[WANSUS] Rizal Ramli Kritik Stimulus Ekonomi Pemerintah dalam Pandemik

Ekonomi Indonesia dinilai sulit bangkit di 2021

Jakarta, IDN Times - Tidak terasa sudah hampir setahun ekonomi Indonesia dihantam habis-habisan oleh pandemik COVID-19. Kondisi terburuk itu dimulai pada Maret 2020 saat kasus virus corona pertama di Indonesia diumumkan. Setelah itu, pemerintah melakukan pembatasan aktivitas masyarakat dan kegiatan usaha lewat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dampaknya jelas begitu terasa.

Banyak pelaku usaha yang merugi sampai gulung tikar akibat kegiatan masyarakat dibatasi. Hal itu berimbas pada dilakukannya pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga dirumahkannya karyawan sampai waktu yang belum ditentukan.

Efeknya tidak sampai disitu, daya beli masyarakat menurun signifikan akibat banyak dari mereka yang kehilangan pekerjaan dan pendapatannya berkurang. Angka pengangguran meningkat. Tentu pemerintah tidak tinggal diam, erbagai insentif dikeluarkan, mulai dari keringanan pajak, bantuan sosial (bansos) untuk masyarakat miskin, hingga bantuan untuk pelaku UMKM.

Hingga awal Desember 2020, pemerintah mencatatkan realisasi anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) baru mencapai Rp483 triliun. Adapun total anggaran PEN yang dikucurkan pemerintah mencapai Rp695 triliun.

Secara rinci, realisasi dari sektor kesehatan mencapai Rp47,05 triliun (47 persen), perlindungan sosial sebesar Rp217,6 triliun dari total anggaran Rp230,21 triliun, lalu sektoral K/L dan pemda, realisasinya Rp55,68 triliun (82 persen).

Lalu pembiayaan korporasi realisasinya Rp8,16 triliun atau 13 persen. Anggaran tersebut ditujukan sebagai dukungan korporasi melalui BUMN serta penjaminan modal kerja. Selanjutnya ada dukungan untuk UMKM yang baru terealisasi sebesar Rp106,46 triliun dari pagu anggaran Rp116 triliun.

Terakhir, adalah insentif usaha untuk memberikan kelonggaran pembayaran pajak bagi dunia usaha, dan saat ini realisasinya 41 persen atau Rp49,12 triliun. Belum lagi, pada awal 2021 mendatang Indonesia akan memulai vaksinasi. Program tersebut diharapkan dapat menjadi titik balik dari pemulihan ekonomi domestik di 2021.

Lantas, apakah kebijakan dan upaya pemerintah dalam menangani pandemik COVID-19 efektif? Mungkinkah ekonomi Indonesia pulih di 2021?

Berikut hasil wawancara IDN Times bersama mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi periode 2015-2016 (dulu hanya Menko Kemaritiman) sekaligus Ekonom Senior, Rizal Ramli. Wawancara ini dilakukan dalam rangkaian Indonesia Millennial Report 2020 yang akan diluncurkan saat acara Indonesia Millennial Summit (IMS) 2021 mendatang.

Baca Juga: [WANSUS] Nasib Ekonomi Indonesia Pasca-COVID-19 Versi Ekonom Aviliani 

Bagaimana pandangan Anda terhadap perekonomian Indonesia sepanjang tahun ini?

[WANSUS] Rizal Ramli Kritik Stimulus Ekonomi Pemerintah dalam PandemikIlustrasi Resesi (IDN Times/Arief Rahmat)

Yah sebetulnya sih resesi sudah terjadi pada kuartal II tahun 2020. Jika kita menggunakan definisi dan standar resesi yang digunakan seluruh dunia, yaitu membandingkan dua kuartal berturut-turut pada kuartal kedua itu sudah resesi. Yaitu membandingkan kuartal I 2020 dengan kuartal IV 2019 itu negataif minus 2 koma berapa gitu. Kuartal II dibanding kuartal I itu minus 4 sekian.

Nah yang lucunya pemerintah, Sri Mulyani menggunakan definisi yang tidak lazim di seluruh dunia, yaitu membandingkan kuartal II dengan kuartal II tahun sebelumnya, kuartal III tahun ini dengan kuartal III tahun sebelumnya. Itu sama sekali tidak lazim. Makanya kesimpulan Indonesia resesi dari pemerintah itu terlambat. Ini nunjukkin juga telmi, telat mikir gitu lho. Karena kenyataannya Indonesia sudah resesi sejak kuartal I tahun 2020.

Rakyat juga sudah merasakan dampak dari resesi dalam bentuk daya beli yang semakin merosot, pengangguran yang semakin tinggi dan uang yang semakin sulit.

Untuk kuartal III dan IV sendiri bagaimana pertumbuhan ekonominya? Apa indikatornya?

[WANSUS] Rizal Ramli Kritik Stimulus Ekonomi Pemerintah dalam PandemikIlustrasi ekonomi terdampak pandemik COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)

Istilahnya kuartal III kan berakhri September, udah negatif. Kuartal IV juga bakal negatif lagi. Jadi seluruh tahun ini, akan negatif. Menarik kalau kita lihat pernyataan resmi pemerintah seolah-olah Indonesia ekonominya bagus-bagus aja segala macem, kebanyakan ngibulnya dibanding fakta yang sesungguhnya terjadi. Pokoknya sepanjang tahun ini akan sekitar minus 4 ya kan, sekitar itu lah.

Saya nggak mau bahas angka pemerintah dah. Ngawur selama ini. Inget nggak 1,5 tahun lalu saya sudah katakan ekonomi Indonesia sudah melambat, lihat indikatornya, current account deficit negatif, makin lama makin besar, trade balance negatif, primary balance di budget yaitu negatif. Artinya buat bayar bunga (utang) saja minjem. Peredaran uang rendah sekali. Peningkatan kredit hanya 6 persen, biasanya 15 persen.

Kalau kamu tinggal Google, bisa dilihat saya tuh dibantah terus menerus oleh pejabat-pejabat pemerintah. Mohon maaf yang bener ternyata kita, mereka yang hoaks gitu lho. Jadi saya gak mau bahas angkanya pemerintah, not credible sejak 1,5 tahun yang lalu tidak kredibel hari ini dan tidak kredibel dalam berapa waktu yang akan datang. Capek kita kalau bahas argumen analisa dan angka pemerintah, buang waktu.

Berarti insentif yang diberikan pemerintah kepada masyarakat sama sekali nggak berarti?

[WANSUS] Rizal Ramli Kritik Stimulus Ekonomi Pemerintah dalam PandemikIlustrasi insentif (IDN Times/Arief Rahmat)

Ya itu kan ngomongnya aja stimulus.. Stimulus.. stimulus. Akan.. akan.. akan. Pak Jokowi aja udah marah-marah kan. Bahwa ternyata anggaran yang terpakai baru 25 persen pada akhir semester II. Jadi stimulus itu hanya ada di kepala pejabat-pejabat. Di rakyat sendiri nggak kerasa tuh stimulusnya apa. Yang ada itu istilah saya self stimulus ya. Pejabat menggunakan stimulus, anggaran negara buat rapat sini, rapat gede-gedean di Bali, di Bintan ya kan, itu mah stimulus buat pejabat sendiri bukan buat rakyat.

Yang ngomong itu bukan saya, presiden ngomong gitu. Marah-marah, kok sampai akhir semester I anggaran yang kepakai baru 25 persen. Dokter-dokter yang dijanjikan stimulus, eh dijanjikan insentif Rp15 juta per bulan, ini sudah 6 bulan baru terima Rp20-Rp30 juta. Itupun yang terima yang nongol di TV doang. Dokter biasa mah belum terima. Perawat juga belum terima.

Jadi gimana ya.. Ngurusin dokter aja sama perawat yang kurang dari 5 ribu nggak sanggup. Yang ada akan..akan.akan.. Loh, kenyataan ekonomi tidak bisa dibangun dengan prinsip akan.. akan. Harus segera terjadi di lapangan dan ini tidak terjadi.

Bagaimana Anda melihat insentif pemerintah untuk UMKM?

[WANSUS] Rizal Ramli Kritik Stimulus Ekonomi Pemerintah dalam PandemikANTARA FOTO/ ICom/AM IMF-WBG/Afriadi Hikmal

Cek dong UMKM mana yang dapet, apa yang sudah di dapat. Ternyata belum ada yang berarti. Mohon maaf berbeda dengan jaman saya jadi menko jaman Gus Dur. Saya masuk ekonomi minus 4 persenan. 21 bulan saya naikin 3 plus 3,5 persen. Itu 7,5 persen, caranya bagaimana? satu, kita naikkin gaji pegawai negeri sipil sama ABRI 125 persen dalam 21 bulan. Apa yang terjadi? Begitu mereka terima kenaikan gaji itu mereka belanjakan. Marginal front consumtion itu memang 100 persen. Akibatnya sektor ritel hidup.

Mana coba yang telah dilakukan pemerintah lakukan saat ini yang rakyat bisa rasakan seperti kami pernah lakukan?. Tidak ada. Yang ada cuman pidato-pidato doang gitu lho.
Nah yang kedua kita hapuskan pada waktu itu utang kredit usaha tani yang macet, bunga berbunga Rp26 triliun.

Nah petani ketakutan diuber sama camat, diuber sama polisi supaya bayar kredit macetnya yang hanya Rp3- Rp4 juta. Tanahnya mau disita, padahal hanya setengah hektar, seperempat hektar. Saya dateng sama Gus Dur, kita sudah gila apa... Gus kenapa? lho nanti kan kita perlu duit buat yang lain? Saya bilang 'Gus nanti saya cariin kalau buat yang lain'. Nah kita hapuskan itu Rp26 triluun. Sebetulnya itu melanggar hukum, tidak boleh menghapuskan kredit begitu saja. Tapi saya pasang badan, kalau mau ada yang nangkep Rizal Ramli silahkan. Wong saya nggak dapet apa-apa kok dari kebijakan itu,

Dampaknya apa? Dampaknya petani gembira nggak diuber-uber lagi sama tagihan utang. Kemudian kita naikin lagi harga pembelian gabah dari petani sehingga petani untung. Tahun itu produksi naik sehingga kita nggak usah import. Nah ini kan konkrit yang kita lakukan itu. 3 bulan kami jadi pejabat kita kerjain itu.

Hari ini sudah 7 bulan, nggak ada tuh yang betul-betul dirasakan petani, usaha kecil. Contoh pada waktu itu pada kredit usaha kecil menengah. Saya cek pada bank, banyak nggak yang macet? yang masuk kategori lima usaha kecil? Banyak sekali Pak.

Berapa? Saya katakan definisi kecil berapa pengusaha yang minjem di bawah Rp1 miliar? saya definisikan kecil. Saya tanya kemudian, kalau kita uber berapa lama kita bisa ambil kembalikan uang ini? 'Pak kalau kita uber butuh paling enggak satu tahun, mesti ada keputusan pengajuan, meski pake collector'.

Berapa kira-kira yang kembali dari semua yang macet itu? 'Paling hanya 20 persen'. Saya bilang saya nggak mau, saya mau terobosan. Saya bilang kita berikan potongan utang 50 persen pada setiap peminjam di bank yang minjam Rp1 miliar. Tapi Rp500 juta nya mereka harus bayar tunai dalam tiga bulan. Mereka kerjain.

Yang kecil-kecil itu minjem dari tetangganya, atau jual tanah, dia bayar sisahnya yang Rp500 juta. Apa yang terjadi? Saya panggil direksi Bank Mandiri, BRI, segala macam. Apa yang terjadi? Mandiri bilang kita punya uang Rp1,5 triliun, BRI Rp1 triliun lebih, total semua bank Rp7 triliun uang tunai.

Nah pengusaha kecilnya sendiri seneng. Begitu mereka bayar yang setengahnya, Rp500 juta, dia masuk lagi kategori I, bisa mulai bisnis lagi, bisa mulai minjem lagi. Kedua, bank senang dapat uang tunai Rp7 triliun yang mereka mulai pinjemin.

Saya mau tanya apa kebijaksanaan terhadap UMKM yang telah dirasakan pengusaha kecil menengah? Apa yang mereka sudah terima? Belum ada. Ada cuman di koran kamu doang atau televisi gitu lho. Ini padahal sudah 7 bulan. Apa yang dirasakan yang konkrit oleh rakyat, oleh usaha kecil. Belum ada. Yang ada pejabat kumpul 200 orang di Bintan, ngabisin duit berapa, di Bali, jadi stimulus buat pejabat. Buat rakyat mah belum terasa apa yang dilakukan.

Nah yang keempat kami lakukan, kami restrukturisasi sektor real estate yang macet semua nasabah BPPN pada waktu itu. Saya turunin bunga nya dari 60 persen ke 15 persen. Saya strecht semua perusahaan real estate. Akibatnya apa yang terjadi? Perusahaan real estate ini keluar dari BPPN. Bisa mulai bangun lagi, bisa mulai minjem lagi setahun kemudian. Sektor riil Indonesia bangkit. Rizal Ramli dikasih nama oleh asosiasi Real Estate (REI) sebagai dewa penyelamat real estate Indonesia. Itu kami lakukan dalam beberapa bulan kami kuasa doang.

Hari ini apa yang sudah dilakukan untuk pengusaha real estate? Gak usah yang gede lah, kecil aja, gak ada. Makanya saya males, pertanyaan begini begitu, kagak kredibel kok. Kecuali kamu sudah teliti di lapangan mereka sudah kerjakan ini, bukan pidato pejabat, akan ini, akan itu. Di lapangan mah terjadi.

Apakah gebrakan pada saat itu bakal efektif juga bila diterapkan pemerintah sekarang?

[WANSUS] Rizal Ramli Kritik Stimulus Ekonomi Pemerintah dalam PandemikIDN Times / Helmi Shemi

Kalau saran mah banyak. Kamu Google saja Rizal Ramli, ada apa-apa pasti ada kritiknya, ada solusinya. Prinsipnya sederhana, pompa daya beli ke kelompok menengah bawah. Kenapa? Mereka yang menciptakan permintaan demand. Nanti sektornya otomatis baik. Karena kalau dikasih sama yang besar-besar, saya tanya sama temen saya yang real estate banyak, sama yang punya hotel banyak. Kamu berapa tingkat hunian? 5 persen. Seumpama kamu dibantu bail out sama pemerintah setengah triliun, bisa gak kamu naikkin tingkaat hunian dari 5 persen ke 70 persen - 80 persen? Wah gak bisa Bang. Rugi kita kalau lakukan itu, bodoh kita.

Kalau dikasih setengah triliun buat apa? Saya akan beli emas, beli mata uang asing, beli aset yang sudah jatuh harganya setengah. Karena memang tidak ada permintaan.
Lalu saya tanya sama temen saya yang punya pabrik. Kamu berapa kapasitas yang terpakai? '20 persen bang'. Misalnya kamu dibantu sama pemerintah setengah triliun mampu nggak naikkin kapasitas kamu 20 persen ke 80 persen? Lah kita nggak mau lakukan bang, bodoh kita. Karena kita bekerja 80 persen kagak ada yang beli. Sama saja bunuh diri.

Jadi kamu kalau dikasih setengah triliun buat apa? Kita beli emas, beli mata uang asing, aset, tanah, bangunan yang sudah jatoh. Ini kan Sederhana begini tapi pejabat banyak yang nggak ngerti.

Percuma mompa yang gede-gede, justru yang kami lakukan kenapa berhasil cepet memulihkan ekonomi? pompa yang bawah. Misalnya kalau berani naikkin tuh gaji pegawai negeri, pensiunan sama ABRI. 50 persen atau 100 persen dalam waktu 1 tahun. Pertama seneng pegawai negeri sipil, yang kedua pasti dibelanjain. Sektor ritel hidup.

Jadi apa istilahnya yang kami lakukan restruktirasi usaha kecil, ya seneng bisa hidup lagi. Tapi mereka gak pernah melakukan ini. Atau apa tadi, kredit usaha tani, apa.. atau di BPPN, real estate. Apa yang dilakukan pemerintah? Ngomongnya sih segerobak, gede banget. Mau begini, mau begitu. Coba kamu cek.

Karena kalau pertanyaan jujurnya kenapa mereka nggak ada bikin terobosan? Karena di dalam kabinet tidak ada yang punya track record pejabatnya itu membalikkan ekonomi makro, turn around. Misalnya Dari negatif ke positif, atau positif kecil ke positif besar. Kagak ada. Coba sebutin lagi siapa yang punya pengalaman.

Kedua tidak punya track record nyelamatin perusahaan atau korporasi to turned around dari negatif ke positif. Kebanyakan ya kan, yang ada tuh skandal.. skandal. Sri Mulyani kan kerjanya skandal mulu. Skandal Century, skandal Jiwasraya lagi. Business.. business KKN. Mohon maaf.. Anda, Rizal Ramli diangkat jadi ketua Bulog, minus satu tahun untung Rp5 triliun jadi preskom. Semen Gresik rugi Rp800 miliar, 2 tahun untungnya naik 4 kali, Rp3,2 triliun. Direksi-karyawan dinaikkin kemudian gajinya.

Rizal Ramli, PLN nyaris bangkrut tahun 2000, modalnya minus Rp9 trilun, kita lakukan revaluasi aset, akhirnya modalnya naik dari minus Rp9 triliun ke Rp114 triliun, sehat tanpa nyuntikin uang.

Saya ada 15 kasus kok. Saya turn around. Jadi preskom BNI satu tahun dari untungnya biasanya 15 persen, tahun itu naik jadi 87 persen. Paling bagus dari seluruh bank nasional.
Nah saya mau tanya siapa di kabinet ini punya track record ngebalikin ekonomi dari negatif ke positif. Kagak ada. Siapa yang punya pengalaman ekonomi perusahaan atau apa dari rugi seperti PLN dan lain-lainnya bisa untung dan baik dalam waktu kurang dari setahun. Kagak ada.

Nah jadi kalau kita ngomong tahun depan 2021 pertanyaan trennya? masih akan merosot. Nah pertanyaan berikutnya, ada gak yang mampu membalikkan situasi, kabinetnya mampu nggak? track record-nya selama ini nggak mampu. Apalagi tahun depan, makin nggak mampu lagi. Yang ada by in time dengan pidato akan ini, akan itu, pidato bisa ini bisa itu kan gak ada buktinya. Dan apa yang sudah dirasakan rakyat sama usaha kecil? Ada gak?

Soal Pengadaan vaksin? Apakah kurvanya akan terus menurun? Tidak terjadi pembangkitan ekonomi di 2021?

[WANSUS] Rizal Ramli Kritik Stimulus Ekonomi Pemerintah dalam PandemikIlustrasi Vaksin. IDN Times/Arief Rahmat

Kalau vaksin di seluruh dunia baru efektif itu semester I tahun 2021. Maksudnya sudah lulus tersting, sudah mulai dicoba. Tapi dampaknya betul secara signifikan baru kuartal II tahun 2021. Tergantung juga apakah vaksin yang dipakai efektif atau enggak.

Bisa jadi beberapa vaksin ini, standar kriteria testing-nya tidak ketat. Dalam dunia kedokteran yang ketat itu, dalam standart kedokteran itu adalah Jerman, Amerika. Vaksin dari negara lain standart testing-nya tidak sekeras Jerman atau Amerika.

Baca Juga: [WANSUS] Bayu Krisnamurthi Jawab Kapan Ekonomi Indonesia Bakal Pulih 

Bagaimana soal insentif Kartu Prakerja?

[WANSUS] Rizal Ramli Kritik Stimulus Ekonomi Pemerintah dalam PandemikIlustrasi Kartu Pra Kerja (IDN Times/Arief Rahmat)

Prakerja kan kamu tinggal baca aja. Itu kan banyakan rekayasa untuk nyedot duit negara aja itu. Yang untung malah agent-agent ini yang terima komisi dari setiap Prakerja. Banyak juga materinya yang abal-abal. Sebetulnya kamu bisa dapet gratis di Google. Jadi banyak yang nggak tepat sasaran atau ngada-ngada lah. Kenapa? masih ada yang punya kepentingan.

Prakerja kan kamu baca bukan hanya saya yang ngomong, KPK, BPK, ini kan bagian dari nilep juga kok. Jadi selama masih ada motif mau nilep dalam kesulitan ini mau cari keuntungan ya jangan harap program itu mencapai sasarannya.

Dampak pandemik COVID-19 menurut Anda terhadap temen-temen millennial?

[WANSUS] Rizal Ramli Kritik Stimulus Ekonomi Pemerintah dalam PandemikIlustrasi Belanja E-commerce (IDN Times/Arief Rahmat)

Ya satu tentu akhirnya karena negara tidak efektif akhirnya kita menyerahkan diri pada teori Darwin. Siapa yang kuat, survive. Siapa yang daya tahan tubuhnya kuat, gizinya bagus dia survive. Yang enggak, iya kan, mungkin nggak selamat. Ini kan teori Darwin yang sebetulnya dipake. Kalau negaranya efektif, betul-betul bantu rakyatnya, rakyat biasa pun bisa survive.

Nah, yang kedua adalah kita ini kan recovery.. testing ratenya termasuk rendah. Ya artinya yang sudah di testing relatif kecil dibandingin Brasil, India dan lain-lain. Artinya COVID-19 ini masih akan meningkat sangat besar kemungkinannya.

Nah yang ketiga adalah suasana ini memang sulit untuk pekerja-pekerja tradisional ya. Karena kebanyakan pabrik tutup dan lain-lain. Mau tidak mau semua dipaksa untuk masuk ke dunia online. Jadi transformasi pekerjaan, business ke arah online gara-gara COVID-19 ini jauh lebih cepat.

Sebetulnya itu kesempatan buat yang muda-muda, karena bisa jualan apapun lewat online. Apakah pakai medium Tokopedia, Shopee, atau apa gitu. Bisa produk sendiri bisa juga jadi reseller aja. Pilih produk yang bagus, yang kompetitif, jual lewat online, bisa hidup juga. Nah ini membuka kesempatan besar sekali, apalagi anak-anak millennial lah. Apalagi main ini dibanding orang seperti saya. Jadi punya kesempatan lebih besar.

Cuma harus ngerti permintaan apa sih yang dominan. Nah selama COVID-19 ini, permintaan yang dominan tentu makanan, minuman dan kebutuhan sehari-hari. Contoh sederhana lah yang suka dagang ini misalnya baju, hari ini kan nggak mungkin orang bikin baju suit, baju kantor, jas yang rapih. Bentuknya kan baju rumahan yang bakal lebih laku baik laki maupun perempuan baju rumahan.

Kalau yang millennial gak ngerti selera ini, ngikutin ini dan kontradiktif, besar kemungkinan bakal bisa survive. Bakal diinget juga karena ekonominya lagi susah terjadi juga. Ini kalau saya lihat data penjualan online maupun Alfamart atau apa, ktu kalau ada 10 pilihan jenis barang, konsumen belinya yang lebih murah. Sehingga yang terjadi di online business maupun di lapangan itu penjualannya naik volumenya, itemnya. Tapi valuenya turun seperempatnya. Itemnya naik seperempat, nilainya berkurang seperempat. Artinya konsumen kecuali yang banyak duit banget, bergeser akan ekstra hati-hati. Dia pilih barang yang relaitf murah, bagus dan sebagainya.

Selama anak-anak muda millennial memahami behaviour dari pembeli dalam COVID-19 ini akan bisa selamat.

Kalau harus mendeskripsikan dalam 5 kata kondisi pandemik di Indonesia? Bisakah bangkit?

[WANSUS] Rizal Ramli Kritik Stimulus Ekonomi Pemerintah dalam PandemikIlustrasi Pertumbuhan Ekonomi turun (IDN Times/Arief Rahmat)

Ekonomi makin anjlok, risiko kesehatan makin tinggi makin anjlok, ekonomi makin ancur. Gak mungkin (bangkit ekonominya)..Gak akan. Tunggu dulu perubahanlah baru bisa berubah. Pemerintah saat ini belum mampu kok. Sederhana. Ini kan sudah hampir satu tahun lebih ekonomi merosot, tanpa sadar tanpa upaya pembalikkan begitu kena COVID makin anjlok, penanganan COVIDnya kan di bulan pertama bantah-bantahan. Terus penanganannya makin kesini makin tidak efektif.

Baca Juga: [WANSUS] Chatib Basri Bahas Zombie Companies hingga Proyeksi 2021

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya