[WANSUS] Geliat Bisnis Co-living di Tengah Ancaman Resesi Global 2023

Sektor properti optimistis tatap 2023

Jakarta, IDN Times - Sektor properti sempat terguncang akibat pandemik COVID-19. Namun hal tersebut tidak terlalu dirasakan oleh Rukita, startup di bidang properti yang menawarkan layanan hunian co-living.

Co-living atau communal living adalah sebuah konsep tinggal di sebuah hunian bersama orang lain sebagai satu komunitas.

Co-founder & CEO Rukita Sabrina Soewatdy mengatakan, bisnis co-living Rukita justru tidak terlalu terdampak pandemik. Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) justru mendorong okupansi bisnis co-living Rukita tetap positif.

"Saat pandemik ini dengan (kebijakan) PPKM dan lockdown, tapi okupansi Rukita itu masih bagus. Kenapa? karena hunian itu kan kecil, maksudnya para tenant (penyewa) kita gak bisa di satu rumah, jadi harus ada displacement karena kita tau semua orang WFH dan milih WFH dari Rukita. Karena servis dan standarisasi yang bagus, lalu kita masukkan healthcare desinfektan, kalau ada yang COVID juga masukin RS," kata Sabrina dalam wawancara khusus bersama IDN Times beberapa waktu lalu.

Pandemik belum usai, kini ekonomi dunia tengah dihantui bayang-bayang resesi global. Sejumlah negara bahkan sudah terjerembab ke dalam jurang resesi, sebut saja Rusia, Sri Lanka, Hongkong, Afghanistan dan lainnya.

Berbagai lembaga juga memprediksi dan memberi peringatan soal potensi resesi. Hal ini tentu menjadi alarm bagi ekonomi semua negara.

Meski begitu, Sabrina menuturkan bahwa sektor properti tetap percaya diri menatap 2023. Ia meyakini bahwa ekonomi Indonesia akan baik-baik saja tahun depan.

Dalam wawancara bersama IDN Times, Sabrina juga turut memaparkan prospek bisnis sewa hunian jangka panjang (salah-satunya co-living) sampai saat ini. Untuk lebih lengkapnya, berikut wawancara lengkap IDN Times bersama Sabrina Soewatdy.

Baca Juga: [WANSUS] Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia: Isu Badai PHK 'Permainan'

[WANSUS] Geliat Bisnis Co-living di Tengah Ancaman Resesi Global 2023Co-founder & CEO Rukita Sabrina Soewatdy (Dok. Rukita)

Rukita belum lama ini mendapat penghargaan sebagai Best Proptech Startup di Indonesia. Apa saja yang sudah dilakukan Rukita?

Rukita ini lahir untuk menjawab suatu problem hunian market di Indonesia. Di sini kan kita lihatnya ada rental gap di market kita, di mana untuk merental suatu rumah nominalnya sangat tinggi dan besar, di mana kita harus down payment 12 bulan + deposit in advance, sehingga hanya sedikit sekali dari populasi Indonesia yang bisa melakukan ini. Kalau dikalkulasikan sekitar 90 persen itu gak punya daya beli untuk bisa deposit sebanyak itu, maka dari itu banyak millennial dan Gen Z terdorong ke daerah sekitar Jakarta seperti Tangerang, BSD, Bekasi, Bintaro, dll. Dan dengan tingkat kemacetan yang tinggi, bisa sampe dua jam untuk sampai ke kantor. Ini menjadi masalah kronis yang kita lihat di tahun 2019.

Maka itu hadirlah Rukita di mana kita membuat suatu affordability mau pun kost atau apartemen, atau nanti ada rumah juga, di mana Rukita bisa menawarkan dari sisi keterjangkauan, di mana bayarnya bisa per bulan, selayaknya kos-kosan dan memberikan standarisasi dari kualitas, safety, security, dan sisi service dan maintenance, kalau AC rusak atau internet itu sangat lama kalau panggil teknisi, nah dengann hadirnya Rukita kita menyediakan itu semua hanya dari genggaman tangan. Kita berterima kasih dari apresiasi dari global magazine, karena sebagai satu proptech untuk menjawab suatu problem. Terutama di hunian sewa.

Kalau melihat dari kompetitor seperti brand properti listing lainnya, berarti yang dijelaskan tadi sebagian keunggulan dari Rukita sendiri?

[WANSUS] Geliat Bisnis Co-living di Tengah Ancaman Resesi Global 2023Hunian co-living Rukita. (Dok. Rukita)

Betul, kelebihan Rukita sendiri adalah kita menjawab lebih dari 1 listing side, dari 2019-2022 kita memfokuskan sebagai kuatnya di property management-nya, untuk landlord kita menghandle end to end property management tersebut, untuk pencitraan bangunan, interior, sampai maintenance gedung tersebut, lalu memanage revenue-nya dan okupansinya, jadi kita lebih menjadi full stack platform solution untuk itu.

Kalau untuk tenantnya juga kita memberikan service dan loyalty reward yang mereka bisa nikmati dalam Rukita ekosistem. 2022 kita baru take over satu company namanya infokost di mana kita masuk ke listing side, dari situ menjadi tambah di kepada para landloard kita yang ingin mencari tenant, atau landloard dalam Rukita supaya mendapatkan exposure lebih.

Saat Rukita awal hadir itu bisnisnya gimana bisa survive pas pandemik?

Di 2020 kita lebih gencarnya di university market, waktu Maret April Mei 2020 itu Rukita harus dengan cepat memfokuskan diri juga untuk karyawan, pengusaha, di sekitar lokasi kita, jadi dari sisi internal komunikasi kita juga harus cepat adaptasi karena waktu itu kampus lagi pada tutup. Karena kita bergerak sangat cepat sehingga di Juli Agustus 2020 kita udah mulai peningkatan ke 70 persen.

Selama pandemik kita lumayan konsisten okupansinya karena kita terus growing, waktu itu kita berkembang sekitar 5 persen 20202, lalu 2021 naik 7 persen, lalu sekarang sudah hampir kembali lagi 10 persen month of month dengan perkembangan yang seperti itu 2020 okupansinya adalah 70 persen, kita lihat di sini is a very clear solution yang diberikan Rukita karena saat pandemik ini dengan PPKM dan lockdown tapi okupansi Rukita itu masih bagus. Kenapa? karena hunian itu kan kecil maksudnya para tenant kita gak bisa di satu rumah jadi harus ada displacement karena kita tau semua orang WFH dan milih WFH dari Rukita. Karena servis dan standarisasi yang bagus, lalu kita masukkan healthcare desinfektan, kalau ada yang COVID juga masukin RS.

Baca Juga: Tips Memilih Co-living yang Baik dan Nyaman, Jangan Asal Pilih!

Pada saat itu bisnis co-living Rukita paling didominasi kos-kosan atau apart? Berapa persen dari total 70 persen okupansi?

Waktu itu kita banyak di kosan. Kita lihat kos-kosan jalannya baik sekali, untuk apartemen cukup slowdown, mungkin orang kurang nyaman dengan liftnya, jadi mereka pilih yang mudah diakses.

Permintaan paling banyak di daerah mana?

Kita lihat kalau pertumbuhan daerah itu sangat cepat sekali, sebenernya gak hanya di satu lokasi, karena kita lihat di Jakbar atau Jaktim ada beberapa area yang sedang tumbuh, lalu di Jakarta yang banyak perkantoran itu okupansinya konsisten sangat bagus begitu.

[WANSUS] Geliat Bisnis Co-living di Tengah Ancaman Resesi Global 2023Fasilitas yang nyaman menjadi salah satu faktor hunian co-living digemari. (Dok. Rukita)

Pada saat pandemik kan orang-orang pemasukannya mulai rendah, dari Rukita sendiri ngasih harga spesial atau gimana?

Di sini kita introduce harga yang dinamis, di mana kita melakukan hal tersebut setiap Minggu, di mana kita sesuaikan harganya dengan daerah tersebut. Dan juga kita lihat dari sisi waktu ke waktu per bulannya ada yang pick a time ada yang lower time, itu juga kita sesuaikan, dari sisi pengaturan harga juga bisa sangat cantik karena kerjasama dengan landloard, kalau dilihat dari average Rukita bisa memberikan keuntungan pada landlord yang bisa sampe double digit.

Konsisten okupansinya 70 persen itu selama 2020 atau sempet fluktuasi di 2021?

Jadi di 2021 itu kita sudah mulai pick up sekitar. 85-86 persen, lalu di 2022 sudah strong sekitar 95 persen ya. Jadi kita sih konsisten in cline, makin open up itu in cline-nya makin bagus.

Selama pergeseran tahun itu ada perubahan permintaan dari konsumen gak? Mungkin lagi cari apartemen?

Kalau kita lihat yang cari kos-kosan itu sangat diminati, dari sisi produk juga ada yang kos-kosan mewah atau terjangkau. Kalau dari apartemen itu increase-nya tergantung musimnya kalau apartemen market, justru lebih sensitif di sini.

Ini kan 2022 tinggal dua bulan, Anda melihatnya 2022 ini (bisnis co-living) seperti apa? Lalu 2023 dengan maraknya resesi gimana tanggapannya?

Karena kita dihunian sewa di mana ini adalah suatu kebutuhan dari masyarakat sehingga kita gak lihat akan berdampak langsung dari hunian ini, malah peminat kita semakin tinggi, dari married couple hingga older jadi each group ya, jadi udah gak ke Gen Z dan millennial lagi, tapi sampe yang lebih lanjut usia. Kenapa sih? Karena day to day mungkin mereka tinggal di luar kota, mungkin weekendnya di Rukita, mungkin karena adanya kenyamanannya juga.

Dari sisi perekonomian belum ada dampak langsung ke produk kita, karena yang kita jual adalah hunian yang terjangkau, mungkin diperlukan saat ekonomi down turn ya.

[WANSUS] Geliat Bisnis Co-living di Tengah Ancaman Resesi Global 2023Ilustrasi Resesi (IDN Times/Arief Rahmat)

Baca Juga: GoTo dan Ruangguru PHK Karyawan, Rhenald Kasali: Bukan karena Resesi

Kalau untuk saat ini sendiri pangsa Rukita ada di mana aja dan paling besar di mana aja?

Kita spectrume-nya cukup wide, jadi dari yang terjangkau sampe kosan atau apartemen mewah. Untuk different needs, kalau yang mewah untuk ekspektariat, kalau yang murah untuk mahasiswa atau pekerja kantoran. Nah kita liat market terbesarnya di mana dia middle stack yang memerlukan keterjangkauan dan kualitas yang bagus, nah kita lihat dari demografik ini besar adalah di percing point seperti itu.

Artinya konsumen 'yaudah gapapa sedikit lebih mahal tapi kualitas yang ditawarkan sesuai'?

Yap betul atau seperti the best value, misal bayar kosan di angka Rp3,5 juta kalau Rukita punya sama apa yang ada di market lainnya valuenya beda, kalau ada apa-apa sangat digital dari pembayaran, keperluan servis ada di aplikasi Rukita. Dari servis bangunannya pun terjaga, lalu dari sisi penerimaan dia di dalam.

[WANSUS] Geliat Bisnis Co-living di Tengah Ancaman Resesi Global 2023ilustrasi kamar kosan nyaman. [Pexels.com/Dmitry Zvolskiy

Sejauh ini dari segmennya dari Rukita yang paling banyak? Berapa persen?

Yang paling banyak Gen Z dan millennial each group-nya dari 18-28 tahun. Mungkin sekitar 60 persen. Kita punya demografik chart kalau gak salah sekitar segitu di each group, mungkin lebih ya. Rata-rata dari kuliah betul, sampe first jobber, karena umur segitu kan masa-masa pertama kerja.

Aku juga liat adanya tekanan inflasi global, pasti kan memengaruhi banyak faktor, dari Rukita sendiri apakah kenaikan yang akan berimbas ke konsumen?

Kita perlu adjust contohnya listrik baru naik, kalau gitu kan berarti dari sisi harga juga kita harus sesuaikan.

Sejauh ini konsumen masih oke gak sih? 

Of course dengan perubahan adjustmen itu sebenarnya gak mudah, tapi kita harus sesuaikan dengan pemerintah.

Baca Juga: Konsep Co-living Makin Digandrungi Millennial, Rukita Ungkap Alasannya

Misalnya aku pengen cari kos-kosan atau apart ya? Kalau dari mba ada tipsnya?

Mungkin pertama dari sisi lokasi, mana lokasi yang cocok, misal kantornya di mana, kalau mau tinggal di apart itu harus nyaman jika mau ada roommate atau sendiri? Itu pun jenis pengalamannya, jadi sesuai selera. Kalau di co-living itu kan pertemanannya luas karena bisa berkomunikasi, kalau di apartemen lebih individualis. Dari servis semuanya sama. Bedanya dari sisi interaksi dan komunitasnya.

[WANSUS] Geliat Bisnis Co-living di Tengah Ancaman Resesi Global 2023Hunian Co-living Rukita bernama Rukita Residence. (dok. Rukita)

Sejauh ini sampe akhir tahun rencananya Rukita apa?

Dari sisi bisnis kita selalu fokus unit bisnis sendiri, kita akan achieve profitablity dari sisi core business-nya, lalu di tahun depan akan ada produk lain yang akan diekspansi, dari rufinance kita bekerjasama dengan bank OCBC, mereka memberikan plafon sekitar Rp740 miliar untuk landloard investasi atau pengusaha untuk juragan kos. Atau landloard yang punya rumah pengen jadi passive income tiap bulan itu dari sisi tranformasi project-nya bisa dilakukan bersama Rukita, kita juga akan fokuskan bisnis pilar tersebut selain bisnis pilar lain di Rukita.

Startup kan lagi riskan, apalagi mau resesi global, beberapa juga ada yang PHK, kalau dari Rukita melihatnya gimana?

Kita selalu membangun Rukita menjadi bisnis yang solid, sehingga kita melakukan hal-hal yang sudah dipersiapkan saat masuk pandemik 2020-2021 kita memastikan growing dengan sustainability, sehingga akhir tahun ini kita sudah bisa memetik buahnya, yaitu company turn profitable, sehingga company menjadi sustain, sehingga waktu itu melakukan growth planning itu kita sudah at a good place, sehingga perkembangannya kita juga atur di mana kita tidak ada lay off. Puji Tuhan kita sangat stable company, hopefully terus kedepan kita bisa lebih solid lagi.

Sebagai CEO, jelaskan ke masyarakat kenapa harus milih hunian di Rukita?

We put kita punya customer first, kita bukan bicara sempurna, kita di dunia servis jadi banyak sekali perbaikan, tapi tiap perbaikan yang diberikan kita pastikan, semakin baik, tiap minggu, tiap quarter kita pastikan lebih baik, dari landloard, tenant, sehingga setiap product development yang kita lakukan atau bisnis pilar yang kita expand dengan customer-customer kita in mind, contohnya untuk crew finance, banyak landloard yang memerlukan bantuan, and how can Rukita do more to help.

Kita mungkin sudah melakukannya melalui property management kita, tapi di sini juga kita lihat 'oh ada how do we make lown'' untuk ekpansi mereka punya bisnis lebih accessible, dan di mana mereka juga berinvestasi di area-area yang lagi trending, yang di mana okupansinya lagi bagus. Nah itu those of kind benefit karena kita mendengar kita punya landloard, customer, dan feedback, lalu di lain hal kita punya tenant juga try to be better terus karena service provider jika masih ada yaang kurang kita introspeksi diri untuk memberikan servisnya agar per quarter jadi lebih baik lagi, sambil pastinya ekspansi ke luar kota juga seperti ekspansi ke Surabaya, malang, dan Medan, Bandung, dan di Bali juga.

Baca Juga: Bisnis Properti di Dubai Rasakan Dampak Manis Piala Dunia 2022

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya