunia 79 persen), menghadirkan inovasi (Indonesia 95 persen, dunia 80 persen), meningkatkan pendapatan (Indonesia 96 persen, dunia 70 persen), efisiensi (Indonesia 94 persen, dunia 78 persen), dan mendukung ketenagakerjaan (Indonesia 94 persen, dunia 73 persen).

“Hasil tersebut umumnya lebih tinggi daripada persentase global. Manfaat yang diharapkan di Indonesia beragam, mulai dari manfaat langsung (kesempatan baru dan efisiensi), manfaat untuk pekerja (pendapatan dan perekrutan kerja) serta manfaat bagi konsumen (inovasi),” kata Dandy.

Satu fakta baru yang menarik dari survei ini yaitu dunia bisnis di Indonesia merasa bahwa proteksionisme semakin marak di negara tempat mereka melakukan aktivitas bisnis. 

Survei juga mengungkapkan bahwa mayoritas dari para responden berpendapat bahwa proteksionisme lebih memberikan keuntungan. Kalangan bisnis mengatasi dampak proteksionisme dengan berfokus pada kanal digital, pemangkasan biaya, mengubah portofolio, dan mengambil (bahan baku) dari pemasok lokal.

Baca Juga: Atasi Kendala Pelajar Luar Negeri, HSBC Kenalkan HSBC Premier Next Gen

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya