3 Tantangan Sektor Perbankan di Masa New Normal 

Digitalisasi memang diperlukan, tapi sudah sejauh mana?

Jakarta, IDN Times - Era new normal membawa perubahan besar bagi kehidupan kita. Sektor perbankan pun kini dituntut untuk adaptif dengan kebutuhan konsumen mereka yang serba digital.

Direktur Teknologi Informasi dan Operasi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk YB Hariantono mengatakan pandemik COVID-19 mempercepat digitalisasi di sektor perbankan.

"New normal membuat digitalisasi dipercepat karena ada perubahan yang telah terjadi. New way of banking, deliver produk melalui channel digital kita sehingga delivery lebih enak. Bisnis kita juga perlu integrasi," kata Hariantono dalam webinar Banks and the New Normal, Sabtu (25/7/2020).

Meski begitu, sektor perbankan menghadapi sejumlah tantangan, apa saja?

1. Pengembangan teknologi contactless

3 Tantangan Sektor Perbankan di Masa New Normal Ilustrasi penggunaan QRIS. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Sekarang masyarakat enggan bersentuhan dalam melakukan transaksi. Ini menjadi tantangan bank dalam menyediakan layanan dengan teknologi tanpa kontak (contactless technology).

"Kartu kredit payment misalnya pakai contactless card. Bisa juga pakai WhatsApp, transaksi yang pakai device kostumer sendiri," ujarnya.

Begitu juga dengan pengembangan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) atau standarisasi pembayaran digital menggunakan metode QR Code, face recognition, video banking dan lainnya.

"Ini solusi yang baik. Cuma sayang sekarang baru diiimplementasikan belum widely used secara nasional," katanya.

Baca Juga: Transaksi Digital Indonesia Bisa Sumbang PDB Sampai Rp219 Triliun

2. Perubahan kebutuhan tenaga kerja

3 Tantangan Sektor Perbankan di Masa New Normal ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Hariantono juga menyebut kini BNI banyak mengalokasikan karyawannya pada bidang layanan kostumer (costumer service) di berbagai saluran media sosialnya.

Direktur Distribution and Retail Funding BTN Jasmin bahkan menyebut perubahan tenaga kerja ini cukup menantang. Dengan menahan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), BTN alih-alih melakukan training kepada karyawan mereka untuk mengisi kebutuhan posisi yang diperlukan di masa saat ini.

"Di banking, teller kalau mau jd CS perlu training. Ada realokasi ke cabang dan tempat lain yang gak fokus ke jualan," katanya.

Masalah tenaga kerja ini juga menyangkut persoalan absensi dan produktivitas. "Semua karen WFH gimana orang produktif tetap tinggi. Kami pakai tools monitoring. Gimana ukur produktivitas pegawai," ujar Jasmin.

3. Kolaborasi digital dan tekanan terhadap untuk bidang IT untuk lebih kreatif

3 Tantangan Sektor Perbankan di Masa New Normal IDN Times/Bank BRI

Direktur Digital dan Teknologi Informasi (TI) BRI Indra Utoyo mengatakan perbankan tidak bisa selalu terpaku pada salurannya sendiri, tapi harus bekerja sama dengan berbagai lembaga dan platform keuangan digital lainnya.

"BRI sadar perlu massive collaboration. Terlihat sejak COVID-10, remote everything. Online banking luar biasa. Ini challange bagi IT untuk menyiapkan reability supaya kostumer tetap bisa nyaman. Jurinya kostumer sendiri. Gimana kita bisa connect dengan berbagai macam partner," katanya.

Baca Juga: Jokowi Disebut akan Kembalikan Fungsi Pengawasan Perbankan ke BI

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya